Seperti
yang telah dibahas di artikel sebelumnya, bahwa cinta uang adalah masalah hati.
Alih-alih menggunakan harta untuk memuliakan Tuhan, orang-orang yang cinta uang
justru lebih mengutamakan banyaknya uang yang didapat daripada mengutamakan
Tuhan.
Sebelumnya kita telah membahas tentang 5 tanda cinta uang, kini kita akan membahas 5 tanda cinta uang lainnya. Tapi sebelumnya, kalau kamu belum baca bagian sebelumnya, baca dulu ya!
Baca juga: 10 Tanda Cinta Uang (Bagian 1/2)
06 Kamu Lupa Sumbernya
Mereka yang
menemukan rasa aman dalam harta, secara emosional akan merasa takut dan gelisah
ketika barang-barang berharga mereka hilang (Matius 6:19)
Uang tidak
jahat. Melainkan cinta akan uang lah yang jahat (1 Timotius 6:10). Terkadang
tanpa sadar, kita telah mencintai uang daripada sumbernya itu sendiri. Cobalah
kembali tanyakan pada dirimu apakah uang memberimu lebih banyak sukacita dan
kepuasan daripada mengasihi, mematuhi, dan melayani Tuhan?"
Ulangan 8: 18 “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
Baca juga: 3 Cara Sederhana untuk Meningkatkan Tabungan
07 Loyalitasmu Terbagi
Ketika
waktumu untuk Tuhan mulai tersisih dan kamu memilih untuk lebih banyak bekerja
atau mencari uang, saat itulah loyalitasmu mulai terbagi. Kamu mulai
meninggalkan pertemuan ibadah untuk kepentinganmu sendiri.
John Calvin
menulis, “Di mana kekayaan memegang kekuasaan hati, Tuhan telah kehilangan
otoritas-Nya.”
Matius 6: 21, 24 “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Baca juga: Berlakukan Lockdown, Apa Sebenarnya Tujuannya Selama Masa Wabah Corona Saat Ini?
08 Tergoda untuk Berbuat Dosa
Cinta akan
uang membuat kita lebih mudah tergoda untuk berbuat dosa. Keinginanmu untuk
mendapat lebih membuatmu memiliki banyak pilihan untuk melakukan dosa: menipu
pajak, menukar pelanggan, membayar biaya, dll.
Ketika kamu
sudah mencintai uang, kamu akan mulai kehilangan kemampuan untuk menilai apa
yang baik. Keserakahan dan nafsu telah membutakanmu dan memungkinkanmu terjebak
ke dalam ‘jerat’ (1 Timotius 6: 9).
Amsal 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Baca juga: Ini 5 Cara Kita Kasih Dukungan ke Usaha Lokal Biar Tetap Jalan Selama Wabah Corona
09 Kamu Mulai Hidup Menderita
Jika kamu
benar-benar telah terjatuh dalam dosa, hidupmu pun mulai dirundung masalah. Cinta
akan uang adalah dosa yang akan menimbulkan buah yang pahit. Kamu mungkin akan
mulai merasakan stress karena mengejar uang secara berlebihan, atau mungkin
juga kamu dapat mengalami masalah hubungan dengan keluarga atau temanmu.
Galatia 6:7 Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
10 Kamu Penasaran Apakah Kamu Membutuhkan Konseling
Amsal 12:15 Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya
sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
Jika masalah
mulai muncul karena pilihan keuanganmu, hal pertama yang harus kamu perhatikan
adalah kebenaran Firman Tuhan tentang keuangan, kemudian mendapatkan kembali
imanmu kepada Tuhan.
Amsal 16: 20 Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN.
Baca juga: Krisis Virus Corona Bisa Menghancurkan Atau Melesatkan Usahamu, Coba 5 Tips Ini!
Jika kamu
merasa perlu, kamu juga bisa melakukan konseling keuangan bijaksana yang
Alkitabiah atau pelayanan yang berspesialisasi dalam pembangunan kekayaan
finansial untuk kemuliaan Allah.
Sekarang,
ayo coba teliti kembali 10 poin yang telah dijelaskan. Kemudian tanyakanlah ke
dalam dirimu, apakah kamu memiliki 10 poin di atas? Jawab setiap pertanyaan
dengan jujur di hadapan Tuhan.
Kekayaan
bukanlah kesalahan. Itu akan salah jika kekayaan yang ‘memiliki’ kita.