Perubahan yang terjadi terhadap pola hidup anak muda di zaman
ini membuat gereja-gereja mulai resah. Apalagi dengan penemuan hasil riset yang membuktikan bahwa anak muda punya kecenderungan meninggalkan gereja.
Percaya atau tidak, fenomena ini sendiri terjadi karena beberapa
faktor utama. Salah satunya adalah ketidakmampuan gereja untuk terkoneksi dengan kebutuhan anak muda.
Hal inilah yang diangkat sebagai topik bahasan dalam acara Church
Leader Gathering Bringing Shalom Across Generations yang digelar oleh lembaga sosial kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) pada Senin, 10 Februari 2020 lalu.
Seperti dipaparkan oleh hasil riset Barna dan Bilangan Riset,
anak muda cenderung meninggalkan gereja karena mereka tidak menemukan teladan
yang baik dari para pemimpin gereja, menyaksikan gereja tidak menganggap anak muda penting dan tidak adanya transparansi di tengah lembaga gereja.
Jadi untuk menjawab tantangan ini, para pemimpin gereja seperti
Pendeta Sydney Mohede dari JPCC, Romo Carolus Putranto dari Keuskupan Agung
Jakarta dan Pdt. Jacklevyn Manuputty dari PGII. Dalam sesi dialog terbuka yang
diadalam di acara ini, masing-masing dari merekapun menyimpulkan bahwa anak muda di zaman ini mencari 3 hal ini dari gereja.
1. Leadership yang baik di gereja
Pendeta Jacklevyn Manuputty menyampaikan bahwa leadership (kepemimpinan) adalah hal yang sangat penting bagi anak muda saat ini.
"Mereka (anak muda) tidak suka dikuliahi tentang apa itu keadilan.
Mereka ingin mulai dengan melakukan apa itu keadilan. Mereka tidak ingin
dikuliahi tentang apa itu interfaith. Tetapi mereka ingin terlibat dengan
aksi-aksi konkret (nyata) dalam praktik-praktik bersama dengan pendampingan dari mentor (pemimpin)," ucap Pendeta Jacklevyn.
Hal-hal itulah yang menurutnya sedang dicari oleh anak-anak muda bukan hanya di gereja tetapi juga di luar gereja.
Karena itulah penting bagi pemimpin gereja untuk mengembangkan
leadership yang mencerminkan teladan Yesus sendiri. “Leadership sangat berpusat
pada Yesus sebagai role model. Leadership yang tidak berpusat pada dirinya tetapi
dia mengalir ke luar. Saya kita kita punya kekuatan, kita punya role model dan direalisasikan dalam tindakan,” terangnya.
2. Pemuridan melalui teladan hidup mentor
Seperti halnya yang dialami oleh JPCC, yang mayoritas anak
muda. Pendeta Sydney Mohede menyampaikan bahwa anak muda di gereja akan bertumbuh ketika mereka melihat teladan kepemimpinan yang baik.
Menurutnya, anak muda di generasi sekarang gak lagi relevan
dengan pola pengajaran anak muda di masa lalu. Mereka bukan generasi yang hanya
menerima tapi lebih kritis. Karena itulah penting bagi para pemimpin gereja menyelaraskan ucapannya dengan teladan hidupnya.
“Ini yang selalu saya tekankan bahwa kita harus menunjukkan the goodness of God (kebaikan Tuhan)
melalui hidup kita. Bukan sekedar kita mengatakan ini kebenaran. Yang mereka
(anak muda) butuhkan adalah ‘aku mau lihat hidup kamu seperti apa’,” kata Pendeta Sidney Mohede.
Baca Juga: Tak Ingin Kehilangan Generasi Muda, Wahana Visi Indonesia Gandeng Gereja Buat Pembekalan
3. Keterlibatan dalam pelayanan
Sementara Romo Carolus Putranto TH dari Keuskupan Agung
Jakarta menyampaikan pandangannya bahwa di tengah gereja Katolik sendiri, kepedulian
gereja terhadap anak muda itu baru muncul ketika Paus Fransiskus mengadakan Sinode Uskup-uskup Sedunia pada tahun 2018.
Uniknya, sinode ini bukannya melibatkan para uskup-uskup senior namun malah lebih banyak melibatkan anak muda.
Romo Carolus menyampaikan bahwa itu adalah momen pertama kali
dalam sejarah Katolik dimana Paus dan Uskup bukan untuk didengarkan, tetapi mereka mengambil waktu untuk mendengarkan aspirasi dari anak muda.
“Baik hasil riset dari Barna maupun Bilangan, anak muda
mengalami krisis kepemimpinan terutama karena mereka tidak diberi kesempatan berperan dalam gereja. Dan ini keprihatinan yang sudah lama (terjadi),” terangnya.
Rom Carolus menegaskan bahwa sudah waktunya gereja memberi ruang
dan kesempatan bagi anak muda untuk terlibat di berbagai bidang pelayanan. Dan dengan
itulah gereja bisa bekerja sama dengan anak muda dalam mengatasi tantangan yang
mereka hadapi saat ini.
Jadi, sebelum terlambat yuk semua gereja sama-sama mengevaluasi
diri dan bergandengan tangan untuk membawa anak muda kembali ke gereja.