Di masa ini, banyak anak muda memilih jadi ateis atau tidak
percaya Tuhan karena beberapa faktor diantaranya gak mendapat teladan yang
benar dari gereja, gak diberi kepercayaan di dalam gereja dan terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan.
Seorang anak yang masuk ke sekolah kedokteran bisa kehilangan
keyakinan karena dia belajar terlalu banyak tentang ilmu pasti dan yang lainnya tertarik dengan teori-teori dunia yang menghilangkan tentang karya penciptaan.
Karena itulah penting bagi orangtua untuk menyadari tantangan
apa yang sedang dihadapi anak-anak muda di masa ini. Sehingga mereka tidak menjadi hilang arah di tengah keadaan yang terjadi.
Menjadi tanggung jawab orangtua untuk mengajari
anak tentang siapa itu Tuhan dan bagaimana mereka bisa memahami tentang kepribadiannya dengan cara berpikir yang benar.
Dalam hal ini, pastinya orangtua bukan hanya mengajarkan anak
tentang siapa Tuhan yang mereka percayai. Tapi ajarlah anak tentang siapa yang
harus mereka percayai. Salah satu langkah untuk menumbuhkan pola pikir yang benar kepada anak adalah dengan tanya jawab Alkitab.
Hal ini penting karena dengan mengajukan satu pertanyaan, anak
akan mengeksplorasi pola berpikirnya dan mencoba menjelaskan apa yang dia ketahui
tentang Tuhan. Cara ini juga membantu anak mengetahui kebenaran teologis yang perlu mereka pahami.
Salah satu pertanyaan yang bisa diajukan adalah ‘Siapa itu
Tuhan?" Bagi anak, ini mungkin adalah pertanyaan yang sulit. Tapi dengan itulah
anak akan mencoba untuk mencari tahu dengan sendirinya tentang siapa Tuhan dalam hidup mereka.
Cara ini setara dengan bagaimana cara seorang guru mengajar siswa Sekolah Dasar tentang apa itu keluarga.
Dan seiring anak semakin bertumbuh, orangtua perlu semakin
meningkatkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong anak untuk mengekplorasi pola
pikir dan pemahamannya. Seperti contoh, ‘Bagaimana kamu tahu kalau Tuhan itu nyata? Atau bagaimana kamu tahu kalau Tuhan itu berbeda dengan manusia?”
Setiap anak harus diberikan kebebasan untuk menyampaikan
pendapatnya. Sekalipun mereka bingung atau gak tahu pasti jawabannya, tapi sedikit
penjelasan yang sangat polos bisa jadi pemicu untuk mengajak anak berpikir lebih dalam tentang Tuhan.
Baca Juga:
4 Hal yang Diam-diam Orangtua Harus Ajarkan ke Anak di Rumah
Waspadalah Kalau Kamu Salah Satu Orangtua Kristen yang Overprotektif!
Jadi, selain menyibukkan diri untuk mengajarkan anak tentang apa
yang harus mereka percayai. Latihlah juga mereka untuk menemukan alasan kenapa mereka harus mempercayainya?
Karena mengajarkan seorang anak sesuatu tanpa alasan, sama seperti
membangun rumah tanpa fondasi. Ya, rumah itu memang bisa berdiri. Tapi tidak dalam
waktu yang lama. Begitu juga dengan iman, seorang anak yang gak tahu kenapa dia
harus percaya kepada Tuhan gak akan mampu menghadapi tantangan dan keraguan dalam hidupnya. Apalagi di masa-masa anak beranjak dari usia remaja ke usia dewasa.
Kita juga gak bisa menyangkali kalau banyak anak Kristen meninggalkan
keyakinannya karena mereka mersa bahwa agama hanyalah warisan dari orangtuanya.
Sehingga sejak kecil mereka memang tidak benar-benar di arahkan untuk menemukan keyakinan mereka sendiri.
Lalu bagaimana orangtua Kristen bisa membuat anak-anaknya menemukan
sendiri kebenaran di dalam Yesus dan bukan karena diwariskan? Ya, orangtua perlu memulainya dengan pertanyaan ‘apa’ dan ‘mengapa’ tentang iman mereka.
Ada tiga langkah sederhana yang bisa orangtua lakukan untuk melakukannya:
Pertama, awasi setiap jawaban anak. Saat anak mulai menjelaskan pendapatnya, orangtua perlu
meluruskan pendapat yang tidak tepat atau bahkan keliru. Jadikanlah waktu tanya
jawab ini sebagai momen berdiskusi yang menyenangkan tanpa harus memaksa anak untuk menerima penjelasan orangtua.
Kedua, kalau
orangtua berpikir anak bisa mengartikulasikan keyakinannya secara wajar, maka mereka siap untuk pertanyaan ‘mengapa’.
Contohnya
1. Kalau anak berkata, "Tuhan adalah tritunggal”. Lalu responi dengan “Kenapa kamu mempercayainya?”
2. Kalau anak berkata, “Alkitab adalah firman Tuhan”. Lalu tanyakan, “Bagaimana kamu tahu?”
3. Kalau anak menjawab, “Yesus adalah Tuhan”. Lalu tanyakan, “Bagaimana kamu bisa mengatakan demikian?”
Ketiga, kalau
anak gak tahu jawaban atas pertanyaan orangtua, buatlah ilustrasi yang sederhana
supaya mereka bisa memikirkannya.
Jangan hanya memberi tahu mereka jawabannya. Karena dengan memberitahu
jawabannya secara langsung, anak hanya akan menerima tanpa membuat mereka
berpikir sendiri dengan apa yang mereka tahu. Ingat, bahwa tugas orangtua adalah
untuk melatih pola pikir anak secara kritis.