Sebelum tewas dalam kecelakaan helikopter bersama Ginna, putrinya yang berusia 13 tahun, ternyata Kobe Bryant sempat pergi ke sebuah gereja di California dan beribadah disana.
Sehingga ketika mendengar berita kematiannya, para pengurus
gereja dan banyak orang lainnya sangat heran dan hanya bisa terdiam karena tidak bisa berkata apa pun.
Julie Hermes, sebagai juru bicara Gereja Katolik Our Lady
Queen of Angels di Newport Beach mengatakan kepada Daily Mail bahwa Bryan
beribadah disana pada hari Minggu pagi persis sebelum kejadian tragis itu terjadi.
Katanya, Bryan masuk kebagian belakang pelayanan dan seperti biasa dia pergi lebih awal dari gereja agar tidak menganggu jemaat lain.
"Dia menghadiri misa jam 7 pagi sebelum pergi ke Bandara John Wayne di Orange County, " kata Hermes kepada media.
"Saya membayangkan dia langsung pergi ke bandara karena
misa itu dimulai dari jam 7 hingga jam 8 pagi. Saya diberitahu bahwa dia akan
datang jam 7 pagi. Dia itu sangat bijaksana, dia akan datang dan duduk
dibelakang bersama keluarganya dan biasanya dia akan pergi sedikit lebih awal sebelum kebaktian berakhir, " lanjutnya.
"Dia itu sangat dicintai di gereja dan dia sangat saleh, sangat berdedikasi kepada imannya."
Sementara itu, jatuhnya helikopter yang dinaiki oleh Bryant adalah jam 9:47 pagi waktu setempat.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Los Angeles Daryl Osby.
Hermes mengatakan bahwa ketika umat paroki di gereja mendengar tentang kematian Bryant tersebut, mereka terkejut.
"Semua orang terpana. Semua orang terdiam dan kaget.
Semua orang diam dan terpaku dengan ponsel mereka sambil mencari tahu informasi apa pun yang bisa mereka peroleh secara online," lanjutnya.
"Jemaat kami mengenalnya bukan hanya dari gereja tapi
dari komunitas juga karena Kobe adalah bagian yang berperan besar dalam
komunitas ini. Begitulah caraku mengenalnya. Aku tinggal sangat berdekatan
dengannya di Pantai Newport. Dia itu seperti pria biasa, kamu nggak akan tahu
kalau dia adalah seorang selebritis. Dia akan pergi sendiri kemana pun tanpa pengawal," jelasnya.
Pendeta Timothy Freyer, uskup auksilier dari Keuskupan Katolik
Roma di Orange California, juga mengingatkan Bryant sebagai seorang Katolik yang taat.
"Hati kami tetap berat setelah kehilangan tragis yang di
derita setelah kecelakaan helikopter kemarin di Calabasas. Kami berdoa dan
meratap untuk teman-teman dan keluarga para korban yang sudah diidentifikasi
secara publik dalam laporan berita, Ikon Baskter Kobe Bryant dan putrinya,
Giana. Pelatih baseball Orange Coast College John Atlobelli dan istrinya, Keri dan putrinya, Alyssa.
Pelatih bila basket Christina Mauser dan pilot Ara Zobayan, " tulis Freyer dalam sebuah pernyataan di Facebook, Senin tentang tragedi yang merenggut nyawa bintang yang berusia 41 tahun tersebut.
BACA JUGA : Dibantu Pendeta, Kobe Bryant Berhasil Lewati Pencobaan Dalam Hidupnya
"Kobe adalah ikon yang menginspirasi kami melalui
kata-kata dan tindakannya untuk menetapkan tujuan kami, bekerja keras dan
mencapai impian kami. Dia juga seorang Katolik yang berkomitmen mencintai
keluarganya dan mencintai imannya. Penduduk lama dan umat di Orange County di keuskupan kami, " lanjut Freyer.
Tragedi kematian Bryant benar-benar sangat menyedihkan bagi banyak orang, tak terkecuali Lebron James, sesama rekannya di bola basket yang sempat masuk ke dalam daftar pencetak gol terbanyak sepanjang masa NBA.
"Aku tidak siap, tapi disini aku pergi. Bro, aku duduk di sini dan mencoba menulis sesuatu melalui postingan ini, tetapi setiap kali saya mencoba saya mulai menangis lagi karena memikirkanmu, keponakanku, saudaraku, persaudaraan yang kita miliki. Ah, padahal aku baru saja mendengar suaramu Minggu pagi sebelum aku meninggalkan Philly untuk kembali ke LA. Nggak berpikir sedikitpun bahwa dalam sejuta tahun itu akan menjadi percakapan terakhir yang kita miliki. WTF!! Aku patah hati saudaraku," tulis James.
Sungguh tidak satupun yang tahu kapan akan berlalu dan kembali
kepada Pencipta. Itu sebabnya, marilah kita mulai merenung, mau meninggalkan
hal yang baik atau tidak setelah kita mati ditentukan dari sikap kita terhadap dunia saat ini.