Matius
4:17-18 berkata, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
Dari ayat tersebut kita bisa melihat salah satu tujuan Yesus untuk datang ke dunia adalah menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi.
Sebenarnya, apa sih maksud dalam "menggenapi Hukum Taurat
ini"? Apakah hukum Taurat itu ganjil sehingga harus di genapi? Apakah ada yang kurang dengan Hukum Taurat?
Hukum Taurat merujuk pada 5 kitab di Perjanjian Lama. Hukum
Taurat atau Torah berasal dari bahasa Ibrani yakni yarah yang berarti memberi pengajaran, mengajarkan, dan menunjukkan.
Secara umum, Torah bisa juga diartikan sebagai instruksi. Memang, jika kita membaca Perjanjian Lama,
maka kita akan banyak sekali menemukan perintah dan larangan. Namun, setelah Yesus datang, hukum taurat digenapi.
Supaya kamu tahu, maka marilah kita lihat bagaimana Yesus menggenapi hukum Taurat :
1. Yesus memprioritaskan Kasih lebih dari Hukum
Jika kita membaca Perjanjian Baru, maka ada banyak sekali contoh Yesus mengutip hukum Taurat tapi kemudian memberikan perintah baru.
Misalnya, Matius
5:38-39, ”Kalian pernah mendengar kata-kata, ’Mata ganti mata, dan gigi ganti
gigi.’ Tapi aku berkata kepada kalian: Jangan melawan orang jahat. Sebaliknya, kalau ada yang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu.”
Matius 5:43-44, "“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Apakah itu berarti kalau hukum Taurat adalah kesalahan. No,
tapi Yesus hanya ingin mengeaskan bahwa kedatangan Juru Selamat sudah membawa manusia ke dalam era baru yaitu era Kasih karunia.
Hukum Taurat tidak menyelamatkan, tapi yang menyelamatkan kita adalah karunia Allah melalui iman percaya kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan kita.
BACA JUGA : Ketika Semua Yang Kamu Miliki Hilang Sekejab, Apakah Kamu Masih Percaya Allah?
2. Yesus memprioritaskan hati dibanding seremoni.
Salah satu bagian yang menarik di dalam Perjanjian Baru adalah
perseteruan antara Yesus dan juga ahli-ahli Taurat serta orang Farisi. Menarik
karena Yesus yang begitu lemah lembut dan penuh kasih, bisa menjadi tegas dan tajam ketika bicara mengenai ahli - ahli Taurat serta orang Farisi.
Matius
23:25-28, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah
luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi
yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya
juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur
putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah
dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah
kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."
Dalam Firman tersebut, Yesus jelas-jelas menunjukkan
ketidaksukaan kepada mereka. Alasannya karena mereka adalah munagis . Di luar
tampaknya baik sekali tetapi hari mereka buruk. Mereka merasa dirinya baik,
karena melakukan hukum Taurat sehingga merasa nggak perlu Kristus. Tapi itulah yang akhirnya membuat mereka mudah menghakimi dan sombong secara rohani.
Jika kita perhatikan, hukum Taurat yang sudah diperbaharui oleh Yesus adalah hukum yang bersifat seremoni dan yudisial.
Namun, Yesus tidak mengubah hukum moralnya. Kenapa? Karena di
dalam hukum moral itu, ada hukum yang terutama yaitu "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu iadalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22;38-39)
Hukum Taurat bukanlah alat untuk menghakimi orang lain. Demgan
hukum taurat kita harusnya disadarkan bahwa sekalipun kita bisa memoles
penampilan luar begitu rohani, tapi hati kita tanpa Yesus tetaplah kotor.
Jadi, kita butuh Yesus untuk tinggal di dalam hati kita dan
menebus dosa kita. Kita butuh Roh KudusNya untuk menginsafkan kita dari dosa
dan mengingatkan kita untuk hidup benar.