Perbedaan Penyampaian Pesan Dalam Keluarga antara Suami dan Isteri

Marriage / 21 January 2020

Kalangan Sendiri

Perbedaan Penyampaian Pesan Dalam Keluarga antara Suami dan Isteri

Harry Lee, M.D., Psy. D. Contributor
2550
Pernikahan yang sukses pasti akan melibatkan pasangan hidup mereka sebagai orang yang tepat pada saat mereka membutuhkannya.  Dukungan yang diberikan oleh pasangan hidup adalah bentuk kasih yang murni karena orang yang memberikan dukungan melakukannya untuk pasangan mereka dan bukan untuk diri mereka sendiri.  Mungkin saja kita curhat pada teman dan anggota keluarga, tetapi sering kali kita tidak melakukannya dengan tingkat kedalaman yang sama dengan pasangan hidup kita – dan dalam beberapa kasus,  kita juga tidak mau membuka diri untuk curhat. 

Ada banyak cara pasangan bisa mendukung, tetapi yang paling penting adalah dukungan emosional. Mengetahui bahwa kita dapat mengandalkan pasangan kita untuk kenyamanan, keamanan, dan saran membuat kita merasa seperti kita tidak menghadapi masalah kita sendirian; dukukan emosional inilah yang meningkatkan hubungan keluarga dan juga meningkatkan nilai hubungan pernikahan itu sendiri. 

Namun, dalam banyak hal, pria dan wanita yang menikah satu sama lain dapat memiliki gagasan yang sangat berbeda mengenai apa artinya menjadi pendukung secara emosional, dan bagaimana cara memberikan dukungan tersebut. Sementara dalam beberapa pernikahan, perbedaan ini dapat menyebabkan salah tafsir, yang dapat menyebabkan satu atau yang lain merasa mereka tidak mendapatkan dukungan yang mereka inginkan dan butuhkan. Dan hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam hubungan emosional. 

Wanita umumnya lebih nyaman memberi dan menerima dukungan emosional, dan lebih mudah bagi mereka untuk mengerti dan menerima masalah orang lain. Dalam pernikahan heteroseksual, mereka lebih cepat melihat dan menemukan kesulitan yang dihadapi oleh suami mereka, dan mereka lebih baik dalam membaca masalah ketika suami mereka tertekan, dan mereka juga lebih cepat melangkah dan memberikan bantuan tanpa diminta.  Wanita juga sangat menghargai dukungan yang diberikan, dan pada saat mereka melihat hubungan pernikahan mereka baik, maka mereka akan menerima bantuan yang diberikan suami mereka secara positif. 

Banyak suami, di sisi lain, kurang menghargai dukungan yang diberikan pada mereka dan tidak mudah membicarakan masalah mereka — mereka tidak nyaman dengan diskusi seperti itu, lebih suka menangani masalah mereka sendiri, atau tidak suka mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan . Mereka juga tidak terlalu rentan terhadap kesusahan orang lain, termasuk istri mereka, dan dengan demikian dapat terlihat tidak peka terhadap kebutuhan istri mereka. Sementara istri mungkin menganggap suami mereka tidak membantu, tidak terlibat, atau tidak peduli, mungkin mereka malah tidak dapat mengidentifikasi ketika istri mereka mengalami masalah karena mereka cenderung kurang memperhatikan hal-hal seperti itu. 

Beberapa isteri cenderung untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka akan dukungan dengan cara mereka sendiri dan tanpa mereka sadari sesungguhnya mereka tanpa sengaja telah memperburuk situasi yang ada.  Mereka mungkin melakukannya secara tidak langsung, dengan membicarakan masalah mereka namun mereka tidak secara terbuka meminta bantuan, atau  mereka menggunakan pesan-pesan emosional,  seperti memberikan perilaku aneh, tanpa menggunakan kata-kata. Mereka berharap pesan-pesan emosional itu akan ditangkap oleh suami mereka bahwa mereka sedang membutuhkan bantuan dan perhatian, dan jika suami mereka gagal menerima pesan emosional yang mereka sampaikan dengan bahasa isyarat, maka mereka akan menafsirkan hal itu sebagai suami yang tidak peduli pada mereka – alhasil pertengkaran tidak dapat dihindarkan. 

Beberapa suami mungkin juga meremehkan masalah istri mereka. Para suami ini mungkin merasa masalahnya tidak sebesar yang diceritakan oleh isteri mereka – mereka berpikir bahwa isteri mereka membesar-besarkan masalah yang sesungguhnya. Dengan pola pikir seperti ini besar kemungkinan para suami memilih untuk mengabaikan kesuliatan isteri mereka, atau lebih buruk lagi, mengejeknya atau bertindak kurang sabar ketika para isteri mencoba menjelaskan apa yang salah. Reaksi semacam itu dapat menurunkan rasa percaya diri isteri untuk mengatasi masalah, namun pada saat yang sama peri laku para suami seperti in dapat menambahkan masalah yang suadah ada tanpa para suami memahaminya. Besar kemungkinan para suami melakukan hal itu karena mereka beranggapan masalah yang ada tidak seberapa penting padahal isteri mereka beranggapan masalah yang sedang mereka hadapi sangat penting, sehingga para isteri merasa bahwa suami mereka telah mengabaikan perasaan mereka. 

Beberapa suami mungkin tidak memahami jenis dukungan yang dicari istri mereka. Pria biasanya memberikan dukungan berupa saran penyelesaian masalah terkait — yaitu, mereka mencoba memberikan saran spesifik tentang cara memperbaiki masalah. Wanita, di sisi lain, memberikan lebih banyak dukungan emosional, yaitu empati dan simpati, dan seringkali itu adalah jenis dukungan yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri. Ketika suami mengajukan solusi, istri mereka mungkin benar-benar ingin pengertian dan diskusi tentang pilihan dari opsi-opsi yang ada. Meskipun solusi yang ditawarkan suami mereka bagus,  namun para isteri dapat menafsirkan solusi yang ditawarkan  tidak membantu mereka karena solusi tersebut tidak memperhitungkan perasaan mereka. Jika reaksi para isteri menunjukkan bahwa mereka merasa tidak dibantu,  seorang suami mungkin akan masuk dalam diskusi seperti itu dengan rasa takut akan gagal. Para suami dapat menarik diri, menjadi tidak sabar, atau mengganti topik pembicaraan saat berhadapan. Melihat perilaku suami seperti ini, isterinya akan beranggapan bahwa suaminya tidak dapat diandalkan ketika dia membutuhkannya. 

Ketika suami atau isteri merasa mereka tidak sedekat yang seharusnya maka mereka akan belajar untuk lebih lagi dapat mendekatkan diri mereka dengan jalan memberikan dukungan kepada pasangan hidup mereka. Langkah pertama yang harus diambil adalah menghindari bantuan dari luar sedapat mungkin agar suami dan isteri dapat belajar untuk saling mengandalkan (kecuali jika suami atau isteri berada pada titik kebutaan sehingga tidak dapat melihat kekurangan mereka, maka dalam hali ini dibutuhkan seorang konselor  yang ahli dalam bidangnya).  Kemudian sediakan waktu di akhir setiap hari untuk membahas kejadian-kejadian yang masing-masing harus tangani, terlepas dari apakah itu masalah atau tidak — tetapi pastikan kedua pasangan suami dan isteri berbicara tentang emosi yang mereka alami yang berhubungan dengan setiap kejadian yang mereka alami pada hari tersebut. Pada akhirnya mereka akan terbiasa membicarakan masalah mereka dan mereka akan saling memandang  pasangan hidup mereka sebagai sumber bantuan dan bimbingan yang telah Tuhan siapkan bagi mereka masing-masing. Solusi paling sederhana adalah memberi tahu para suami secara langsung bahwa mereka ingin mendiskusikan suatu masalah atau kejadian, daripada menunggu para suami menebak bahwa sesungguhnya ada suatu masalah yang ingin dibicarakan isteri mereka . Para suami akan merasa sangat  lega mengetahui bahwa masalah yang ada bukanlah masalah tentang dia dan dengan senang hati ia akan membicarakannya dengan isterinya. 
 
Para Pria tahu secara pasti bahwa istri mereka menanggapi secara serius dukungan yang mereka terima dari suami mereka. Keterlibatan para suami kususnya dalam hal memberi telinga untuk mendengarkan masalah yang sedang dihadapi isteri menyiratkan bahwa mereka peduli pada isteri mereka dan itu membuat para isteri merasa lebih nyaman karena diperhatikan oleh suami mereka. Sementara para suami mungkin saja menganggap beberapa masalah istri mereka tidak penting, namun demikian para suami harus bersedia belajar bahwa kecenderungan para isteri adalah menangapi masalah yang ada lebih banyak dari sisi emosional yang mungkin terlewatkan oleh para suami. Mengabaikan atau menyepelekan masalah yang ada sungguh sangat tidak terpuji, dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya beberapa emosi negative. 

Ketika para istri mendekati suami mereka dengan suatu masalah, kadang-kadang para isteri membutuhkan panduan untuk mengambil keputusan dan kadang-kadang mereka hanya menginginkan bahu para suami untuk mendapatkan simpati saat mereka bersandar dan kata-kata yang dapat menyejukkan hati. Belajarlah untuk mengidentifikasikan apa yang para isteri cari dan hindari berpikir bahwa hanya ada satu cara yang tepat untuk menangani masalah. Mengetahui perbedaan yang ada dan meresponinya dengan cara yang tepat akan memberikan kesan apakah suami mereka tampil suportif bagi kebutuhan mereka atau tidak. Jika para suami tidak yakin bagaimana cara meresponi terhadap kebutuhan isteri, paling tidak para suami harus mampu menunjukkan rasa empati and simpati – pendekatan cara ini dapat membuat para isteri untuk menjelaskan lebih lagi dalam percakapan berikutnya tentang masalah yang ada sehingga para suami dapat mencari solusinya. 

Ingat, dukungan dalam segala bentuknya adalah dukungan yang bersifat timbal balik. Jika hubungan pernikahan itu baik, maka  suami dan isteri saling memberikan perhatian mereka untuk membahagiakan pasangan hidup mereka. Jika suami siap untuk membantu ketika dibutuhkan, maka sang isteripun siap memberikan bantuan pada saatnya tanpa diminta. Dan sebagai penutup, suami dan isteri masing-masing memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan pasangan hidup mereka, dan mereka memiliki hak untuk mengharapkan itu dari pasangan hidup mereka — sama seperti kita memiliki hak untuk mengharapkan dukungan dari pasangan kita. 

Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat!

Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD 
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California 
www.restoration117.org
Sumber : Dr. Harry Lee
Halaman :
1

Ikuti Kami