Berhentilah Terlalu Keras ke Dirimu Sendiri!
Kalangan Sendiri

Berhentilah Terlalu Keras ke Dirimu Sendiri!

Lori Official Writer
      2512

Roma 8: 30

Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 4; Matius 4; Kejadian 7-8

Aku melihat Waze GPS di ponselku. Aplikasi ini bagus. Waktu itu aku sedang dalam perjalanan ke satu grup setelah kami membahas tentang buku yang aku tulis.

Bahkan sebelum aku keluar dari halaman rumah, perkiraan waktu kedatangan mengatakan aku terlambat 5 menit.

Kenapa kamu gak bisa pergi dengan tepat waktu? Apa yang salah denganmu? Gerutuku ke diriku sendiri.

Tapi bagaimanapun tindakan itu gak akan pernah bisa mengganti waktu yang sudah hilang atau mempersiapkan hatiku untuk jadi inspirasi buat para wanita yang aku kunjungi. Aku berpikir soal buku yang aku baru selesaikan, itu tentang seorang pahlawan wanita yang tidak sempurna. Aku berpikir kalau saja dia terlambat, mungkin aku tidak akan terlalu mencintainya. Aku berempati padanya. Jadi kenapa aku terlalu keras degan diriku sendiri?

Aku mengalihkan pikiranku dari diriku ke Tuhan. Aku berterima kasih karena sudah menjadikan aku seperti ini. Aku meminta supaya Dia membantuku melakukan hal yang lebih baik dan mengatasi situasi ini untuk selamanya, dan untuk bisa membuatku tepat waktu!

Seorang wanita berhenti di belakangku waktu aku memarkir mobilku. Dia melomat keluar dari mobilnya dan berlari untuk membuka pintu. “Aku sangat senang melihatmu mengemudi. Kalau aku berjalan dengan pembicara, aku pasti tidak akan terlambat.” Lalu kami berduapun tertawa.

Tuhan memakai waktuku untuk membangun ikatan. Aku masuk dengan santai dan senang berada di sana. Apakah itu akan terjadi kalau aku tetap mementingkan diri sendiri, merenungi kelemahanku sendiri?

Membaca bagaimana Tuhan berurusan dengan anak-anak-Nya yang tidak sempurna di dalam Alkitab membantuku belajar untuk memberi diriku berkat waktu aku mengecewakan diriku sendiri. Allah menampakkan diri kepada Yakub dan memberinya mimpi yang spektakuler dimana Tuhan berdiri di puncak tangga yang membentang di antara langit dan bumi dan malaikat-malaikat-Nya baik dan turun (Kejadian 28: 10-17).

Tuhan memberkati Yakub dalam mimpi dan berjanji untuk memberikan Yakub dan keturunannya tanah Kanaan.

“Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 28: 14 )

Tuhan menyerahkan berkat Abraham kepada Yakub.

Yang mengherankanku dalam adegan ini adalah waktunya.

Tuhan  menyatakan diri-Nya dan janji-Nya kepada Yakub setelah Yakub baru saja menipu ayahnya. Yakub melarikan diri dari murka kakaknya, Esau.

Tuhan menunjukkan kasih karunia yang serupa kepada Abraham. Seorang raja yang tak mengenal Tuhan harus membawa istrinya, Sara, setelah dia mengatakan kepada semua orang kalau Sara adalah saudara perempuannya. Saat raja menemukan kebenarannya, dia menegur Abraham dan menyuruhnya pergi dari sana (Kejadian 12: 10-20).

Aku yakin Tuhan sendiri tidak akan pernah mengampuni kesalahan Abraham. Tapi Dia tak pernah mengingatkan tentang hal itu. Abraham sendiri telah menerima ganjaran dari kesalahan itu. Itu sudah cukup. Sementara di dalam percakapan Tuhan dan Abraham, Tuhan sendiri dengan lembut meyakinkan dia dan menunjukkan kepadanya tanah yang akan diberikan kepadanya.

Kalau Tuhan saja mau bersabar atas kita, tidakkah kita harus meneladaniNya dan memberikan rahmat dan kesabaran kepada diri kita sendiri juga? Hidup dalam penyesalan tidak akan membantu kita bergerak maju. Tapi kalau kita menyerahkan kepada Tuhan, segalanya, Dia bisa menggunakan kelemahan kita untuk kemuliaan dan kebaikan kita.

Mungkin kunci untuk menerima diri kita sendiri, yang kadang mencintai orang lain lebih dulu tanpa syarat, itu datang dari melihat ke dalam diri kita sebagaimana Tuhan melihat kita.

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Efesus 1: 4)


Saat pertama melihat kita, Tuhan tahu akan jadi apa kita nantinya

 

Hak cipta Debbie W Wilson, digunakan dengan ijin Cbn.com

Ikuti Kami