Sudahkah Tindakanmu Membuat Orang Lain Melihat Cerminan Tuhan Melalui Dirimu?
Kalangan Sendiri

Sudahkah Tindakanmu Membuat Orang Lain Melihat Cerminan Tuhan Melalui Dirimu?

Lori Official Writer
      3614

Matius 5: 16

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 14; Matius 14; 2 Raja-Raja 13-14

Setelah mengucapkan ‘Amin’, bocah enam tahun itu mendongak dan berkata “Kamu benar-benar mencintai Tuhan, ya?”

Saat Robert dan aku mengambilkan dia hamburger, kami berpegangan tangan dan mengucapkan berkat. Rupanya, keluarganya tidak melakukan kebiasaan berdoa, setidaknya tidak di depan umum.

Di kesempatan lainnya, kami dan dua putra kami berdoa sebelum makan di Brasil. Kami mengangkat kepala melihat orang asing membungkuk di atas meja kami. Dengan berlinang air mata, dia berkata, ‘Suatu hari, aku akan melakukan hal ini dengan keluargaku.’

Dia mengaku tak setia sebagai suami dan juga ayah. Gaya hidupnya yang buruk menghancurkan keluarganya. Dia jadi orang Kristen setahun sebelumnya, dan keinginan terdalamnya adalah melihat mereka mengenal Tuhan.

Mungkin sebagian dari kita akan berpikir, “Kenapa berdoa makan harus seperti itu? Kenapa tidak berdoa diam-diam sambil meletakkan serbet di bagian pangkuanmu? Apakah penting saat kamu membungkuk berdoa di depan umum?”

Tentu saja Tuhan juga bisa mendengar doa-doa dengan cara seperti ini.

Kali kedua, saat kami menjadi diri kami sendiri, melakukan apa yang kami bisa lakukan. Kami benar-benar tak sadar kalau kami sedang diawasi oleh orang lain.

Teman kecil kami mengamati dan memahami bahwa kami mengasihi Tuhan. Orang asing saat sarapan pagi melihat kami mengasihi Tuhan. Hal ini menimbulkan kerinduan dalam hatinya dan membuatnya menangis.

Hal ini mengingatkan kita dengan kata-kata Paulus kepada jemaat Korintus. “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.” (2 Korintus 3: 2)

Paulus tidak butuh orang untuk menuliskan pujian atasnya. Karena orang bisa melihat dampak dari pesan Paulus di dalam kehidupan jemaat Korintus. Begitu juga kita, orang lain bisa belajar tentang Tuhan dengan memperhatikan kebiasaan kita.

Kunjungan Robert bertemu para pendeta di Brasil memperbaharui kesadaran bahwa orang-orang membaca kehidupan kita dan bahwa apa yang kita lakukan sangat penting.

Berkali-kali, orang yang mengenal orangtuanya menceritakan tentang peristiwa atau percakapan yang terjadi selama mereka melayani di sana. Tak ada yang terlalu wah, tapi mereka menyampaikan pelajaran kehidupan yang tak akan pernah terlupakan.

Seorang wanita berkomentar bahwa ibu Robert selalu berpakaian bagus. Akibatnya, saat dia menawarkan untuk mengantar dia dan seorang teman ke pesta pernikahan, merekapun berpakaian bagus untuk acara itu.

Tapi saat ibu datang untuk menjemput mereka, dia mulai menyapa, berhenti dan bertanya. “Apakah kamu sudah memikirkan siapa yang akan kita temui? Orang-orang ini sederhana. Aku pikir mereka akan lebih nyaman kalau kita berpakaian sederhana saat kita berkunjung ke sana.”

Dia peduli kepada orang lain. Mereka belajar dari pengalaman itu untuk memikirkan orang lain juga. Dan mereka menyukainya.

Kita bukan orang yang hidup di dalam ruang hampa. Kita ibarat sebuah huruf, sadar atau tak sadar. Suka atau tidak suka. Cara kita hidup mencerminkan keluarga kita, tempat kerja, dan gereja kita. Itulah yang membuat kita disebut orang Kristen.

Saat kita menjalani kehidupan, orang-orang memperhatikan apa yang kita lakukan dan bagaimana kita melakukannya. Mereka melihat apakah kita marah dan menghakimi atau murah hati dan pengasih. Apa yang mereka baca di dalam kita mungkin merupakan satu-satunya surat rekomendasi mereka tentang Yesus. Tindakan dan sikap kita bisa menuntun mereka untuk mengenal Yesus lebih dalam.

Ada banyak orang yang memberikan hidup mereka kepada Tuhan karena kebenaran, kedamaian dan sukacita. Atau karena sukacita dan pujian yang mereka lihat di dalam diri orang percaya.

Ikuti Kami