Cara Ekstrem Untuk Menyelamatkan Seseorang, Namun Tuhan Melihat Iman Dibalik Tindakan Itu
Kalangan Sendiri

Cara Ekstrem Untuk Menyelamatkan Seseorang, Namun Tuhan Melihat Iman Dibalik Tindakan Itu

Puji Astuti Official Writer
      2931

Markus 2:5

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 58; Markus 2; Imamat 26-27

Sementara pelayanan memberi kita kesempatan tertentu yang membuat kita tersenyum, aspek pelayanan yang benar-benar memuaskan adalah sukacita melihat kehidupan seseorang berubah melalui perjumpaan dengan Yesus. Markus, dalam Injilnya, mencatat contoh klasik tentang itu.

"..ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Markus 2: 3-5

Mukjizat ini penting karena tidak hanya menunjukkan kuasa Yesus, dan rahmat-Nya kepada mereka yang membutuhkan-Nya, tetapi itu menunjukkan cara kita untuk menjadi bagian dari pelayanan-Nya.

Ada kelembutan dalam cara Yesus menyapa orang yang lumpuh itu. Pria itu adalah orang berdosa. Itu jelas karena salah satu hal yang dilakukan Yesus adalah mengampuni dosanya. Sekarang teman-temannya telah menurunkannya di hadapan Yesus, orang paling suci yang pernah hidup. Perjumpaan seperti itu bisa sangat mengintimidasi. Dia lumpuh, telah diturunkan melalui atap, dan sekarang terbaring tak berdaya di depan Anak Allah. Memahami dilema pria itu, Yesus pertama-tama berkata kepadanya, "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Matius 9: 2 Suatu hal yang menghibur saat dikatakan kepada seorang pria berdosa yang telah mengganggu sesi pengajaran-Nya. Yesus secara harfiah berkata kepadanya, "Tidak ada yang perlu ditakuti di sini."

Berapa sering kita membayangkan Tuhan sebagai Seseorang yang ditakuti? Malu akan dosa-dosa kita, kita terlalu sering menghindari kehadiran-Nya, ketika kehadiran-Nya adalah tempat yang paling aman bagi kita. Sementara Yesus akhirnya akan mengampuni dosa orang itu dan menyembuhkan kelumpuhannya, Ia mulai dengan menghilangkan rasa takut pria itu.

Siapa pun dapat melihat bahwa lelaki itu lumpuh. Yesus akan mengatasi masalahnya itu. Tetapi apa yang tidak bisa dilihat orang lain adalah kondisi hati pria itu. Yesus mulai dari sana. Dia menggali lebih dalam dari yang bisa dilakukan oleh orang lain. Dia melakukan hal yang sama pada kita juga. Dia langsung ke akar masalah dan menangani hal itu terlebih dahulu. Yesus memulai urusan-Nya dengan kita dari menghilangkan rasa takut kita kepada-Nya dan menghapus dosa kita.

Ketika Yesus akhirnya berkata, " Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!," pria itu melakukan sesuatu yang dia tidak bisa lakukan. Respons alami terhadap hal itu adalah, "Aku tidak bisa melakukan itu, aku lumpuh." Tetapi pria lumpuh itu tidak mengatakan itu. Dia mencoba sesuatu yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya dan berdiri. Itulah yang terjadi pada kita ketika rasa takut dan bersalah dihilangkan. Kami tidak takut untuk mencoba yang tidak mungkin.

Aspek unik dari cerita ini adalah empat temannya dan sejauh mana mereka pergi untuk membantu teman mereka itu. Dia lumpuh dan tidak bisa datang pada Yesus sendiri. Dia membutuhkan bantuan teman-temannya yang cukup peduli padanya untuk menggotong tubuhnya yang lemas ke tempat Yesus melayani.

Bagian yang paling lucu dari keseluruhan cerita ini adalah metode yang digunakan para pria tadi untuk mendapatkan bantuan bagi teman mereka. Tempat Yesus berada itu sangat ramai sehingga mereka tidak bisa masuk. Jadi mereka menaiki tangga di luar rumah, dengan teman mereka yang masih tergeletak di atas tilamnya, dan menggali lubang di atap yang cukup besar untuk menurunkan tempat tidur pria itu. Mereka melubangi atap untuk membawa teman mereka kepada Yesus. Keempat orang yang putus asa itu melakukan sesuatu yang melanggar setiap prinsip hak properti. Mereka menghancurkan rumah orang lain. Siapa pun yang menghancurkan atap orang lain adalah pelanggar hukum. Kita mungkin berharap Yesus melihat ke atas dan berkata, "Perusak!" Tapi Dia tidak melakukannya. Markus mengatakan bahwa Dia melihat ke atas dan “melihat iman mereka.”

Kita hidup di dunia di mana orang-orang terluka. Mereka dibanjiri oleh rasa malu, rasa bersalah, dan penghukuman. Mereka membutuhkan seseorang untuk membawa mereka kepada Yesus. Ketika kita datang kepada Yesus, seseorang membawa kita. Beberapa orang tidak akan pernah sampai kepada Yesus kecuali mereka dibawa kepada-Nya oleh orang lain. Saat kamu menjalani kehidupan minggu ini, pekalah pada kesempatan untuk menjadi orang yang membawa orang lumpuh kepada-Nya.

Hak cipta © Wally Odum 2011, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami