Memasuki bulan Desember, sebagian dari kita mungkin mulai tenggelam
di dalam kesibukan untuk mempersiapkan Natal dan liburan akhir tahun. Mulai dari latihan pelayanan di gereja, mulai
terlibat dalam kepanitiaan, terlibat dalam kegiatan charity ke panti-panti,
menghadiri berbagai Christmas dinner dengan lingkungan pertemanan yang
berbeda-beda, menghadiri kebaktian Natal yang beruntun, lalu pergi liburan bersama keluarga dan seterusnya.
Meski hectic demikian, sebagian dari kita juga ada yang
mreasakan excitement loh di bulan ini. Apakah kamu sangat exited? Apakah kamu
sudah memulai dekorasi natal dan lain sebagainya? Apakah kamu sudah mulai
memikirkan kado akan yang akan diberikan kepada pasangan kamu nanti atau gimana?
Namun, sebelum kita terbawa arus hectic ini, yuk mengingat
sejenak makna Natal sehingga Natal kita menjadi berarti dan tidak membuat kita kelelahan.
Kita nggak harus terbiasa untuk mengenang sesuatu kok.
Keseharian kita mendorong kita untuk fokus kepada hal-hal yang harus dikerjakan
saat ini dan di masa depan. Hari-hari kita dimulai dari to-do-list dan bukan diisi dengan things-to-be remembered.
Kita bergerak dengan tempo yang sangat cepat di era sekarang
ini. Sayangnya, hal yang serupa juga terjadi di moment Natal. Bahkan pada saat
kelahiran Yesus, yang merupakan Natal pertama, orang-orang terlalu sibuk dan nggak memberi ruang bagiNya.
Lukas
2:6-7 berkata, "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk
bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu
dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Di kitab Lukas 2 ini, diceritakan jelas bagaimana latar
belakang yang mewarnai kelahiran Yesus. Kaisar Agustus mengeluarkan perintah
untuk menghitung jumlah seluruh rakyat (sensus penduduk). Semua orang
diwajibkan mendaftarkan diri di kota asal mereka, dan Yusuf yang tinggal di
Nazaret di Galilea harus menempuh perjalanan ke Betlehem di Yudea . Maria pun
ikut dengannya dan mendaftarkan diri sebagai ibu yang hamil tua dan hampir genap waktunya untuk melahirkan.
Sementara itu, jarak Nazaret menuju Betlehem itu sekitar 11km,
namun bila rute yang diambil tanpa melewati daerah Samaria, maka jaraknya akan
menjadi 150km. Sementara dibandingkan Galilea, daerah Yude ini dataran tinggi,
dan untuk mencapai Betlehem harus mendaki 760 meter. Sungguh berat bukan bagi Yusuf apalagi Maria yang sedang hamil tua.
Tapi, mereka tetap melakukannya hingga sampai di Betlehem.
Nah, di Betlehem pun semua orang sedang melakukan sensus dan tempat penginapan
penuh. Sehingga Maria dan Yusuf tidak bisa tidur di penginapan, dan akhirnya
mereka ditawarkan menginap di kandang hewan ternak sebagai tempat mereka bermalam.
Singkat cerita, Yesus pun lahir dengan cara yang sangat
sederhana. Yap, Yesus yang adalah
penggenapan ratusan nubuatan Perjanjian Lama mengenai kedatangan mesias. Yesus
yang akan mematahkan kutuk dosa yang datang dari zaman Adam dan Hawa. Yesus
yang merupakan kuminasi dari rencana keselamatan Allah yang sudah direncanakanNya sejak dahulu kala.
Kejadian 3:15, " Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
BACA JUGA :
Yesaya
53:11-12, "Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi
puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang
oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan
kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh
orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah
menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. "
Seharusnya, kita hidup tanpa harapan karena kutuk dosa. Tapi
lewat Yesus, kita bisa kembali kepada Allah dan damai denganNya. Ia sudah menanggung dosa kita dan membuat kita dibenarkan hidupnya di hadapan Allah.
Kita sudah dibebaskan dari kuasa dosa dan memperoleh kebebasan untuk melakukan kehendak Allah. Betapa berharganya pemberian Tuhan bagi kita bukan?
Yesus adalah hadiah terbesar dari Allah dan nggak satupun
hadiah Natal yang mampu melampaui kasih Allah melalui Yesus, karena emang Yesus merupakan esensi dari Natal itu sendiri.
Dan itu sebabnya, di Natal itu kita harus mengubah mindset kita. Hadiah bukan lagi tentang baju dan jam mahal tapi hadiah Natal adalah Yesus. Jadi, marilah memperkenalkan Yesus kepada orang-orang supaya Dia dikenal dan mereka melihat sosok Yesus yang hidup, yang menyerahakan dirinya kepada kita.
So, untuk moment Natal nanti, yuk kita melihatnya bukan sebagai to-do-list lagi tapi sebagai moment untuk mengingat kembali dan merayakan Seorang pribadi yang begitu luar biasa, Yesus Kristus, Tuhan kita. Natal bisa menjadi moment untuk membangkitkan semangat kiata untuk membina hubungan intim dengan Tuhan Yesus lebih lagi dan menjadi serupa denganNya dan menjadi kado Natal bagi orang di sekitar kita.
Sumber : berbagai sumber