Pastor Yance Yogi, Gereja Katolik Dekanat Moni-Puncak Jaya
terus menerus mempertanyakan tindakan polisi yang menangkap 4 mahasiswa yang
mengikuti misa di Gereja katolik Gembala Baik, Abepura, Jayapura yang sambil membawa bendera bintang kejora pada Minggu lalu (1/12/19).
Menurut Yogi, tindakan
polisi dalam menangkap 4 mahasiswa tersebut sangat tidak baik, karena nyelonong
masuk gereja begitu saja tanpa izin dan bikin jemaat yang hadir jadi syok dan ricuh.
"Kenapa Kapolda Papua mengizinkan polisi memasuka gereja dan menjaga proses ibadah dengan senjata lengkap. Apalagi hal itu dilakukannya tanpa izin dari pastor Paroki dan Uskup," kata Yance ketika dihubungi pada Senin (9/12/19) kemarin.
BACA JUGA: Sering Kebobolan Teroris, Koordinator Intelijen Minta Keamanan Ketat Menjelang Natal 2019!
"Gereja adalah tempat manusia dan Allah untuk bertemu
melalui doa-doa yang dilontarkan. Nah, persekutuan doa itulah yang akan
menjawab kerinduan dan harapan masyarakat di Papua, di luar Papua bahkan di
seluruh bumi," kata Pastor Yance yang mengkritik tindakan dan langkah polisi tersebut.
Pastor Yance juga menegaskan bahwa Gereja Katolik akan selalu
terbuuka dan tidak akan berpihak kepada siapa pun jika ada orang yang datang dan membagikan sesuatu.
Dia juga menegaskan bahwa gereja selalu hadir untuk menjawab harapan dan kerinduan umatnya.
"Kedatangan polisi itu justru sangat menganggu proses
peribadatan umat. Apa yang dilakukan polisi sama sekali tidak menjawab keringinan dan kerinduan umat Tuhan yang sedang beribadah," katanya.
Melalui kasus ini, Yance sangat berharap agar polisi tahu bahwa gereja bukanlah sebuah gedung saja.
"Kenapa polisi masuk begitu saja tanpa melalui prosedur?
Dalam kasus ini seharusnya polisi panggil Uskup dan pastor Paroki, bertanya
kepada mereka, dan bukan langsung menangkap umat dengan cara yang tidak manusiawi," katanya.
Sementara itu, menurut pastor Paroki gereja tersebut, RD James
Kossay, dia tidak pernah memberi izin dalam bentu apapun bagi polisi untuk menangkap umat yang sedang beribadah di hari Minggu itu.
"Saat polisi masuk ke dalam gereja, sata tidak tahu," demikian pengakuan Pastor James Rabu (4/12/19).
Pastor James juga menyebutkan bahwa seharusnya polisi memberikan informasi kepadanya sebelum masuk ke dalam gereja.
"Saya sama sekali nggak setuju, masuk tanpa izin sehingga membuat umat saya resah," katanya.
Kehadiran polisi tersebut membuat umat yang mengikuti misa
jadi tidak nyaman. Suasana di dalam gereja pun berubah, sekalipun ibadah tetap
berlanjut. Diketahui, keempat mahasiswa tersebut sedang mengikuti komuni, dan
setelah menyambut komuni, ketiga siswa duduk dibarisan depan sementara yang lainnya kembali ke belakang.
Menurut pastor James, keempat mahasiswa tersebut tidak bicara
apapun dan tidak melawan polisi melainkan ikut dan menurut langkah polisi saja.