Melatih Lidah Untuk Membangun Bukan Menyakiti Orang lain. Begini Firman Allah!
Kalangan Sendiri

Melatih Lidah Untuk Membangun Bukan Menyakiti Orang lain. Begini Firman Allah!

Naomii Simbolon Official Writer
      3219

Yakobus 3:17-18

Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

 

 

Bacaan Setahun :

Pernah nggak sih merasa menyesal setelah mengatakan sesuatu?

Inilah yang dikatakan Yakobus melalui  tuntunan Roh Kudus mengenai lidah,

"Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar." (Yakobus 3:3-5)

Mampu mengendalikan  segala sesuatu yang kuatnya seperti kapal atau kuda adalah hal yang baik.  Dan mampu mengendalikan segala sesuatu yang berurusan dengan lidah akan memungkinkan kita menjadi murid Kristus yang lebih efektif. Hal itu memungkinkan kita untuk berbicara mengenai kehidupan kepada orang lain, berbicara untuk membangun, menghibur,  menasihati, dan mengikat semua hal yang bukan berasal dari Alah.

Tetapi berita buruknya, Yakobus menatakan bahwa nggak ada yang bisa menjinakkan lidah.

Coba bayangkan, kalau udah nggak ada manusia yang bisa menjinakkan lidahnya, harapan seperti apa yang ada? Harapannya, seperti yang kamu duga, hanya ada di dalam Yesus Kristus.

Ketika kita dilahirkan kembali secara rohani, itu artinya kita dilahirkan dengan kemampuan mengundang kuasa Roh Kudus untuk memberi kita kebijaksanaan dan kesederhanaan.

Jadi, jika kamu seperti saya, maka kamu tidak akan pernah mengatakan sesuatu yang akan kamu sesali begitu kamu dilahirkan kembali sebagai orang percaya, benar? Yap, tentu saja tidak.

Ketika saya membaca bagian ini, saya mulai mencari cara gimana saya mampu lebih efektif menjembatani lidah saya dan menggunakannya untuk membangun.

Lihat deh yang ditawarkan Yakobus dalam ayat ini.

"Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:14-16)                                                                                                                                           Iri hati dan mementingkan diri sendiri disebut  dua kali dalam ayat tersebut. Entah kamu berdoa atau tidak untuk seseorang  ataupun membagikan Firman, jika disana ada kecemburuan atau selfish dengan apa yang kita katakan maka itu bukanlah dari Tuhan.

Kita nggak harus berbohong untuk melawan kebenaran ini. Pada dasarnya membayangkan Tuhan berkata, "Siapa yang bercanda? Kamu tahu, Aku tidak akan membiarkan kamu mengatakan sesuatu yang iri atau mementingkan diri sendiri melalui namaKu."

Kita nggak bisa menilaiapa yang kita katakan hanya dengan kata-kata itu sendiri, tapi melalui kebijaksanaan rohani, kita pun tahu dari mana kata-kata itu diucapkan.

Yakobus menggunakan beberapa istilah yang sangat kuat untuk menggambarkan kebijaksanaan mana yang mementingkan diri sendiri, iblis dan kejahatan hanyalah dua diantaranya.

Ketika kita ingin bicara sesuatu, sebaiknya berhentilah sebentar dan bertanya pada dirimu sendiri :

1. Apakah yang akan ku katakan berdasarkan rasa iri ?

2. Apakah aku hanya akan membicarakan diriku sendiri?

Jika kita menjawab 'ya' untuk semua ini, maka kita harus menunggu waktu untuk bicara. Yakobus memberi kita kualitas untuk menilai kebijaksanaan buruk, tetapi dia juga sudah memberi kita kualitas untuk mengetahui kebijaksanaan baik.  Ayo, kita lanjutkan dalam bab ini.

"Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai." (Yakobus 3:17-18)

Sebelum kita bicara, kita juga harus bertanya kepada diri sendiri mengenai hal-hal berikut, mengenai apa yang akan kita katakan :

1. Apakah itu murni atau adakah kebingungan atau ketidakpastikan?

2. Apakah itu perkataan damai?

3. Apakah kita berkata dengan lembut?

4. Jika kita berkata, apakah kita akan bersedia untuk menyerah ?

5. Apakah kata-kata itu adalah ungkapan sayang?

6. Apakah kata-kata itu bebas dari kemunafikan atau keberpihakan?

Ini adalah dua daftar yang harus kamu periksa yang Tuhan berikan kepada kita. Jika kita menaruh kebijaksanaan dibelakang daftar pertama maka akan menyebabkan api yang menimbulkan kekacauan. Sebaliknya, jika kita bijak dalam daftar kedua maka kata-kata kita akan membangun dan menghasilkan buah yang benar.

 

Hak Cipta © Jonathan Santiago, digunakan dengan izin. 

Ikuti Kami