Kehilangan anggota keluarga menjelang perayaan Natal bakal jadi ujian berat.
Sebagai orangtua,
pasangan suami istri tentunya bakal tenggelam dalam duka yang dalam. Apalagi kalau kejadian ini terjadi begitu saja tanpa diduga sebelumnya.
Di masa
sulit ini, gak akan mudah bagi mereka yang mengalaminya mendengar masukan atau beberapa
tips mudah untuk segera pulih dari duka. Tentu saja, pastinya kalau kita dalam posisi itu juga akan melakukan hal yang sama.
Dalam
keadaan berduka, mendengar kata-kata seperti ‘Sudah jalannya Tuhan’, ‘Yang sabar
ya’ atau ‘Kalian harus tetap kuat!’ akan dianggap sebagai bualan. Bahkan dalam situasi menyakitkan itu, mereka bisa jadi kecewa sama Tuhan.
Seberat
apapun duka yang pasangan menikah alami setelah kehilangan anak, kamu tetap dapat pesan istimewa dari Tuhan.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa direnungkan:
1. Gak ada anak yang mau melihat orangtuanya sedih
Sekalipun anak terkasihmu sudah tiada, tapi kehadirannya akan selalu bersama kalian.
Baik saat
dia ada maupun gak ada, dia tetap berharap bisa melihat orangtuanya bahagia. Dia mau ayah dan ibunya bisa kembali tersenyum dan ceria.
2. Mengampuni dan berdamai
Kalau anak meninggal
karena tindakan orang lain, pasti ada satu titik dimana kamu masih menyimpan dendam
atau kemarahan atas pelakunya. Jangan simpan sendiri amarahmu, tanya Tuhan apa
yang harus kamu lakukan. Kalau ternyata Tuhan mendesakmu untuk mengampuni, ampunilah.
Karena pengampunan punya kuasa untuk membebaskan kita dari kebencian yang gak membuat kita bahagia.
Tapi kalau kematian
anak membuatmu merasa bersalah, cobalah untuk mengampuni dirimu sendiri. Tuhan punya
otoritas atas semua hal dalam hidup kita. Ini bukan sekadar ucapan tapi kebenaran. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri atau pasanganmu.
3. Kelahiran Yesus juga diakhiri dengan kematian yang menyedihkan
Kematian anak
membuatmu marah kepada Tuhan? Pasti! Kamu berhak marah, apalagi kalau kamu sudah melakukan yang terbaik untuk anakmu.
Tapi
kebenarannya adalah Yesus sendiri lahir sebagai manusia. Dia disambut dengan sukacita
oleh orangtuanya dan juga oleh semua orang. Dan setelah Dia beranjak usia 33
tahun, Dia harus disiksa dan mati di kayu salib. Apakah kamu menganggap kematian
anakmu jauh lebih mengerikan dari kematian Yesus? Apa kamu tahu kalau ibunya Maria juga bersedih sama sepertimu saat itu?
Ya, sebagai
manusia menangisi kematian orang yang kita cintai itu wajar. Tapi dibalik
kematian Yesus, ada rencana ilahi yang besar yang tergenapi. Sampai saat itu, kematian
dan kebangkitan Yesus tercatat dalam sejarah dunia sebagai peristiwa yang mempengaruhi kehidupan umat manusia.
Jadi seperti
Yesus, apa kamu bisa melihat rencana baik yang tersembunyi dari kematian anakmu?
Tangkaplah itu dan jadikan sebagai kesaksian yang hidup dan yang memberkati banyak orang.
Di Natal ini,
wajar buat kamu untuk menangis mengenang orang terkasih yang sudah tiada. Tuhan
bahkan mengerti keadaanmu. Dan mintalah kekuatan untuk melewati masa-masa ini.
“Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang
dikasihi-Nya.” (Mazmur 116: 15)