Dikutip sebagai tema Natal Nasional
2019, tema Natal yang ditetapkan PGI dan KWI untuk perayaan Natal tahun ini
bagi seluruh gereja terambil dari Yohanes 15: 14, yang isinya “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu
berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba,
sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut
kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”
Dari ayat ini, PGI dan KWI sepakat mengangkat tema besar Natal 2019 dengan ‘Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang’.
Pesan yang ingin disampaikan melalui
tema inipun sangat jelas. Merujuk pada hiruk pikuk kehidupan berbangsa belakangan
ini, PGI dan KWI merasa penting untuk kembali mengingatkan umat Kristen untuk kembali kepada identitasnya sebagai orang yang hidup dalam kasih.
Karena itulah, momen Natal ini diharapkan bisa jadi masa untuk kembali menjalin persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satunya menjaga hubungan baik kepada saudara yang berbeda suku, agama dan ras. Jejak sejarah bangsa yang sangat panjang dianggap penting untuk dijaga dan dihormati karena kemerdekaan yang diraih sampai saat ini adalah berkat pengorbanan sesama saudara sebangsa. Sejarah bangsa inilah juga dianggap sebagai bagian dari perjumpaan antara manusia dan pencipta-Nya.
Baca Juga: Pemerintah Bentuk Panitia Natal Nasional 2019, Berikut Lokasi, Tema dan Tanggalnya
Di
pembukaan Injil Yohanes juga disampaikan kalau Allah berkenan masuk ke dalam
sejarah manusia dan menjadi bagian darinya. Dimana Firman Tuhan menjadi manusia
dan tinggal di antara manusia (Yoh 1:14). Dalam hal ini kehadiran Yesus sebagai
manusia bertujuan untuk mengubah manusia dan memberi hidup baru. Dalam
sejarahnya, kedatangan Yesus sebagai manusia memaknai perjumpaan manusia dengan Tuhan.
Yesus telah menunjukkan gambaran kasih
sejati bagi umat manusia. Kasih itu diharapkan menginspirasi manusia untuk
saling merendahkan diri dan saling melayani. Sama dengan hal itu, umat Kristen di
Indonesia juga bisa meneladani kasih Yesus, salah satunya dengan menjadi sahabat bagi semua orang.
Adapun pesan lengkap yang disampaikan PGI dan KWI tertulis dalam surat edaran berikut.
“HIDUPLAH SEBAGAI SAHABAT BAGI SEMUA ORANG” (bdk. Yohanes 15:14-15)
Dengan penuh sukacita, kita merayakan pesta kelahiran
Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Damai, yang datang untuk “merubuhkan tembok
pemisah, yakni perseteruan” (Ef 2:14) yang memecah-belah umat manusia. Sambil
merayakan Natal, dengan penuh sukacita dan syukur, kita juga mengenangkan 74
tahun kemerdekaan Indonesia sebagai buah dari rahmat Ilahi sebagaimana
dikatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai umat Kristen kita percaya bahwa
Tuhan Y.M.E ikut berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia merebut
kemerdekaannya. Kita juga percaya bahwa sejarah bangsa Indonesia merupakan bagian dari sejarah perjumpaan antara manusia dan pencipta-Nya.
Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam
perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa yang terdiri atas
macam-macam suku, budaya serta keyakinan ini telah lama berjuang untuk merebut
kemerdekaan dan merajut kehidupan bersama. Berbagai macam ujian harus
dilaluinya. Di satu pihak, persatuan bangsa dipersulit oleh penjajahan yang
bermaksud melemahkan kita dengan politik memecah-belah dan menguasai, yang
dikenal sebagai politik divide et impera. Di lain pihak, di antara para Bapak
Bangsa kita sendiri terjadi proses tarik-menarik beraneka ragam gagasan,
keyakinan dan kepentingan kelompok. Syukurlah, pada akhirnya semua perbedaan
yang ada tidak menghalangi para Bapak Bangsa kita untuk memerdekakan negeri ini
dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang disatukan oleh prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu. Kesamaan cita-cita luhur membuat mereka mampu melampaui sekat-sekat perbedaan yang ada.
Dalam Pembukaan Injil Yohanes dimaklumkan bahwa Allah
berkenan masuk ke dalam sejarah manusia dan menjadi bagian darinya. Firman
Allah telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:14).
Kedatangan-Nya bertujuan untuk mengubah manusia dan memberi dia hidup baru.
Penjelmaan Allah menjadi manusia merupakan prinsip yang amat hakiki dalam memaknai perjumpaan manusia dengan Tuhan dalam sejarah.
Menurut Injil Yohanes, cinta Allah yang begitu besar
telah menggerakkan-Nya untuk memberikan diri-Nya bagi dunia (3:16). Dengan
memakai kiasan terang dan gelap yang kontradiktif itu, kedatangan Sang Firman digambarkan sebagai
kedatangan Terang Sejati (1:4-5) yang datang untuk menyinari dunia yang ada
dalam bayang-bayang kegelapan. Kegelapan itu nyata dalam berbagai wujud,
seperti kebencian dan kekerasan. Masa Natal yang agung harus menjadi kesempatan
bagi umat Kristen untuk merenungkan bagaimana kita harus menyambut serta
menghayati kehadiran Tuhan yang ingin mengubah kegelapan menjadi terang,
kebencian menjadi kasih, dan menerima perbedaan dengan sikap saling menghormati.
Ditilik dari segi historis, pesan cinta kasih yang
ingin disampaikan oleh Injil Yohanes tampak lebih jelas mengingat pada waktu
itu komunitas Kristiani dalam lingkungan Yohanes berada dalam persimpangan
jalan untuk berpisah dari Agama Yahudi, rahim yang melahirkannya. Di satu sisi,
para pemimpin agama mengucilkan saudara-saudara mereka sendiri yang menjadi
pengikut Kristus. Hal itu tersirat dalam kisah penyembuhan orang buta yang
dikeluarkan dari sinagoga (9:22). Di sisi lain, ada tanda-tanda yang
menyiratkan bahwa dalam komunitas orang Kristen sendiri telah terjadi perselisihan mengenai identitas diri yang membahayakan persatuan mereka.
Di tengah bahaya perpecahan tersebut, umat Kristiani
diingatkan pada teladan cinta kasih Yesus, yang menginspirasi mereka untuk
saling merendahkan diri dan saling melayani. Menurut Yohanes 13:16-17, Yesus
yang adalah Tuhan Guru, rela mencuci kaki para murid-Nya sebagai lambang
kerendahan hati dan pelayananNya yang tidak mengenal batas. Injil Yohanes
memotret Sang Guru Agung sebagai sosok sahabat yang menyerukan pesan cinta
kasih (15:14). Ia memperlakukan mereka yang mempraktikkan cinta kasih sebagai
sahabat-sahabat-Nya sendiri. Relasi antara Guru dan murid, antara Tuan dan
hamba, yang mengandung jarak dan kesenjangan, diubah menjadi relasi
timbal-balik yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Dalam relasi semacam
itu, terkuak ruang-ruang baru bagi berkembangnya nilai-nilai luhur perdamaian,
kerukunan, dan pengertian. Kendati Yesus berbicara kepada para murid-Nya dalam
lingkaran yang terbatas pada zaman mereka, namun relasi persahabatan yang
diajarkan dan dihidupi-Nya itu bisa memberi inspirasi bagi kita di zaman ini.
Apa yang dilakukan Yesus mengilhami kita untuk memperkuat dan merawat persaudaraan, serta persahabatan dalam kehidupan bangsa kita.
Merayakan Natal dalam terang kehadiran Ilahi yang
menawarkan persahabatan berlandaskan cinta kasih merupakan panggilan bagi kita
untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lain-lain. Bagi umat
Kristiani panggilan tersebut merupakan suatu panggilan untuk menjadi murid
sejati, yang mempraktikkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari bersama
keluarga, Gereja, dan masyarakat. Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan
yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita
bersamanya, dan perjuangan bersama bagi kemanusiaan, bagi Indonesia yang bermartabat.
SELAMAT NATAL 2019 DAN TAHUN BARU 2020
Bandung 13 November 2019
Atas nama
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
Pdt. Dr.
Henriette T. Hutabarat-Lebang (Ketua Umum PGI)
Ignatius Kardinal Suharyo (Ketua KWI)
Pdt. Gomar
Gultom (Sekretaris Umum PGI)
Mgr.
Antonius Subianto Bunjamin, OSC (Sekretaris Jenderal KWI)