Menjadi seorang perempuan merupakan sebuah kehormatan. Meski
memiliki peran yang banyak sekali, perempuan yang takut Tuhan harus terus
berjuang untuk serupa dan segambar dengan Allah, dan memainkan perannya dengan benar bukan?
Nah, ngobrolin peran sebagai seorang perempuan dan isteri,
kali ini saya mau mengajak teman-teman untuk belajar dari kisah perempuan Sunem di Perjanjian Lama.
Perempuan Sunem ini adalah seorang wanita yang kaya yang hidup
di zaman raja Yoram, raja Israel dan di masa pelayanan nabi Elisa. Yang tak kalah menariknya dengan tokoh Alkitab lainnya.
Perempuan Sunem ini memiliki iman, karakter dan sikap yang
patut kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai isteri. Yuk kita ikuti cara hidupnya!
1. Sama
seperti perempuan Sunem, kita di ajar untuk menjadi perempuan yang bermurah hati dalam membagikan rahmat Tuhan kepada orang lain.
Dalam 2
Raja-raja 4:8 dikatakan bahwa,
"Pada suatu hari Elisa pergi ke Sunem. Di sana tinggal seorang perempuan
kaya yang mengundang dia makan. Dan seberapa kali ia dalam perjalanan, singgahlah ia ke sana untuk makan."
Pada zaman itu, biasanya para nabi hidup hanya dengan
mengandalkan kemurahan hati orang-orang yang mengundang mereka makan ke
rumahnya. Nah, Alkitab menjelaskan bahwa Sunem adalah perempuan yang murah
hati, hal itu terlihat ketika dia mengundang nabi Elisa makan di rumahnya dan
tidak hanya sekali saja. Bahkan, secara khusus dia membuat kamar untuk nabi
Elisa dan bujangnya, Gehazi dan lengkap dengan perabotannya.
Perempuan Sunem ini ingin memastikan bahwa Elisa dan Gehazi bisa istrahat dengan tenang dan leluasa.
Menarik bukan? Apakah kamu tipikal perempuan seperti perempuan
Sunem? Atau justru merasa kesal ketika teman kamu melulu nginap di rumahmu serta mencari banyak alasan supaya mereka tak lagi nginap di rumahmu.
Jika demikian, saatnya bermurah hati ya. Tamu adalah raja dan layanilah mereka demikian, siapapun mereka yang datang ke tempat kediamanmu.
2. Meski niatan perempuan Sunem itu baik, dia tetap mempertimbangkan keputusan suaminya.
Biasanya, sebagai isteri, ketika kita tahu apa yang kita
lakukan adalah baik, kita cenderung melakukannya sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat suami.
'Ah, untuk kebaikan dan menolong orang lain kan? Suamiku pastilah setuju.'
Meskipun suami kita mungkin setuju, tetapi sebagai isteri
marilah kita menghormati dia sebagai kepala. Pertimbangkanlah pendapatnya
seperti yang dilakukan perempuan Sunem sebelum dia memutuskan untuk membuat kamar dan mengisinya dengan perabotan untuk nabi Elisa.
"Berkatalah
perempuan itu kepada suaminya: “...Baiklah kita membuat sebuah kamar atas yang
kecil yang berdinding batu, dan baiklah kita menaruh di sana baginya sebuah
tempat tidur, sebuah meja, sebuah kursi dan sebuah kandil, maka apabila ia datang kepada kita, ia boleh masuk ke sana.” (2 Raja-raja 4:10)
Dengan berkomunikasi seperti ini, percaya deh bahwa pernikahan kamu tidak akan mudah retak.
BACA JUGA :
Ketika Pernikahan Tampak Sulit dan Suami Bertingkah. Ingatlah Melakukan 4 Hal Ini!
Dalam Gelombang Pernikahan, Jadilah Isteri Yang Tangguh Seperti Priscilla di Alkitab Ini!
3. Tidak menipu, perempuan Sunem ini melakukan perannya sebagai tubuh Kristus dengan tulus.
Coba, siapa diantara kamu yang menolong orang kaya atau orang terhormat karena ini diberkati kembali dengan doa misalnya atau uang?
Banyak dari kita yang cenderung menolong orang lain karena ada
maunya, mengundang orang lain ke rumah karena ingin meminta pertolongan mereka bukan dengan tulus menyajikan makanan untuk memberkati mereka.
Tapi perempuan Sunem tidak melakukannya. Meskipun dia tahu
bahwa nabi Elisa adalah abdi Allah yang punya relasi dengan raja Israel, dia tidak memanfaat atau mengambil keuntungan sama sekali dari Elisa.
Elisa
telah berkata kepada Gehazi: “Cobalah katakan kepadanya: Sesungguhnya engkau
telah sangat bersusah-susah seperti ini untuk kami. Apakah yang dapat kuperbuat
bagimu? Adakah yang dapat kubicarakan tentang engkau kepada raja atau kepala
tentara?” Jawab perempuan itu: “Aku ini tinggal di tengah-tengah kaumku!” (2 Raja-raja 4:13)
Luar biasa, ketika diberi kesempatan menolong orang lain, perempuan ini memberikan sikap yang tulus dan tidak hitung-hitungan.
Ayuk lakukan hal yang serupa, untuk tetanggamu, teman sekantor hingga teman-teman arisan.
Sekarang pertanyaannya, di jaman modern sekarang ini kapan
terakhir kamu membuka rumah bagi orang lain untuk makan bersama atau tinggal?
Kapan terakhir kita mempertimbangkan pendapat suami sebelum memutuskan hal
kecil hingga hal besar? Serta bagaimana respon kita ketika membantu orang lain
yang kaya raya? Apakah memanfaatkannya dan bagaimana responmu ketika mereka
tidak membalasmu dengan baik? Apakah hitung-hitungan atau menyerahkannya kepada Tuhan?
Teruntuk isteri, tetap semangat ya! Mari belajar menjadi perempuan yang berkenan setiap hari.
Sumber : berbagai sumber