#KataAlkitab - Orang Kristen Kok Berhutang? Apakah Boleh? - Juhono Sudirgo
Sumber: Kontan.com

Finance / 22 October 2019

Kalangan Sendiri

#KataAlkitab - Orang Kristen Kok Berhutang? Apakah Boleh? - Juhono Sudirgo

Inta Official Writer
3520

JCers, kerasa nggak sih, kalau sekarang ini, apa-apa jadi semakin mahal? Bahkan, media sekarang ini memprediksi kalau milenial itu bakalan kesulitan buat punya rumah sendiri. Penghasilan kita pas-pasan, sementara ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

Lalu, kalau misalnya ternyata kurang, boleh nggak sih kita membeli sesuatu lewat berhutang? Baik itu berhutang lewat bank, teman, atau lainnya, gimana sih Alkitab memandang hutang ini?

Hutang merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Gagal bayar bahkan sudah dianggap sebagai isu umum yang terjadi di berbagai negara. Hal ini membuat banyak orang kemudian menyatakan dirinya bankrut karena nggak lagi bisa membayar cicilan hutangnya.

Pada tahun 2017, tercatat ada 17.490.000 keping kartu kredit yang tersebar di seluruh Indonesia. OJK mencatat kalau data KPR naik 10.52% atau Rp. 377.76 Triliun per September 2017. Sementara kredit kendaran bermotor, sampai September 2017, tercatat ada Rp. 121.8 Triliun.

Bukankah dari data di atas, kredit rumah, apartemen, atau motor menjadi hal yang biasa di Indonesia? Kita tahu sendiri kalau KPR, KPA atau Kredit itu termasuk ke dalam hutang.

Bersama dengan JC Channel, kita akan membahas boleh atau tidaknya orang Kristen berhutang. Bersama dengan Juhono Sudirgo yang sudah berkarir di dunia perbankan selama 14 tahun, yuk kita ulas sampai tuntas soal ini.

Pengertian hutang

Hutang, menurut Pak Juhono merupakan kegiatan mengambil uang masa depan untuk digunakan sekarang. Sementara investasi merupakan uang yang sekarang disimpan untuk digunakan di masa depan.

"Jadi kalau saya mengambil sesuatu yang belum saya miliki dari masa depan, itu kadang-kadang ada beban," ungkapnya. "Jadi kalau orang nggak sanggup bayar, maka akan terjadi masalah." Sebagian orang menganggap kalau setelah menerima sesuatu setelah berhutang, mereka mendapatkan sebuah berkat. Padahal, hutangnya itu nggak berdosa. "Yang jadi dosa itu saat kita nggak bisa bayar," ungkap Pak Juhono.

Perbedaan hutang produktif vs hutang konsumtif

Hutang produktif berarti pada saat kita berhutang, maka penggunaannya bisa menghasilkan uang kembali. sementara hutang konsumtif, pada saat kita berhutang, maka kita harus nombok dari gaji kita untuk membayarnya.

Bedanya dari siapa yang membayar. Amsal 22:7, "Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budah dari yang menghutangi." Semuanya tergantung dari kita sendiri. Apakah kita mau jadi budak bagi orang lain karena hutang ini?

Ketika kita berhutang untuk usaha, Pak Juhono menjelaskan kalau yang menjadi budak adalah hasil usaha kita, bukan kitanya sendiri. Sebab kita menggunakan uang tersebut untuk biaya dalam usaha ini.

Nggak semua hutang itu negatif. Kita bisa pinjam uang untuk beli mobil, tapi kita sendiri sebenarnya jarang banget pakai mobil tersebut. Nah daripada jadinya hutang itu konsumtif, lebih baik kita jadi driver online saja, sehingga kita punya pemasukan tambahan dari mobil yang kita beli tersebut.

Kalau nilainya terus menurun, kita beli sesuatu cuma buat gaya-gayaan saja, maka kita akan menjadi budak dari hutang tersebut. Ya gimana enggak, orang kita kan harus menyisihkan uang gaji tersebut untuk melunasi hutang-hutangnya.

Nah kalau kamu mau lihat video lengkapnya, yuk klik link di gambar atas.

 

 

 

 

 

 

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami