Kekristenan di Amerika
menurun drastis, demikian hasil survey terbaru yang menjadi perhatian berbagai
media di Amerika. Dalam beberapa dekade ke depan, jika hal ini terus terjadi
maka sebutan “Negara Kristen” tidak akan disandang lagi oleh negeri Paman Sam
tersebut.
Berdasarkan laporan dari lembaga Pew Research menyatakan bahwa Kekristenan di Amerika menurun drastis sekitar 12 persen dalam satu dekade terakhir, yaitu dari 78 persen pada tahun 2007 menjadi 65 persen di tahun ini. Dengan fakta ini, diperkirakan pada tahun 2035 nanti mayoritas penduduk Amerika adalah non-Kristen.
Jumlah ateis meningkat
Pada periode yang
sama, kenaikan jumlah orang yang menyatakan dirinya ateis, agnostic atau tidak
beragama meningkat menjadi 17 persen, atau seperempat dari jumlah populasi
orang dewasa Amerika saat ini.
Jumlah orang dewasa
yang mengikuti ibadah gereja setiap minggu pun terus menurun. Sekitar 54 persen
orang Amerika menyatakan mereka hanya ke gereja beberapa kali dalam setahun,
dan sekitar 45 persen berkata mereka paling tidak sebulan sekali ke gereja.
Penurunan ini terjadi baik dikalangan umat Katolik maupun Protestan. Menurut riset Pew, 43% orang dewasa mengaku sebagai Protestan, jumlah ini turun dari tahun 2009 yang mencapai 51%. Sedangkan Katolik turun menjadi 20% dari sebelumnya 23% di tahun 2009.
Dampak penurunan Kekristenan pada sosial politik Amerika
Penurunan jumlah orang
Kristen di Amerika ini diperkirakan akan sangat mempengaruhi politik di negeri
itu. Sejak awal berdirinya Amerika, iman Kristen sangat mempengaruhi
keputusan-keputusan yang dibuat oleh para bapak pendiri negeri Paman Sam. Namun
dengan penurunan jumlah Kekristenan nantinya, kondisi sosial politik di negeri
itu diperkirakan akan semakin menjauh dari nilai-nilai Kristiani.
Kondisi ini sudah
mulai terasa sekarang dengan banyaknya konflik kepentingan diantara kelompok demokrat
yang memperjuangkan berbagai aturan yang membatasi ekspresi keagamaan di ruang publik
dan juga mengedepankan hak-hak kelompok LGBTQ.
Walaupun hal itu
mendapat perlawanan sengit dari para pendukung Trump dari partai Republik,
namun dengan berbagai isu saat ini yang menyerang sang presiden, posisi
kelompok Kristen yang banyak menjadi pendukung Trump menjadi tidak
menguntungkan.
Bagaimana kondisi Kekristenan Amerika dalam beberapa dekade ke depan, apakah yang terjadi pada Kekristenan di Eropa juga akan terjadi di sana? Itu menjadi sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh kalangan Kristen di Amerika. Penutupan gereja-gereja megah karena mengalami kebankrutan bukanlah berita baru di Amerika. Hal ini membuat banyak hamba Tuhan mempertanyakan keefektifan keberadaan megachurch dan gereja pada umumnya saat ini.
Mari berdoa untuk Amerika
Walaupun kondisi dunia
dan bangsa-bangsa bisa berubah, namun tidak demikian dengan Tuhan. Dia
berdaulat dan berkuasa atas umat manusia dan pemimpin bangsa-bangsa. Bahkan Dia
bisa membuat apa yang terlihat buruk, seperti penurunan jumlah orang Kristen di
Amerika ini untuk menyatakan kuasa dan kasih-Nya kepada kita.
Ini saatnya gereja Tuhan berdiri bersama dan bergandengan tangan untuk memberitakan Injil kasih karunia kepada semua makhluk di akhir zaman ini. Jika dulu wilayah Asia menjadi tujuan para misionaris, ini mungkin adalah saat dan musimnya bagi bangsa-bangsa di wilayah Timur untuk mengirimkan penginjil-penginjil ke berbagai bangsa.
Mari berdoa bersama untuk Amerika, untuk mereka yang bekerja keras dalam pemberitaan Injil di negeri ini agar mereka terus diberikan hikmat dan juga kasih untuk membawa kembali bangsa yang besar ini kepada Tuhan.
Baca juga :
Sutradara Film Doctor Strange Ini Sebut Kekristenan Sumber Masalah Besar Amerika
Mengejutkan! Bukan Kristen, Anak Muda Amerika Lebih Suka Mengaku Sebagai Ateis Atau LGBT