Pasang Masker Oksigen Rohanimu Lebih Dulu, Sebelum Melayani Orang Lain
Kalangan Sendiri

Pasang Masker Oksigen Rohanimu Lebih Dulu, Sebelum Melayani Orang Lain

Lori Official Writer
      2590

Yesaya 40: 29

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 111; 1 Petrus 3; Yehezkiel 26-27

Ibuku kesakitan waktu kamu memindahkannya dari kehidupan yang mandiri ke kehidupan yang harus mendapatkan bantuan.

Seperti kebanyakan penderita demensia, dia melawan, berteriak dan agresif secara fisik. Pupil matanya mengerut dan kilau yang dulu menghiasi mata coklatnya yang lembut berubah jadi membara dan dingin.

Aku menuntun dia ke kursi favoritnya dan duduk dekat menghadapnya. Suamiku duduk dan berdoa dari seberang ruangan. Dengan lembut aku menyentuh wajahnya dengan tanganku dan memintanya untuk terus menatapku, walaupun dia memalingkan mukanya dalam kemarahan yang besar. Aku merasa seperti sedang menatap mata iblis sementara Roh Kudus berbisik di telingaku. Terjadi ketegangan besar saat itu.

Ke arah mana kita memalingkan wajah kita saat memasuki kehidupan yang berat?

Bagaimana kita menemukan kekuatan dalam pencobaan yang mustahil ini?

Aku teringat dengan peragaan yang dilakukan para pramugari di pesawat. Saat terjadi keadaan darurat, penumpang diminta untuk memakai masker oksigen lebih dulu dan baru kemudian membantu orang lain. Dengan oksigen itulah kita bisa sekuat orang lain.

Sumber oksigen rohani terbesar kita adalah saat kita mengijinkan Roh Kudus melayani kita dalam segala keadaan.

Jadi aku memakai masker oksigen rohaniku lebih dulu dan berdoa. Aku tidak bisa membantu ibuku kalau aku gak terhubung dengan sumber oksigen rohaniku.

Akhirnya aku merasakan kedamaian. Aku perlahan dan dengan lembut berbicara dengan ibuku, mengingatkan siapa aku, bahwa dia selalu percaya kalau aku bisa melakukan hal yang benar, dan bahwa aku sangat mencintainya. Tubuhnya pun mulai rileks. Dia tak lagi berusaha memalingkan mukanya dariku, dan dia mengakui kalau dia pun begitu mencintaiku.

Kehilangan kedua orangtua karena Alzheimer membuat imanku jauh lebih kuat. Peristiwa ini mengajariku cara mengajukan pertanyaan yang tepat kepada Tuhan supaya aku bisa memposisikan diri untuk mendengar jawaban-Nya.

Saat sedang melayani orang lain, terutama saat sedang merawat seseorang kamu perlu bertindak berani dengan kasih. Orang lain akan terinspirasi saat menyaksikan bagaimana Tuhan memakaimu.

Letak kekuatan kita ada pada Roh Kudus. Dia hadir di dalam hidup kita.

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Korintus 6: 19)

Roh Kudus menyingkapkan kita tentang kebenaran.

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” (Yohanes 15: 26)

Roh Kudus memberikan kita kekuatan.

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yesaya 40: 29)

Roh Kudus mendorong kita dalam setiap langkah hidup kita, seperti seorang perawat. Beberapa hari aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan bertanya bagaimana aku bisa membuat keputusan yang begitu besar. Dengan memilih berdiri teguh dalam iman dan memperkatakan kebenaranlah aku memperoleh kekuatan untuk terus bergerak maju selangkah demi selangkah.

Temukanlah kekuatanmu di dalam Roh Kudus. Di dalam kekuatan-Nya, kamu akan dibebaskan dari gangguan negatif.

Waktu kamu bertanya dimana Tuhan, berdoalah supaya Dia menunjukkan diri-Nya kepadamu dengan cara yang tak bisa kamu bayangkan. Dia adalah sumber napas kehidupan yang berjanji untuk menghembuskan semangat baru dalam jiwa kita.


Hak cipta Cheryl Crofoot Knapp, digunakan dengan ijin Cbn.com

Ikuti Kami