Ahli Ungkap 4 Kesalahan Orang Tua Saat Beri Uang Saku Pada Anak
Sumber: kiplinger

Parenting / 17 October 2019

Kalangan Sendiri

Ahli Ungkap 4 Kesalahan Orang Tua Saat Beri Uang Saku Pada Anak

Inta Official Writer
3261

Pada usia berapa kita pertama kali mengenalkan anak pada uang? Kapan kita mulai memberikan uang saku pada anak? Mungkin sebagian dari kita memilih untuk memberikan uang saku secara harian, meskipun ada pula orang tua yang memilih untuk memberikan uang saku secara mingguan.

Anak-anak di Indonesia ini memang sangat terbiasa jajan. Ada orang tua yang menganggap uang saku jauh lebih praktis daripada harus membuatkan anak-anak bekal setiap hari. Harapannya, lewat uang saku yang diberikan, anak akan belajar mandiri dan lebih bertanggung jawab terhadap keuangannya.

Agar bisa mencapai harapan di atas, kita harus punya cara jitu. Maka, berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua saat memberikan uang saku pada anak.

1. Kita terobsesi dengan jumlah yang diberikan pada anak

Pertanyaan yang paling sering kita ajukan soal uang saku adalah jumlahnya. Kira-kira, berapa sih uang yang harus kita berikan pada anak? Memberikan uang saku merupakan pembelajaran dasar untuk dilakukan kalau kita pengin anak-anak lebih bijak terhadap uang mereka.

Kita sering takut kalau anak akan jadi boros, tetapi di lain sisi, kita juga takut nantinya anak kita kekurangan kalau nggak berikan uang saku yang cukup. Yang perlu kita ketahui adalah bukan soal jumlahnya, melainkan soal pengajaran mengenai keuangan yang harus kita sampaikan kepada mereka.

Berapa pun jumlahnya, cobalah bangun komunikasi dengan anak soal uang yang diberikan kepada mereka. Misalnya dengan bertanya bagaimana ia menghabiskan uangnya. Setiap anak itu unik. Biasanya, jumlah uang yang ia habiskan itu sangat tergantung dari kesukaan anak. Pertanyaan, ‘hari ini adik jajan apa aja? Masih ada sisa, nggak?’ jauh lebih penting dibandingkan dengan jumlahnya.

2. Tidak memberikan uang saku di usia yang tepat

Kebanyakan orang tua baru akan mulai memberikan uang saku pada anak saat mulai memasuki sekolah dasar. Ahli mengemukakan kalau hal ini bisa menjadi kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua. Saat anak paham konsep uang, jumlah dan cara menghitungnya,  saat ia berusia 5 tahun atau mulai di taman kanak-kanak, kita bisa mulai mengenalkan mereka kepada uang.

Dengan begitu, anak-anak jadi lebih cepat memahami hal-hal seperti menabung atau konsep uang lainnya lebih cepat. Semakin cepat mereka belaajar, mereka jadi lebih tahu mana yang lebih penting buat mereka.

Anak-anak yang usianya lebih besar biasanya akan lebih mendengarkan lingkungan dari teman-temannya. Hal ini kemudian akan mengantarkan mereka pada kebiasaan menghabiskan uang saku buat hal yang mereka sukai daripada mengikuti arahan orang tuanya.

3. Kita memberikan uang tanpa memberi tahu kalau uang bisa mengikat seseorang

Ada lho, anak yang menangis karena tidak diberikan uang oleh orang tuanya. Ia nggak bisa jajan, bahkan merengek minta jumlah yang lebih besar. Tentu kita nggak pengin anak kita seperti itu, bukan?

Saat kita mengenalkan uang saku pada anak, cobalah memberi mereka pengertian bahwa uang itu baik untuk ditabung. Jelaskan pada mereka kalau uang tabungannya akan digunakan untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan.

Mereka jadi belajar untuk menunggu, dan memahami kalau setiap hal itu nggak selalu bisa didapat dengan cara cepat. Kebiasaan menabung, pajak, bahkan soal perpuluhan pun bisa kita ajarkan pada anak melalui uang saku ini, lho.

Disini juga ada baiknya kalau kita nggak menggunakan uang saku sebagai hukuman. Misalnya, anak nggak mau bantuin buang sampah, kita jadi langsung mengurangi uang sakunya.

4. Menjadikan uang saku sebagai imbalan untuk kewajibannya

Nggak jarang kita memberi embel-embel nambahin uang jajan asal mereka menurut mau membantu pekerjaan rumah. Memang banyak pro kontranya, tetapi kita harus paham kalau hal ini nggak selalu bisa dibenarkan.

Sebagai anak, mereka merupakan bagian dari keluarga. Sebuah keluarga berarti saling berkontribusi satu sama lain. Pekerjaan rumah merupakan tugas sebagai anak, dan kita harus mengajarinya. Kalau kita membiasakan memberikan uang saat mereka selesai membantu kita, bisa-bisa, anak-anak nggak lagi mau membantu kita saat merasa uangnya cukup.

Namun, perlu diingat, ada beberapa kasus yang memang menjadi pengecualian. Misalnya, saat rumput di rumah tinggi-tinggi, kita minta anak buat membantu. Kita bisa memberinya upah berupa uang dengan memberi pengertian, "Terima kasih ya, sudah bantu Mama. Karena kamu bantu Mama, Mama nggak harus membayar tukang. Jadi, mama beri uang lebihnya buat kamu, ya."

Pendidikan soal uang ini sangat penting buat anak. Kita sendiri saja menyadari kalau uang itu penting, bukan? Uang saku bisa menjadi sebuah media belajar buat anak-anak. Untuk itu, pastikan anak-anak bisa belajar dengan maksimal lewat uang saku yang kita berikan, ya. 

Sumber : CBN
Halaman :
1

Ikuti Kami