4 Kondisi Ini Tidak Memungkinkan Kita Untuk Menggabungkan Uang Dengan Pasangan

Marriage / 9 October 2019

Kalangan Sendiri

4 Kondisi Ini Tidak Memungkinkan Kita Untuk Menggabungkan Uang Dengan Pasangan

Inta Official Writer
1799

Setelah kita menikah, menggabungkan keuangan merupakan hal yang biasa dilakukan. menggabungkan keuangan bukan hanya soal membayar tagihan atau keperluan sehari-hari bersama, tetapi juga menggabungkan perencanaan keuangan untuk masa depan. Baik itu pada masa pensiun, menabung untuk beli rumah, atau sampai kapan kita harus bekerja sampai bisa mencapai tujuan finansial bersama. Semuanya harus dilakukan bersama-sama 

Sebelum kita menggabungkan keuangan dengan pasangan, ada beberapa hal yang perlu kita pahami. Bahwa nggak cuma rencana atau pengeluaran keseharian, tetapi juga berbagi hutang, atau biaya keseharian bersama. Uang yang kita dan pasangan miliki, kemudian jadi milik bersama.

Karenanya, kita harus mau menurunkan ego dan memahami kalau pasangan mungkin punya pola pikir soal uang yang berbeda. Kita harus bisa menerima bagaimana pasangan memperlakukan uangnya, yang mungkin saja jauh berbeda dengan cara kita menyikapi uang.

Keuangan bisa menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi dalam pernikahan. Banyak orang yang sudah melakukan kesalahan tersebut, jangan sampai kita melakukannya juga.

1. Saat satu orang merupakan saver dan yang lainnya spender

Sebaik apa pun kita mengenal pasangan, semuanya akan berbeda saat pernikahan. Dalam beberapa kasus, ada pasangan yang memang punya kebiasaan untuk menabung, sementara yang lainnya terbiasa menghamburkan uangnya.

Kalau kita ada pada kondisi ini, menggabungkan keuangan bisa menjadi pilihan yang buruk. Sebab ada yang ingin melindungi uangnya, sementara orang yang lain nggak betah kalau ada uang nganggur di tabungannya. Kalau kebiasaan ini dibiarkan, kita akan jadi punya masalah kepercayaan terhadap pasangan.

Untuk itu, sebuah perencanaan rumah tangga bisa menjadi salah satu cara agar kita bisa mengembalikan kepercayaan tersebut. Meski demikian, kita harus berhati-hati, sebab orang yang hemat bisa terlihat lebih suka memerintah dan mengendalikan anggaran tanpa memberikan  pihak spender waktu untuk menjelaskan.  

2. Pasangan punya masalah dengan hutang

Hutang adalah masalah yang paling sering dialami oleh pasangan menikah. Hutangnya bisa macam-macam: berhutang karena bisnisnya, hutang yang diturunkan dari keluarganya, tetapi ada pula hutang konsumtif.

Kalau kita punya pasangan yang memiliki skor kredit buruk, suka beli hal konsumtif dengan berhutang, maka ada baiknya untuk tidak menggabungkan keuangan terlebih dahulu. Namun, kalau pasangan sudah terlanjur jadi orang yang hobinya berhutang, maka sudah sebuah kewajiban buat kita untuk membantunya dengan Menawarkan rencana untuk bisa melunasi hutang tersebut.

Hutang pasangan bisa menjadi hutang kita juga. Bahkan, meski keuangan kita sudah terpisah, hutangnya pun bisa mempengaruhi kita, bukan?

3. Punya ketergantungan akan sesuatu

Ini merupakan masalah yang sulit. Kalau pasangan kita punya kecanduan, seperti alkohol, narkoba, atau hal lainnya, lebih baik kita melakukan pemisahan keuangan dengan pasangan. Kita pasti nggak pengin tabungan kita terkuras untuk hal yang sia-sia, bukan?

Nggak cuma kecanduan narkoba atau alkohol, kecanduan belanja juga bisa menjadi salah satu masalah. Agar kita bisa membantu pasangan, maka kita harus mencari bantuan profesional. Kencanduan sering mengarahkan pasangan terhadap berbagai kebohongan.

4.  Punya terlalu banyak beban

Setiap orang yang masuk dalam kehidupan kita punya beban prioritasnya masing-masing. Ketika menikah, prioritasnya harus ada pada kita, sebagai pasangannya, bukan? Tapi ada pula orang yang merasa kalau keluarganya itu jauh lebih penting daripada pasangannya.

Hal ini kemudian membuatnya mudah saja mengeluarkan uang untuk membantu keluarganya tanpa harus mendiskusikannya kepada kita. Kalau sudah begini, kita harus mengingatkannya kalau kita juga keluarganya, yang harusnya juga menjadi prioritasnya.

Dalam pernikahan, Alkitab mengatakan kalau kita sudah menjadi satu dengan pasangan (Kejadian 2:24, Markus 10:6-8; Efesus 5:31). Menjadi satu ini, tak terkecuali soal keuangan. Berbagi keuangan, termasuk aset, tabungan, atau hutang itu sama pentingnya dengan membagikan kehidupan kita dengan pasangan.

Namun, kondisi-kondisi di atas memang bisa membahayakan pasangan dan diri kita sendiri. Pasangan yang kecanduan, boros, atau terbiasa berhutang bisa merusak perencanaan keuangan kita. Kita perlu menjelaskannya pada pasangan bahwa kehidupan pernikahan kita bisa lebih baik lagi.

Mungkin sekarang kita belum bisa menggabungkan keuangan kita karena kondisi-kondisi di atas, tapi seperti yang Tuhan bilang, sebagai satu tubuh, sudah seharusnya kita sama-sama menjadi pengelola keuangan yang baik. 

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami