Merasa Tidak Terkoneksi Dengan Tuhan Meski Selalu Berdoa Tiap Hari? Mungkin Ini Sebabnya!
Sumber: pexels.com

Kata Alkitab / 10 May 2021

Kalangan Sendiri

Merasa Tidak Terkoneksi Dengan Tuhan Meski Selalu Berdoa Tiap Hari? Mungkin Ini Sebabnya!

Naomii Simbolon Official Writer
7381

Pernah nggak sih kamu merasa stuck dalam imanmu. Seperti ada tembok yang membuatmu benar-benar sulit sekali bernafas dalam hal kerohanian.

Meski sudah berdoa, tetap membaca Alkitab secara teratur dan aktif di gereja, rasanya kok tetap saja nggak terhubung dengan Tuhan seperti dulu.

Kamu merasa frustasi hari demi hari serta putus asa karena kurangnya pertumbuhan dalam Tuhan, dan kamu sendiri nggak tahu apa yang perlu di ubah. Kamu benar-benar mandek.

Saya juga pernah alami hal yang serupa, dimana selama bertahun-tahun saya berjalan bersama Tuhan, dan mengalami hal yang sama dimana saya benar-benar stagnan dan tak bertumbuh padahal saya sudah melakukan semua cara.

Di musim stagnan saya, saya datang kepada Tuhan berkali-kali dan meminta bimbingannya, tapi saya tidak mendengar apapun. Kemudian, sembara mencurahkan isi hati saya, suatu hari, saya menyadari bahwa bukan dia yang mengabaikan saya tapi sayalah yang mengabaikannya.

Inilah yang juga menghentikan kamu kenapa beberapa lama ini kamu merasa tidak bertumbuh. Kamu hanya berjuang sendirian, tidak menemui siapapun untuk di ajak sharing.

Tahukah bahwa Tuhan selalu tersedia untuk kita jangkau, asal kita benar-benar meminta kepadaNya dengan hati yang tulus, tapi yang sering banget menjadi musuh terburuk kita adalah diri sendiri. Mengapa, karena iman yang sehat adalah iman yang harus terus menerus bergerak maju, tapi sering kali kita ingin tetap nyaman.

Kita takut berjalan selangkah ke hal yang tidak kita ketahui dan kita tidak mau mengetahui itu.

Inilah beberapa hal yang kerap menjadi batu sandungan yang akan membantu kita dan menahan keputus asaan kita.

 

1. Kita berada dalam sebuah persimpangan antara ketakutan dan iman

Batu sandungan ini tampaknya hitam dan juga putih kalau kita melihat dari sudut pandang objektid ya. Tapi inilah kebenarannya, bahwa sering banget kita berada dalam sebuah persimpangan antara iman dan ketakutan. Kita berpikir secara rasional tapi kita juga berpikir secara logika.

Tapi apa yang kita sudah ketahui bahwa iman adalah kebenaran yang harus kita internalisasikan berulang kali, iman tidak berarti mempercayai Tuhan dengan apa yang kita lihat tapi melalui apa yang tidak bisa kita lihat. Pas kita diminta untuk melakukan sesuatu yang tampaknya nggak masuk awal, kita harus membuat keputusan untuk itu. Keputusannya ada dikamu, entah itu bertanya, ragu atau mempercayainya berdasarkan firmanNya.

Ketika Tuhan memanggil Musa, dia juga ragu dan menebak-nebak. Musa bahkan berdebat dengan Tuhan mengenai kekurangannya, setelah Tuhan memanggilnya untuk memimpin umatNya keluar dari Mesir.

Musa menjawab, "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" (Keluaran 4:1)

Meskipun Tuhan sudah sabar banget kepada Musa dan memberinya tanda berulang-ulang bahwa Musa dapat dipercaya, Musa tetap ragu.

Jadi karena itu, sementara waktu Tuhan akhirnya menggunakan Harun untuk menyampaikan FirmanNya kepada orang-orang dan bukan Musa.

Hal yang sama mungkin berlaku bagi kita ketika kita mengindahkan panggilan Tuhan. Tuhan tidak memilih kita karena Dia membutuhkan kita, tapi karena Dia mencintai kita dan ingin kita menjadi bagian dari kisah cinta yang Dia ceritakan melalui umatNya. Hanya, kita diberikan kehendak bebas untuk selalu memilih untuk bertindak atau nggak.

 

Baca juga: Ternyata Hedonisme Berlaku Bagi Orang Kristen Loh! Ini Penjelasannya!

2.  Kita memiliki padangan yang salah atas diri kita sendiri

Sering sekali, kita bertindah seolah-olah melakukan apa yang Allah kehendaki. Jika kita mulai gagal, kita mulai merasakan beratnya. Jika seseorang mengajukan pertanyaan yang sulit dan menantang iman kita, kita mulai melakukan hal yang terserah bagi kita asal mereka melihat kebenaran.

Singkatnya adalah, kita bertindak seperti anak yatim piatu dan bukan anak Tuhan Yang Mahatinggi.

Tapi luar biasanya, ketika Tuhan melihat kita, Dia nggak melihat semua kekacauan yang kita lakukan. Dia bahkan melihat kita sebagai seseorang yang sudah sempurna karena darah PutraNya. Seseorang yang sudah menjadi terang dalam setiap langkah yang kita buat ke arahnya, yang Dia sudah pilih untuk memberikan dampak bagi kemuliaanNya.

Tapi, jika kita ingin memberi dampak, kita harus mengakui bahwa kita membutuhkan penolong. Kita harus mengaktifkan kuasa Roh Kudus yang hidup dalam diri kita dan mengatakan bahwa "Aku membutuhkanmu."

Paulus sangat mengetahui akan kekuatan Roh Kudus, bahkan dia selalu membicarakannya dalam suratnya berulang kali. Dalam suratnya kepada Efesus, dia mengatakan akan kerinduannya agar bangsa disana dipenuhi oleh pengetahuan akan kasih, kuasa dan kebijaksanaan Roh. Pengetahuan ini benar-benar melampaui kepala kita dan turun ke hati dan memenuhi jiwa kita.

"Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya," (Efesus 1:17-19)

Bagaimanapun, jangan pernah berhenti berjuang dalam mengenalNya, karena Dia menunggumu setiap detik.

 

Sumber : ibelieve/ jawabancom
Halaman :
1

Ikuti Kami