Wamena Rusuh, Warga Pilih Berlindung Di Gereja Bagi Warga. Ini Kisahnya
Sumber: Inews.com

Nasional / 9 October 2019

Kalangan Sendiri

Wamena Rusuh, Warga Pilih Berlindung Di Gereja Bagi Warga. Ini Kisahnya

Inta Official Writer
2347

Gereja punya jasa yang besar dalam menahan angka korban tewas dan terluka. Tokoh Gereja Baptis Wesaroma bagai sebuah tameng yang melindungi warga muslim dan pendatang yang jadi sasaran pada saat kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, sejak 23 September 2019 lalu.

Dikutip dari Vice.com, huru-hara amukan warga yang terjadi di kota tersebut menimbulkan 32 orang meninggal, kerusakan dan terbakarnya pada 787 bangunan, 122 mobil, juga 101 motor.

"Pada 23 September 2019 terjadi kerusuhan, sebagian kami selamatkan di gedung ibadah, sebagian kami lindungi di belakang rumah saya, dan sebagian mereka dilindungi di rumah Hengky Yikwa, anggota Jemaat Baptis dan juga anggota DPRD Mamberamo Tengah," terang Simet Yikwa, tokoh gereja, dikutip Suara.

Simet sendiri sempat dianggap berkhianat karena ketahuan sudah melindungi keluarga-keluarga tersebut. Ia juga diteriaki sebagai kelompok Barisan Merah Putih oleh perusuh. Setelah bertahan dari teriakan penuh benci selama lima jam, dirinya berhasil menyelamatkan sedikitnya 370 keluarga pendatang dari ancaman perusuh. Mereka semua langsung dievakuasi TNI ke markas Kodim Wamena.

Selain Gereja Baptis Wesaroma, perlindungan juga terjadi di Gereja Baptis Walani. Sampai saat ini, tidak ada angka pasti berapa banyak orang yang berlindung di sana. Namun, Bendahara Gereja Walani, Yafet Wakur menjelaskan kalau semua pengungsi bisa dipastikan selamat.

Nasir dan Rohmah merupakan salah satu pasangan yang ikut mengungsi di gereja. Mereka mengungsi selama lima hari sebelum akhirnya dijemput aparat TNI untuk dibawa ke Kodim. Pasangan suami istri ini sudah tinggal di Wamena selama 12 tahun dan bekerja sebagai pedagang ayam.

“Ngeri bagaimana sekelompok orang yang tak dikenal datang membawa parang dan bahan bakar langsung melukai dan membakar warga yang ditemuinya. Saat terkepung massa itu kami berada di dalam rumah. Kami menerobos pagar belakang rumah kemudian lari. Saya lihat bagaimana rumah saya dibakar massa. Setelah itu kami nekat menyeberangi sungai menuju sebuah gereja. Kami sembunyi di sana (gereja). Di dalamnya sudah ada banyak orang. Semua, Islam, Kristen, campur,” ungkap Rohmah, dilansir Okezone.

Menanggapi kerusuhan ini, Ketua Dewan Adat Papua, Domi Sirabut sendiri mengungkapkan kalau gereja jadi tempat pengusian darurat yang paling aman dari kerusuhan. Alasannya, para perusuh tidak berani merusak dan membakar gereja.

Domi dan pengurus Gereja Katolik Bunda Maria yang letaknya berada di pinggir Wamena juga ikut mengamankan lebih dari 25 korban kerusuhan. Selain itu, mereka juga memasang badan untuk menghadang para perusuh jika ada yang berusaha masuk untuk mengicar pengungsi.

"Massa tidak berani minta yang kami lindungi karena sudah di dalam gereja. (Yang mengungsi) ada pendatang, ada guru-guru, ada juga tenaga medis," kata Domi kepada Republika. Hampir 24 jam dihabiskan pengungsi di dalam gereja tersebut sebelum aparat menjemput untuk diamankan ke tempat pengungsian.

Presiden Persatuan Gereja Baptis Papua Dr. Socratez S. Yoman menjelaskan, penyelamatan yang dilakukan tokoh gereja adalah bentuk penegasan bahwa musuh yang harus dilawan bukanlah penduduk asli, pendatang, Kristen, ataupun muslim.

Mneurutnya, hal yang paling utama harus diberantas adalah rasisme, berita kebohongan, dan kekerasan yang mengatas namakan agama. 

Sumber : Vice
Halaman :
1

Ikuti Kami