Paus Fransiskus akan
mengunjungi Asia pada bulan November 2019 nanti, yaitu ke Thailand dan Jepang.
Pada kunjungannya ini, Paus dijadwalkan bertemu dengan Raja Thailand dan juga
bertemu pimpinan tertinggi umat Budha di Thailand. Setelah itu ia akan terbang
ke Jepang untuk memberikan penghormatan kepada korban bom atom di Nagasaki dan Hiroshima.
Pada Rabu lalu, vatikan merilis
detail perjalanan Paus Fransiskus pada 19-26 November 2019 nanti. Di Bangkok ia
akan melakukan dialog antar agama dengan pemimpin Budha negara tersebut, selain
itu ia juga akan membahas masalah kemiskinan dan perdagangan manusia, sebuah masalah pelik di Thailand yang menjadi perhatian utama Paus.
Hubungan baik Vatikan dan Thailand
“Ada hubungan antar agama yang
baik di Thailand,” demikian ungkap Pastor Bernard Cervellera, pemimpin Asia
News dan ahli masalah Asia. Dia menggarisbawahi hubungan baik antara Vatikan
dan Thailand dengan kerjasama yang terjadi baru-baru ini, dimana Vatikan
meminta bantuan biksu dari Pura Wat Pho untuk menerjemahkan buku suci umat Budha kuno yang dimiliki museum Vatikan ke dalam bahasa modern saat ini.
Saat menemui delegasi umat
Budha Thai pada 16 Mei 2019 lalu, Paus Fransiskus mengungkapkan harapannya agar
umat Budha dan Katolik “menjadi lebih dekat lagi, meningkatkan pengetahuan satu
sama lain dan saling menghormati kerohanian dan tradisi masing-masing, dan
menawarkan kepada dunia sebagai saksi atas nilai-nilai keadilan, kedamaian dan melindungi harkat manusia.”
Terakhir kali Jepang dan
Thailand mendapat kunjungan resmi dari kepausan sekitar 40an tahun lalu, saat
itu Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Jepang pada tahun 1981 dan ke Thailand
pada tahun 1984. Kesamaan dari kedua negara ini adalah mayoritas penduduknya beragama Budha, sedangkan Kristen di sana adalah minoritas.
Tema kunjungan di Thailand dan Jepang
Kunjungan Paus Fransiskus pada
20-23 November nanti, mengangkat tema “Murid Kristus..murid misionaris,”
demikian berita yang dirilis oleh Cruxnow.com.
Kunjungan ini kebetulan bersamaan dengan peringatan 350 tahun pendirian Mission of Sia yang didirikan oleh Paus Klemen IX di tahun 1669.
Sedangkan kunjungannya ke
Jepang pada 23-26 November mengangkat tema “Melindungi Semua Kehidupan,” yang
menurut konferensi keuskupan Jepang, akan membahas isu kemanusiaan dan lingkungan berkaitan dengan masalah teknologi nuklir.
Menurut Pastor Bernard, saat
ini Vatikan mencari kolaborasi untuk mewujudkan visi mereka untuk membangun kedamaian di dunia ini, termasuk kolaborasi dengan umat agama lain.
“Di dunia yang terus dipisah
oleh perang yang terjadi, di dunia dimana kepentingan tertentu menghancurkan
rumah kita, dia mencari kolaborasi, dan kolaborasi dengan agama lain,” demikian jelas Pastor Bernard.
Menggarisbawahi kunjungan Paus
ke Jepang, Pastor Bernard mengatakan bahwa “gerakan perdamaian sangat kuat,” untuk mendorong perlindungan lingkungan karena polusi nuklir.
Paus sangat mendorong pelucutan senjata nuklir
Di Hiroshima saja, lebih dari
140.000 orang tewas karena bom atom. Belum lagi di Nagasaki dimana 74.000 penduduknya tewas karena bom Perang Dunia ke 2 itu.
Pada Januari 2018 lalu Paus
Fransiskus yang sering mengadvokasi pelucutan senjata nuklir meluncurkan kartu
dengan gambar dari tahun 1945 dimana seorang anak laki-laki berdiri dengan
menggendong adik laki-lakinya di punggung, sambil menunggu giliran untuk melakukan kremasi. Di kartu itu Paus menuliskan “buah dari peperangan.”
Menanggapi rencana kunjungan
Paus, Uskup Nagasaki, Mitsuaki Takami menyatakan, “saya bersyukur bahwa (Paus)
akan datang ke Jepang dengan jumlah orang Kristen yang kecil jika disbanding dengan
negara-negara lain. Kami akan bekerja keras agar kunjungan paus di Jepang berarti.”
Kunjungan Paus Fransiskus ini akan sangat berkesan baginya secara pribadi, karena mewujudkan impian masa mudanya yang ingin dikirim ke negara ini menjadi misionaris.
Baca juga:
Perkara Bunuh Diri Meroket Di Jepang, Pendeta Ini Tawarkan Alasan Untuk Hidup
CBN Thailand Membekali Pemimpin Gereja Lokal