Cina Deportasi 13 Keluarga Kristen Asal Korea Selatan Dalam Perjalanan Misi Mereka
Sumber: christianpost

Internasional / 24 September 2019

Kalangan Sendiri

Cina Deportasi 13 Keluarga Kristen Asal Korea Selatan Dalam Perjalanan Misi Mereka

Inta Official Writer
3219

Sebanyak 13 keluarga Kristen asal Korea Selatan yang tinggal di Cina untuk menjalankan pelayanan misinya dideportasi setelah pemerintah memutuskan kalau orang Kristen di Cina merupakan ilegal.

Baru-baru ini, seorang misionaris Korea Selatan yang terdeportasi itu menceritakan soal upaya pemerintah Cina untuk mengekang kekristenan pada Internasional Christian Concern (ICC). Mereka juga membatasi orang-orang Korea Utara yang datang karena dicurigai memberitakan Injil di negara mereka.

Awalnya, ketigabelas keluarga ini tiba di tanah Cina pada tahun 2016 lalu. Salah satu pemimpin mereka tiba di stasiun Yanji, kemudian ditangkap oleh pasukan keamanan. Tidak lama kemudian, pihak berwenang juga membawa sisa tim misi, yang totalnya ada tiga belas keluarga, untuk pergi ke kantor polisi.

Banyak misionaris ditangkap dari rumah mereka, dimana terdiri dari anak-anak dan senior yang berusia 60-an. Setelah penyelidikan semalaman, polisi menjatuhkan tuduhan kalau mereka melakukan tindakan misionaris dan menetapkan kalau keberadaan mereka adalah illegal karena upaya penginjilan mereka tersebut.

Di bawah hukum Tiongkok, orang asing dilarang mendirikan organisasi keagamaan atau melakukan penginjilan di Tiongkok, meskipun hukum itu tidak ditegakkan sampai Presiden Xi Jinping mulai menjabat pada 2012, menurut South China Morning Post.

Namun, misionaris itu mengatakan kepada ICC bahwa tuduhan atas mereka itu tidak benar. Sebab mereka mengajarkan Alkitab kepada orang Korea Utara, yang secara berkala mengunjungi Cina dengan izin Pyongyang — bukan untuk menghimpun warga negara Tiongkok.

Meskipun mereka sudah memberikan penjelasan tersebut, keluarga diberi waktu seminggu untuk menjual semua aset mereka, termasuk mobil dan rumah sebelum  mereka dideportasi. Pada Januari 2017, ke- 13 keluarga itu dideportasi dari Tiongkok.

Setelah kejadian itu, semua gereja yang dilayani oleh Korea-Cina di Dandong, termasuk diantaranya adalah gereja terbesar di Dandong, ditutup. Padahal, gereja terbesar yang dilayani oleh pendeta Korena Cina itu melayani sekitar 200 anggota jemaat.

Belakangan, diketahui bahwa otoritas keamanan Yanji telah bersiap untuk menangkap para misionaris dan mengakhiri kegiatan mereka sejak 2014. Hingga saat ini, pihak berwenang telah berulang kali meretas email dan panggilan telepon terdaftar antara anggota kelompok.

“Tindakan penyadapan komunikasi semacam itu dianggap sebagai upaya pemerintah Xi Jinping untuk menunjukkan kekuatannya di wilayah perbatasan, di mana mereka melihat pengakuan para pembelot Korea Utara sebagai akar dari ketidakstabilan di wilayah tersebut,” tulis ICC.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Cina telah menindak para misionaris asing di negara itu, termasuk mengusir ribuan warga Korea Selatan yang dituduh menyebarkan agama dan membantu para pembelot Korea Utara.

Pada tahun 2014, pihak berwenang mulai menargetkan misionaris Korea Selatan yang bekerja dengan para pengungsi Korea Utara di timur laut Tiongkok. Antara akhir 2015 dan awal 2016, provinsi Liaoning, Jilin dan Heilongjiang di timur laut Cina mendeportasi ratusan pendeta dan misionaris Korea Selatan dalam upaya untuk menutup gereja-gereja mereka.

Namun, tindakan keras meningkat setelah adopsi China dari ‘Rencana Kampanye Khusus tentang Investigasi Hukum dan Penuntutan Infiltrasi Kristen Korea Selatan’ tahun lalu, menurut South China Morning Post. Dokumen tersebut menempatkan kegiatan Kristen Korea setara dengan target agama Beijing lainnya - Buddha Tibet dan Muslim Uygurs di wilayah Xinjiang.

“Gereja-gereja Korea memiliki sejarah panjang pekerjaan misionaris di Cina ... tetapi apa yang telah kita lihat dalam 18 bulan terakhir hingga dua tahun telah menjadi tindakan keras pihak Pejabat Tiongkok pada kegiatan misionaris Korea Selatan di Tiongkok yang bertujuan membantu Utara Orang Korea, ” jelas Eric Foley, CEO Voice of the Martyrs Korea, dikutip dari pemberitaan di Christian Post tahun lalu.

"Ini adalah kisah yang belum diceritakan di Cina atau Korea."

Pengawas penganiayaan Open Doors USA menempatkan Tiongkok pada peringkat ke-27 dalam daftar World Watch List 2019 dari 50 negara di mana paling sulit untuk menjadi seorang Kristen.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami