Kerusuhan di Provinsi Papua tak urung usai.
Hari ini, Senin (23/9), sejumlah massa memadati jalan besar Jayawijaya dan membakar beberapa rumah, supermarket dan juga kantor Bupati.
Kerusuhan ini sendiri diyakini muncul karena isu rasis. Seperti
disampaikan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja massa termakan
isu bahwa seorang guru di salah satu SMA di Wamena mengucapkan kata-kata rasis kepada siswanya.
Namun setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap sang
guru, Rodja menyampaikan bahwa dirinya tak sekalipun menyampaikan kata-kata rasis tersebut.
“Guru tersebut sudah kami konfirmasi bahwa dia tidak pernah
mengeluarkan kata-kata rasis. Jadi kami berharap masyarakat Wamena dan Papua tidak
mudah terprovokasi oleh berita-berita hoaks yang belum tentu kebenarannya, kata Rodja.
Atas kejadian ini, Sekretaris Persekutuan Gereja-gereja di
Tanah Papua Marthin Aryobaba angkat bicara. Dia mengaku prihatin atas tindakan massa
dan menghimbau kepada semua umat beragama untuk tidak mudah terpancing dengan
isu provokatif. Namun saling bergandengan tangan menjaga kedamaian dan toleransi di tanah Papua.
“Kami menghimbau kepada umat di tanah Papua agar kita
sama-sama menjaga keamanan di lingkungan masing-masing serta menjaga toleransi dem terciptanya keharmonisan dan kedamaian di Papua,” katanya.
Tak lupa, dia juga meminta kepada semua pemimpin umat beragama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat soal pentingnya menjaga solidaritas berbangsa.
Baca Juga:
Tragis! 4 Fakta Ini yang Ternyata Bikin Manokwari Rusuh Besar
Pasca Manokwari, Kota Jayapura Ikut Memanas. Pemimpin Agama & Presiden Jokowi Kasih Respon
Himbauan ini juga ditujukan kepada pemerintah, pasukan keamanan
yang ditugaskan di Papua untuk sama-sama bekerja menciptakan kedamaian tanpa terpengaruh dengan isu yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Selebihnya, Marthin mengingatkan kembali kepada para pelajar asal
Papua untuk tidak mudah menanggapi berbagai kabar yang muncul di media supaya tetap menjalankan pendidikan dengan baik.
Pesan damai dari Persekutuan Gereja-gereja di Tanah Papua ini
menekankan supaya masyarakat tidak mudah terhasut oleh berita yang tersebar. Dan
tentunya untuk mengharapkan masyarakat bersikap bijak dalam menyikapi berita yang tersebar perlu edukasi yang terus menerus.
Belakangan ini, kondisi Papua terus memanas. Hal ini dipicu sejak
konflik rasis warga dan aparat terhadap mahasiswa Papua di Malang, Jawa Timur
sehari sebelum perayaan 17 Agustus. Kasus ini berbuntut pada kerusuhan besar di
Manokwari pada Senin (19/8) lalu. Masyarakat Papua menjadi begitu sensitif
dengan ucapan rasis yang ditujukan kepada mereka. Sehingga saat mendengar isu seorang
guru mengucapkan kata-kata tersebut, mereka marah besar dan menuntut keadilan kepada pemerintah.
Kondisi menegangkan ini mendesak aparat keamanan akhirnya menurunkan
anggotanya untuk mengamankan rumah-rumah ibadah di kota Jayapura, Papua belakangan
ini. Kemarin, Polsek Jayapura Selatan telah mengamankan beberapa gereja seperti Gereja Sion, Gereja Maranatha dan Gereja Emanuel.
Pengamanan ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat yang menjalankan ibadah.
Seperti diketahui, selama puluhan tahun masyarakat Papua memang
terus dirundung isu kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan eksploitasi
sumber daya alam. Karena itulah mereka menuntut keadilan atas hak-hak mereka
yang sudah direbut oleh pihak-pihak tertentu. Namun sebagai sebuah negara, pemerintah
diharap bisa melakukan yang terbaik untuk membantu Papua mendapatkan hak mereka
sebagai sesama warga negara Indonesia.
Kita berharap lewat masa-masa sulit ini, Papua mengalami restorasi
sepenuhnya.