Kenalan Sama Toxic Spending, Mana Nih Yang Kamu Banget Dari 5 Kebiasaan Ini?

Finance / 17 September 2019

Kalangan Sendiri

Kenalan Sama Toxic Spending, Mana Nih Yang Kamu Banget Dari 5 Kebiasaan Ini?

Inta Official Writer
2641

Namanya saja sudah toxic, sudah pasti ini akan jadi racun alias sesuatu yang emang harus dijauhi. Kayak teman yang toxic, kebiasaan toxic spending juga harus kita hindari. Tentu dong, alasannya adalah agar kantong kita sehat dan jadi lebih bijak lagi dalam mengelola keuangan.

Toxic spending alias kebiasaan pengeluaran uang yang tergolong racun ini akan kita alami dalam kondisi-kondisi ini.

Misal, ada teman yang cukup dekat dengan kita, ngajakin main, nongkrong, pasti nggak enak dong kalau kita nolak. Apalagi kalau kita sudah lama nggak ketemu dengan orang ini.  Situasi kedua, misal saat kita nguap sedikit, kemudian ada teman kantor yang langsung ngajak buat pesan kopi. Kalau cuma sekali atau dua kali sih boleh lah ya.. Nah kalau ternyata diajakinnya hampir setiap hari?

Tangan kita selalu gatel buka-buka aplikasi yang harganya dianggap ramah di kantong. Sepuluh ribu per item. Tentu dong kita ngiler. Sayangnya, ternyata kita  nggak begitu butuh barang-barang itu. Jadilah barang yang dibeli cuma dipajang di pojok rumah aja. Atau mungkin, ada tumpukan buku-buku yang udah dibeli, tapi hanya terpajang tanpa kita baca?

Perlu diingat, kalau ternyata toxic spending itu bukan salah orang lain. Lha wong yang ngeluarin uang kan kita. Kebiasaan ini datang dari kita yang kurang bisa mengelola pengeluaran. Sebenarnya ini nggak masalah sih, tapi, kalau setelah kita beli atau melakukan pengeluaran, timbul rasa nyesal setelahnya.

Kalau sudah ada di posisi menyesal, ada kemungkinannya kita berada di toxic spending ini. Maka, solusinya adalah untuk membuat perencanaan keuangan yang lebih baik. Yuk kita ulik jenis-jenis orang yang punya kebiasaan pengeluaran racun ini.

1. "Uangku mirip kayak pasir, digenggam dikit langsung ambyar"

Pada titik ini, kita merasa frustasi karena nggak bisa mengontrol diri dalam pengeluaran. Nggak jarang kita juga berbelanja karena keinginan yang impulsif. Kalau sudah begini, jalan-jalan ke mall bisa jadi tujuan yang berbahaya buat kita.

Untuk bisa keluar dari toxic spending ini, kita harus mengingatkan diri untuk nggak lagi berhutang. Hutang itu memang cenderung bikin ketagihan, apalagi kalau hutang di kartu kredit. Agar nggak impulsif, biasakan untuk tidak membawa semua kartu kredit. Kalau perlu, tetapkan dalam diri kalau kita mau jauh-jauh dari yang namanya hutang kartu kredit.

2. "Saya sudah menabung, tapi uang tersebut sering dihabiskan untuk pengeluaran yang cukup besar"

 

Banyak orang yang akhirnya bisa menyimpan lebih banyak uang karena lebih hemat dengan bijak dalam pengeluaran harian seperti kopi, makan di luar, atau cemilan lainnya. Namun, ketika uangnya sudah terkumpul semua, kita langsung berbelanja sesuatu yang nilainya cukup wow.

Kita memang harus memberikan penghargaan buat diri kita yang telah bekerja ekstra keras. Namun, coba pikirkan soal apa yang harus dimiliki dan apa yang tidak. Belajar untuk bersyukur dan memaksimalkan barang yang sudah kita miliki.

3. "Nggak pernah berhasil mengalihkan pandangan dari diskon"

Kita pikir, diskon akan membuat kita jauh lebih hemat. Fakta ini memang benar, kok. Tapi, kalau kita sering belanja karena tergiur diskon padahal nggak bener-bener membutuhkannya, bisa jadi kita melakukan toxic spending.

Ingatkan pada diri kalau tidak membeli apa pun jauh lebih murah daripada membeli suatu barang dengan harga setengah. Buatlah satu anggaran biaya dan taat pada anggaran tersebut. Dengan begitu, kita akan lebih fokus pada harga coret yang ada dalam anggaran tersebut.

4. "Kalau terlalu pelit buat diri sendiri, aku pasti nggak akan bisa menikmati hidup"

Cuma kita yang bisa menjalani apa yang sudah dijanjikan oleh diri sendiri. Kalau kitanya aja nggak bisa komitmen dengan tujuan keuangan, maka pasti ada aja alasan buat mengeluarkan uang di luar budget. Mulai sekarang, coba bedakan antara pengeluaran yang bisa meningkatkan kualitas hidup, dan mana pengeluaran yang akhirnya cuma bikin menyesal.

5. "Saya cenderung menghabiskan banyak uang buat orang lain"

Orang yang terlalu loyal bisa menghabiskan banyak uangnya untuk orang lain. Ketika ada orang terdekat yang butuh bantuan, tentu saja kita harus menolongnya. Namun, kebaikan kita bisa bikin uang kita cuma lewat.

Kita nggak perlu berhenti menolong orang. Hanya saja, kita menyadari kalau ada saatnya kita nggak bisa membantu orang lain. Apalagi soal keuangan. Kalau kita nggak bijak, bisa-bisa hubungan kita malah hancur dengan orang tersebut.

Mengetahui dan menyadari kebiasaan pengeluaran kita bisa membantu dalam menghindari kejatuhan kita secara finansial. Biar kita nggak perlu ngutang dan punya tujuan finansial yang oke, yuk coba kenali diri sendiri.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami