Konselingin Orang Yang Depresi, Pendeta Ini Malah Bunuh Diri karena Depresi. Ini Alasannya

Internasional / 14 September 2019

Kalangan Sendiri

Konselingin Orang Yang Depresi, Pendeta Ini Malah Bunuh Diri karena Depresi. Ini Alasannya

Naomii Simbolon Official Writer
3963

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pada tanggal 9 September lalu, seorang pendeta di sebuah gereja besar di Amerika Serikat memutuskan bunuh diri karena advokasi yang ia lakukan terkait kesehatan mental.

Pendeta yang bernama Jarrid Wilson itu meninggal di usia 30 tahun, dan bekerja di Gereja Harvest Christian Fellowship sebagai pendeta selama 18 bulan terakhir sebelum kematiannya, yang dimana gereja itu memiliki jemaat yang cukup banyak, yakni 15.000 jiwa.

Nggak cuma itu, Willson dan istrinya ini juga mendirikan sebuah program yang bernama Anthem of Hope. Program ini dibangun untuk membantu orang-orang yang menghadapi depresi dan mencegah mereka melakukan tindakan bunuh diri.

Kematian Jarrid Wilson dikonfirmasi oleh Pastor Senior yakni Greg Laurie pemimpin gereja yang berpusat di California Selatan tersebut. Namun, sampai sekarang belum diketahui secara pasti apa yang membuatkan pendeta itu mengakhiri hidupnya sendiri.

"Jarrid mencintai Tuhan dan memiliki hati seorang pelayan. Dia begitu bersemangat, positif, dan selalu melayani dan juga membantu orang lain," tulis Greg di situs web gereja Harvest yang di pimpinnya.

Greg juga mengatakan bahwa Wilson adalah orang juga berulang kali menangani orang-orang yang depresi bahkan sangat terbuka untuk menolong dan membantu mereka dalam berjuang.

BACA JUGA : Jarrid Willson, Pendeta Megachurch Aktivis Kesehatan Mental Ini Mati Bunuh Diri

"Dia ingin terutama membantu mereka yang berurusan dengan pikiran untuk bunuh diri," tambahnya.

Nggak lama sebelum kematian Willson, dia sempat menulis sebuah kalimat yang menarik ketika dia memimpim pemakanan seorang perempuan yang meninggal karena bunuh diri.

"Mencintai Yesus nggak selalu menyembuhkan pikiran untuk bunuh diri. Mencintai Yesus tidak selalu menyembuhkan depresi.Tapi bukan berarti Yesus nggak menawarkan kita sebuah persahabatan, dan penghiburan. Dia selalu melakukan itu," tulisnya.

Kematian dari Willson ini tentu saja menghebohkan banyak orang, terutama kaum Kristiani. Siapa sih yang nggak terkejut mengetahui seorang pendeta yang terkenal takut akan Tuhan bahkan menangani orang depresi, malah ikutan depresi dan bunuh diri?

Saya baca dari website Sarapanpagi.com. orang yang menangani depresi atau konselor adalah orang yang secara langsung berinteraksi dengan koloni dan mendengarkan semua keluh kesah mereka. Jika seorang konselor tidak memiliki iman dan prinsip pribadi yang benar dan kuat, maka konselor bisa rapuh dan terkontaminasi dengan curhatan, pandangan dan kesedihan yang dituangkan oleh koloni.

Bayangkan sebuah batu yang kalau di tetesin air  terus menerus maka akan rapuh. Itu sebabnya, sekalipun seorang konselor memiliki prinsip yang kuat dan iman yang kuat, maka iman tersebut terus dijaga dengan cara berdoa.

Saya tidak mengatakan bahwa Willson yang menangani depresi itu adalah orang yang depresi bunuh diri karena terkontaminasi dengan koloninya, tapi kemungkinannya terkandung di dalamnya, mungkin 10 persen, atau 5 persen.

Tapi di artikel ini, saya ingin membagikan beberapa hal yang perlu sekali kita pahami sebagai konselor anak-anak muda atau keluarga depresi dan lain sebagainya :

1. Kita harus senantiasa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan melalui doa

Ketika saya bercerita kepada kamu soal perasaan yang saya alami, pasti kamu akan menjaga dan menyimpannya di dalam hatimu, bukan? Mungkin kamu akan mengingat kembali dan suatu ketika kamu akan merenungkannya dan berpikir, "Wah, saya tidak menyangka seorang pelayan Tuhan, melakukan dosa perselingkuhan dan depresi begini."

Mungkin itu tidak menjadi masalah dalam waktu dekat, tapi akan menjadi sebuah masalah yang besar jika kamu tidak kembali menuangkan cerita itu dan kisah itu keluar dari pikiranmu. Bercerita kepada kakak rohani? Saya rasa tidak sopan, karena itu adalah rahasia orang lain.

Maka solusinya adalah berdoa bukan? Bercerita kepada Tuhan dan meminta hikmat kepadaNya, meminta sesuatu kepadaNya sehingga kamu bisa belajar dari kisah ini bukan?

2. Isi dirimu dengan anggur baru dan firmanTuhan

Ketika kita menuangkan air ke dalam gelas, lalu gelas menjadi penuh. Tiba-tiba seseorang yang haus ingin meminumnya sedikit, dan air digelas mulai berkurang bukan? Jika kita tidak mengisi ulang gelas tersebut maka yang terjadi adalah gelas menjadi kosong dan kita tidak ada gunanya, atau kita hanya akan menyampaikan sesuatu yang kosong.

Demikian yang juga kamu alami sebagai pelayan Tuhan, terutama seorang konselor. Kamu selalu bercerita dan menguatkan orang lain, tapi ingat bahwa kamu itu bukan Tuhan yang sempurna, kamu adalah manusia. Itu sebabnya kamu harus mengisi kembali energi spiritual kamu dengan berdoa dan penting membaca firmanNya.

3. Jangan sombong, konselor juga butuh orang lain

Menjadi konselor itu benar-benar butuh sebuah kerendahan hati. Sebagai konselor di sosial media, kadang saya merasa sedikit sombong terhadap masalah pribadi saya, merasa kuat dan sanggung menyelesaikannya sendiri.

Kadang, saya tidak ingin bercerita kepada kakak rohani mengenai apa yang saya lakukan, mulai dari dosa dan lain sebagainya. Merasa terintimidasi saja, takut dikatai “Kamu konselor tapi bikin dosa.”

Padahal sebenarnya, belum tentu itu yang terjadi. Cuma karena terlalu sering dibutuhkan oleh orang lain, kita menjadi tak begitu butuh orang lain.

Ingat, kita ini manusia sosial. Sekalipun kita membutuhkan Tuhan tapi kita juga membutuhkan manusia. Jadi, jangan merasa sempurna karena kamu juga manusia. Sampai kapan pun, kita akan terus ditempa sehingga nama Yesus yang dipermuliakan.

Itulah yang harus kita pahami sebagai konselor ya. Mari kita berdoa buat para pendeta dan pelayan Tuhan di bangsa-bangsa, agar mereka terus merendahkan hatinya dan mau di proses dan menerima lawatan dari Roh Kudus. Amin.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami