Seorang dokter sedang sarapan di suatu pagi. Beberapa menu
makanan tersaji di atas meja. Di sana duduk seorang bocah laki-laki berusia lima
atau enam tahun dengan hidung yang berair. Dia tampak sedang sakit asma atau
masalah pernapasan. Tapi di saat yang bersamaan, dia memakan sereal yang diisi dengan gula. Tak ada kandungan nutrisi sama sekali di dalam sereal itu.
Setelah sarapan, sang ibu berkata, “Nak, sudah waktunya nimum obat.” Dia lalu mengeluarkan sebotol kecil obat ungu. Si bocahpun meminumnya.
Temannya yang adalah seorang dokter lalu menyampaikan kepada sang ibu, “Anak ini tidak sakit. Tapi diracuni.”
Apa maksudnya?
Sebagai orangtua, penting untuk memperhatikan dengan baik makanan
yang kita berikan kepada anak-anak kita dan apa yang kita ijinkan untuk mereka konsumsi. Jangan hanya menyajikannya jus buah dan berkata, “Ini sehat buat tubuhmu nak.”
Sebelum memberikan jenis makanan tertentu, bacalah label makanan
itu. Karena kebanyakan makanan saat dilengkapi dengan label kecil yang ditulis di sudut kemasan. Sehingga kita kadang abai dengan kandungan yang dimilikinya.
Saat anak memakan makanan yang mengandung gula konstan, tepung
putih dan kafein, mereka mungkin tetap sehat-sehat saja sekarang. Tapi sayangnya
ada berbagai macam penyakit yang bisa berkembang di dalam tubuhnya. Pernahkah orangtua berpikir sampai ke arah itu?
Kita bisa saja masuk angin saat ini. Tapi dalam jangka waktu yang panjang, kita bisa mengalami penyakit kanker, serangan jantung atau diabetes.
Kebiasaan Makan Anak yang Buruk
Semakin maju teknologi, kita bisa melihat semakin sembrononya
anak dalam kebiasaan makannya. Banyak diantaranya yang termakan bujukan iklan makanan
instan yang beracun atau minuma berkarbonasi seperti cola. Karena pesan yang disampaikan adalah ‘Kalau kamu minum cola maka kamu akan keren.’
Tapi faktanya adalah, bahkan orang-orang yang memperagakan iklan
itu sendiri tak sedikitpun mau mencicipinya. Karena mereka tahu, gula dalam cola hanya akan merusak kesehatan mereka perlahan-lahan.
Bahkan anak-anak balita saat ini tergoda untuk mengkonsumsi makanan di iklan televisi yang menyajikan nikmatnya sereal yang mengandung gula tinggi dan bahkan gula-gulaan yang jahat. Anak bahkan diimingi hadiah yang dimasukkan di dalam kemasan makanan tersebut. Dengan wajah memelas, anak-anak kita mulai membujuk ibunya supaya mereka bisa mendapatkan makanan itu.
Tegas Katakan ‘Tidak’
Kita harusnya tegas sberkata ‘tidak’ kepada anak-anak kita saat
mereka mulai tergoda menjalani kebiasaan makan yang buruk. Saat mempersiapkannya
bekal makan siang di sekolah, jangan bungkus sandwich bologna di atas roti putih
dengan beberapa keripik kentang berminyak dan Twinkie di atasnya. Semua makanan itu benar-benar hanya akan membunuhnya perlahan-lahan.
Salah satu dampak paling buruk dari pola makan yang tidak
sehat adalah berkurangnya konsentrasi belajar anak. Tahukah orangtua, itu karena dia menjalani pola makan yang tidak sehat.
Karena itulah penting bagi orangtua untuk memastikan anak mengkonsumsi
nutrisi yang tepat. Dari sebuah penelitian ditemukan bahwa hampir tujuh puluh
lima persen anak mengalami masalah gula darah. Hal itu tentu saja disebabkan oleh kebiasaan makan yang salah.
Saat kita memberi anak-anak kita makanan sehat, mereka bukan
hanya mendapatkan asupan makanan yang berguna untuk tubuhnya. Tapi juga untuk mendukung
kemampuan kognitif dan kapasitas mental mereka.
Amsal 22: 6 berkata, “Didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu.” Jadi, menerapkan pola makan sehat kepada
anak adalah salah satu pola didikan yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa mengalami
pertumbuhan yang baik dan dipakai sesuai dengan kapasitas yang Tuhan taruhkan atas
masing-masing mereka.