Pendeta Bunuh Diri Seolah Jadi Tren, Orang Kristen Patut Tahu 3 Alasan Pendeta Depresi
Sumber: Urban Christian News

Internasional / 12 September 2019

Kalangan Sendiri

Pendeta Bunuh Diri Seolah Jadi Tren, Orang Kristen Patut Tahu 3 Alasan Pendeta Depresi

Lori Official Writer
7757

Tanggal 9 September 2019, Pendeta Harvest Christian Fellowship Church, Jarrid Wilson memutuskan bunuh diri. Namanya menambah deretan pendeta yang bunuh diri satu tahun belakangan ini.

Jujur saja, bunuh diri di kalangan pendeta sudah seperti tren yang terus berlanjut.

Karena itu penting sekali bagi umat Kristen memahami bahwa pendeta sekalipun tak kebal terhadap masalah.

Mendengar pendeta bunuh diri mungkin membuat kita berpikir dua kali dan seakan tak percaya mereka bisa melakukannya. Karena sejauh yang kita tahu seorang pendetalah yang pada umumnya membantu orang-orang yang bermasalah dalam hidupnya, termasuk pilihan bunuh diri.

Akibatnya, timbul pertanyaan besar yang di kalangan gereja dan orang Kristen sendiri masih tetap meragukan jawabannya.

Fenomena ini membawa kita kepada pertanyaan tentang kehidupan seorang pendeta dan tindakan yang mereka lakukan.

Di kalangan gereja, ada sejumlah pendeta yang bahkan berbicara keras soal pencegahan bunuh diri. Mereka bahkan menulis buku soal hal itu.

Pendeta Rick dan Kay Warren adalah salah satu keluarga pendeta yang mengalami masalah bunuh diri. Rick Warren berkali-kali menyampaikan soal kenyataan ketika putranya memutuskan untuk bunuh diri. Bayangkan bagaimana wajah kekristenan ketika bunuh diri terjadi dalam keluarga pendeta sendiri dan yang paling menyedihkannya justru pendeta sendiri memilih untuk bunuh diri.

Kita harus menyadari bahwa ini adalah masalah nyata yang dihadapi gereja, termasuk pada pendeta. Bagaimanapun juga, para pendeta adalah manusia biasa. Dan kadang ada saja alasan kenapa pendeta bergumul dengan depresi atau gangguan mental.

Ada tiga alasan penting yang harus orang Kristen tahu soal kenapa pendeta rentan alami depresi:

1. Sebagai manusia, pendeta tetap rentan terhadap masalah psikologis, emosional dan spiritual

Kadang-kadang seorang pendeta bisa bergumul dengan kenyataan fisiologis di dalam dirinya. Jadi pengikut Yesus dan menjadi pendeta sama sekali tak membuat mereka kebal terhadap masalah itu.

Charles Spurgeon adalah salah satu pendeta yang berjuang menghadapi penderitaan dan depresinya. Presiden Wheaton College, Philip Ryken sendiri dengan terus terang menyampaikan bagaimana dirinya berjuang melawan depresi.

Fakta yang harus kita tahu adalah bahwa tak selamanya pendeta hidup baik-baik saja. Di balik penampilannya di depan mimbar, ada masalah pribadi yang mungkin sedang dialaminya. Dan sebagai pemimpin, banyak pendeta yang memilih untuk menyimpan masalah itu sendiri dan enggan untuk mencari bantuan dari pihak luar.

2. Seorang pendeta bisa kehilangan tujuannya

Seorang pendeta bisa merasa kesepian dan sendiri. Kondisi ini bisa membuat seorang pendeta menderita depresi mendalam dan kehilangan tujuan hidupnya.

Dalam kondisi ini banyak orang yang tak menyadari pergumulannya. Alasannya adalah karena banyak orang Kristen yang berpikir kalau pendeta tak butuh bantuan. Akibatnya para pendeta berjuang sendiri dan tak tahu harus mengadu kepada siapa.

Pengabaian inilah yang menyebabkan pendeta jatuh dalam pilihan bunuh diri.

3. Seseorang yang lahir baru dan menerima Roh Kudus tidak langsung bebas dari perjuangan atas depresi

Ada persepsi yang berkata bahwa saat kita dilahirkan kembali dan menerima Roh Kudus, maka kita akan terbebas dari tantangan depresi, perjuangan psikologis, rohani dan penyakit mental.

Kita percaya bahwa pendeta, yang berfungsi sebagai penasihat umat tak perlu bantuan. Di saat yang sama para pendeta pun berpikir bahwa mereka harus berjuang sendiri. Dua hal ini benar-benar salah!

Baca Juga : Jarrid Willson, Pendeta Megachurch Aktivis Kesehatan Mental Ini Mati Bunuh Diri

Bicara soal kasus bunuh diri Jarrid Wilson, kita mengenal dia bukan hanya sebagai seorang pendeta tapi juga penasihat bagi orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Meskipun dia telah berjuang membantu orang-orang yang bermasalah dengan gangguan mental, tapi pada akhirnya dia sendiri mengambil langkah yang sama sekali tak bisa dipahami oleh banyak orang.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan saat mendengar seorang pendeta bunuh diri?

Pertama, tentu saja kita ikut berduka.

Kedua, kita bisa mendukung keluarga yang ditinggalkan dan kita harus melakukannya.

Ketiga, kita harus sadar akan pergulatan penyakit mental yang ada di antara para pendeta, rohaniawan, pemimpin gereja dan banyak jemaat gereja.

Keempat, bagi yang sedang berjuang dengan depresi atau penyakit mental, carilah bantuan dan jangan malu untuk memintanya. Jangan biarkan keputusasaan menguasai kita. Sebaliknya, minta dan percayai Tuhan bahwa Dia mampu menolongmu menghadapi masa-masa sulitmu.

Kelima, selama kita hidup teruslah melakukan hal-hal yang benar dan berguna bagi orang lain. Jangan berhenti sampai Tuhan sendiri yang memintamu untuk berhenti.

Dengan hal inilah gereja bisa jadi tempat yang aman bagi semua orang yang menghadapi masalah penyakit mental.

Sumber : Christianitytoday.com | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami