Salah seorang guru di Sekolah Dasar Negeri Pabangiang, Somba Opu, Kabupaten Gowa, dikeroyok oleh orang tua siswa pada Rabu, 4 September 2019 kemarin. Berita ini cukup heboh, didukung oleh sebuah video berdurasi 20 detik, guru etrsebut dipukul secara bergantian oleh dua orang tua siswa di depan siswa-siswanya.
Katanya, hal ini karena anak dari
pelaku berkelahi dengan sesama siswa. Karena tidak terima, mereka lantas
medatangi sekolah dan melakukan pengeroyokan tersebut. Menurut sang guru, bahwa saat perkelahian tersebut, kedua belah pihak sudah didamaikan.
Sebagai orang tua, kita pasti
pengin anak kita mendapatkan yang terbaik. Tidak terkecuali sikap yang baik
dari teman-temannya. Pernah ada seorang ibu yang bercerita, bahwa dirinya
sampai dimusuhi oleh tetangga karena anaknya dan anak tetangga itu sering bertengkar.
Hal ini kemudian mendatangkan pertanyaan, apa salah kita, sebagai orang tua, ikut campur saat anak berkelahi?
Buat anak-anak, pertengkaran itu
biasa. Apalagi kalau anak kita merupakan anak laki-laki. Anak laki-laki
biasanya suka permainan yang melibatkan fisik seperti gulat-gulatan. Kadang,
anak-anak juga suka menirukan film pahlawan super yang ada berantem-berantemannya.
Sedikit banyak, mereka jadi
melibatkan saling pukul. Mungkin terlihat kasar, tetapi ternyata hal ini bisa menjadi sebuah pelajaran kehidupan buat anak-anak, lho.
Mereka jadi punya kesempatan
untuk belajar take and give, mengukur kekuatan masing-masing. Ketika mereka
tahu kalau lawannya lelah, ia akan berhenti atau tidak. Apakah anak akan
meminta maaf ketika memukul terlalu bersemangat sampai menimbulkan kesakitan. Kemudian,
ia akan belajar kalau lain kali, ia tidak akan lagi bermain demikian agar temannya tidak kesakitan.
Inilah pelajaran yang nggak bisa
didapat kalau kita hanya mengajarkan anak untuk duduk diam atau bermain gawai. Interaksi yang nyata ini mengajarkan konsekuensi dan emosi pada anak.
Sikap orang tua saat anak sedang bertengkar
Meskipun ada baiknya, tetapi
tidak semua konflik memang bersifat membangun. Ada kasus perkelahian antar anak yang berujung pada kerugian.
Namun, seiring bertambahnya usia,
anak akan makin kenal dengan banyak orang. Jumlah teman pun jadi bertambah.
Mereka yang semua cuma bermain di lingkungan rumah, kemudian tetangga,
bertambah jadi ke sekolah. Kita sendiri sebagai orang tua juga sudah akrab dengan yang namanya konflik, bukan?
Sebagai orang tua, kita pasti
akan lebih memihak pada anak kita, terlepas dari siapa yang salah. Apalagi kalau sudah melibatkan fisik sampai anak menangis.
Buat para orang tua, ini lho pelajarannya buat kita.
1. Latih kemampuan sosial anak dengan membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri
Nggak ada orang tua yang tega
kalau tahu anaknya disakiti oleh orang lain. Tapi, kita harus paham kalau emosi
anak itu belum stabil, mereka belum paham betul yang namanya toleransi, bagaimana menyikapi masalah, dan menjaga hubungan yang baik.
Seperti yang dijelaskan tadi,
pertengkaran juga mengantarkan anak untuk melatih kecerdasan sosialnya. Mereka
harus tahu kapan waktu untuk mengalah dan meminta maaf. Jelaskan pada anak untuk segera minta pertolongan kalau memang temannya bertindak menyakiti.
2. Hindari menegur atau membela di depan anak-anak
Kalau memang anak kita posisinya
jadi korban, coba hindari untuk menegur temannya tersebut di depan banyak
orang. Kita saja kan pasti kurang suka kalau punya kesalahan, terus ditegur di
depan banyak orang, kan? Hal ini bisa mempengaruhi kondisi psikologis anak.
Bisa jadi teman dari anak kita ini jadi malu dan menyimpan dendam mengenai hal ini.
3. Orang tua, nggak perlu sampai bermusuhan dengan orang tua teman anak kita
Karena kesal anak kita disakiti oleh
temannya, kita jadi otomatis sebal dengan orang tua anak tersebut. Bahkan,
sampai melarang anak kita buat main dengan teman tersebut, sampai tidak lagi mau bertegur sapa dengan orang tuanya. Pernah punya pengalaman begitu?
Tugas kita sebagai orang tua itu
untuk melindungi, tetapi bukan berarti kita menghalalkan segala cara untuk
melindungi anak kita dengan memusuhi teman tersebut dan orang tuanya. Berikan anak kesempatan buat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan teman.
Kita sebagai orang tua,
seharusnya memupuk anak dengan mengajari mereka kasih. Nah untuk itu, kita
nggak boleh ikutan kebawa emosi, apalagi sampai main hakim sendiri. Yang paling
penting, kita harus ingat kalau pertengkaran adalah proses yang pasti dilalui
oleh anak, lho.