Kita tahu
kalau orang Kristen di jaman modern ini benar-benar dilarang untuk poligami. Orang
Kristen begitu menjunjung pernikahan sekali seumur hidup. Dan salah satu
pasangan hanya akan bisa menikah kalau memang salah satunya lebih dulu meninggal.
Berbeda hal
dengan yang ditulis dalam Perjanjian Lama. Kita bisa lihat kalau ada sejumlah tokoh
Alkitab yang justru punya banyak gundik maupun istri. Muncul satu pertanyaan besar, kenapa Tuhan mengijinkan mereka hidup secara poligami?
Banyaknya kisah
poligami di Perjanjian Lama pada masa itu sepertinya dianggap biasa. Kenapa? Kebenarannya
adalah poligami tetap jadi masalah di masa itu. Walaupun Tuhan merancang pernikahan untuk tujuan monogamy, tapi dosa Adam dan Hawa telah mengaburkan tujuan itu.
Di Kejadian
4, ditulis bahkan putra Adam Kain, Lamekh punya dua istri. Lalu hal ini
berlanjut kepada keturunan berikutnya seperti Abraham dan Yakub yang punya banyak
istri dan selir. Berbeda dengan wanita yang dimasa itu dimana wanita sama sekali tak diijinkan untuk memiliki banyak suami (poliandri).
Musa punya dua
istri juga. Hukum Musa juga mengakomodasi praktik monogami termasuk tahanan
yang ditangkap dari penaklukan orang asing (Ulangan 21: 1-17). Kondisi ini juga
berlaku bagi saudara laki-laki yang mendapati kakaknya meninggal dan
meninggalkan istri. Pada masa itu, dia harus menikahi kakak iparnya itu (Ulangan 25: 5-12).
Tokoh Alkitab yang tercatat punya lebih dari satu istri juga terjadi pada Gideon, Elkana, Salomo dan Daud. Mereka mungkin orang-orang hebat di masanya tapi mereka tak bijaksana dalam mengelola kehidupan pribadinya. Mereka menikahi lebih dari satu wanita dan pernikahan itu bahkan menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang lain dan bahkan dengan Tuhan.
Baca Juga: Sekarang Dianggap Tabu, Tapi Kenapa di Perjanjian Lama Banyak Pernikahan Poligami?
Bagaimana orang
Kristen dijaman ini menanggapi kekacauan pernikahan yang terjadi di masa lalu? Jawabannya
adalah dengan melihat bahwa Tuhan sendiri selalu mengarahkan umatNya untuk
kembali kepada dasar kebenaran yang sudah Dia tetapkan sebelumnya. Saat membaca
keseluruhan isi Alkitab, kita akan menemukan kalau poligami adalah bencana sosiologis
yang terjadi di masa lalu dan telah menyebabkan sakit hati dan perselisihan dalam keluarga.
Kekacauan ini
perlahan-lahan ditanggapi dengan serius di Perjanjian Baru. Di 1 Timotius 3: 2
dituliskan bahwa “…penilik jemaat
haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang..”
Ayat diatas menekankan bahwa seorang penatua atau imam tidak diijinkan memilih lebih dari satu istri. Sementara Paulus dalam Efesus 5 juga menekankan bahwa pernikahan adalah gambaran hubungan Kristus dengan gereja-Nya. Karena itulah praktik poligami sama sekali hanya mencemarkan hubungan itu.
Baca Juga: Bisakah Pernikahan Bertahan Saat Dua Orang Berjalan Tak Searah?
Sejak kehadiran
Yesus, praktik pernikahan perlahan semakin jelas mengarah kepada gambaran ideal
yang Tuhan sudah rancangkan sejak semula. Melalui pelayanan Yesus, kita melihat
Tuhan mengatur ulang waktu dan mengembalikan praktik monogamy di tengah
masyarakat. Dia juga memberlakukan ketentuan baru untuk melindungi wanita dan meningkatkan
posisi mereka di tengah masyarakat. Yesus menunjukkan satu dunia yang indah dimana
pernikahan itu bicara tentang ikatan antara satu pria dan satu wanita. Pernikahan menjadikan mereka menjadi satu daging.
Tuhan
menunjukkan kuasaNya melalui pernikahan. Kalau di masa lalu poligami dianggap lumrah,
terlepas dari tujuan tertentu, maka dengan kesetiaan dan kebijaksanaan Tuhan,
sesuatu yang begitu rusak kembali diperbaiki.
Jadi, kalau
ditanya kenapa Tuhan mengijinkan poligami di Perjanjian Lama? Jawabannya, Tuhan
sama sekali tidak mengijinkan. Hanya saja keinginan manusialah yang mendorongnya
terjadi.