Mujizat Terjadi Saat Kamu Sudah Jadi Mujizat Buat Orang Lain
Sumber: Google.com

Kata Alkitab / 21 July 2021

Kalangan Sendiri

Mujizat Terjadi Saat Kamu Sudah Jadi Mujizat Buat Orang Lain

Lori Official Writer
5955

Tuhan memakai manusia. Dia gak semata-mata melakukan kesembuhan dengan tangan-Nya sendiri kecuali melalui tangan kita. Dia juga tak langsung berkata-kata atas hidup kita kecuali melalui perkataan kita. Tuhan juga tak langsung memeluk orang yang butuh pelukan kecuali Dia hadir sebagai representasi di melalui pelukan kita kepada orang lain.

Begitulah cara kerja mujizat. Tuhan akan membawa orang ke dalam hidup kita sehingga kita bisa jadi jawaban doa bagi mereka.

Kita mungkin sering tak menyadari kalau kita bahkan jadi mujizat yang dinanti-nantikan oleh orang lain.

Mungkin ada orang yang kesepian dan berdoa supaya mereka punya teman. Dan tiba-tiba kamu hadir. Tentu saja kamu adalah mujizat yang dinanti-nantikan oleh dia. Atau ada seorang pria yang menerima laporan medis yang buruk/ Dia mulai kuatir dan berdoa. “Tuhan, tolong kirimkan aku tanda. Tunjukkan jika Engkau punya kendali atas masalahku.” Tiba-tiba kamu menghubunginya dan berkata, “Hei, aku belakangan ini suka memikirkanmu. Aku mau memberi tahumu kalau kamu tak perlu kuatir soal apapun juga. Aku akan menanganinya untukmu.” Bukankah kamu sudah jadi mujizat bagi orang itu?

Ada juga orang yang mulai merasa putus asa dan berkata, “Tuhan, aku benar-benar gak paham dengan pelajaran ini. Aku gak akan lulus dengan nilai yang baik. Tuhan, kirimkan aku seseorang.” Lalu kamu muncul dan meluangkan waktu untuk membimbing dia.

Itu sebabnya sangat penting untuk peka dengan siapa yang ada di sekitar kita. Karena orang-orang itu tak akan ada di sana tanpa sengaja. Tuhanlah yang menempatkan mereka di sana untuk maksud dan tujuan tertentu. Itu karena kamu bisa jadi mujizat bagi mereka. Kamu bisa saja mujizat yang menyediakan kesembuhan, pemulihan, persahabatan, dan motivasi.

Ada sebuah kejadian di Afrika, dimana seorang dokter ahli bedah bernama Paul tiba-tiba kedatangan pasien.  Lokasinya yang tak terjangkau dari fasilitas umum membuat kebutuhan pembedahan menjadi sangat terbatas. Waktu itu, pria ini benar-benar terluka parah di bagian dadanya karena ditanduk oleh seekor gajah. Sehingga dia harus kehilangan banyak darah.

Dengan sekuat tenaga, Paul pun membawa pria itu ke ruang operasi darurat. Tapi masalahnya adalah taka da persediaan darah di sana. Paul bisa saja berpikir, “Sayang sekali, aku ingin mencoba menolong. Tapi kita butuh banyak persediaan darah. Dan hari ini bukanlah hari keberuntunganmu.”

Tapi alih-alih harus membiarkan pria itu mati perlahan-lahan, Paul memutuskan untuk memberikan darahnya kepada pria itu. Dia butuh waktu 30 menit untuk mengambil darahnya sendiri, lalu mujizat pun terjadi. Paul tahu bahwa Tuhan bisa melakukan hal-hal besar. Kita tahu Tuhan bisa melakukan mujizat, tapi yang Dia akan melakukannya melalui hidup kita. Tanpa pemikiran yang benar ini, Paul tentu saja hanya akan berdoa, “Ya, Tuhan pria ini benar-benar sekarat. Dia butuh mujizat.” Tapi dia melakukan sebaliknya.

 

Baca Juga: Biar Imanmu Gak Goncang, Alami Tuhan Karena FirmanNya Bukan Karena Perasaanmu

 

Sama seperti Paul, kita bisa jadi jawaban doa bagi orang lain. Kita bisa jadi mujizat bagi mereka yang sedang mencari. Kita bisa jadi bantuan yang sudah lama mereka rindukan. Hal itu mungkin tak sedramatis seperti menyelamatkan nyawa seseorang. Bisa saja jauh lebih sederhana seperti mengajarkan rekan kerja skill tambahan yang kamu punya, membantu keluarga yang berjuang dengan masalah sewa kontrakan atau mendorong anakmu untuk membantu anak tetangga belajar main basket.

Ini bukanlah masalah besar buatmu. Tapi apa yang kamu lakukan bisa jadi sebuah mujizat bagi orang lain. Itulah yang akan mendorong mereka untuk tetap bertahan dan mempercayai Tuhan tetap ada.

Tentu saja kita tak akan pernah mengalami mujizat kalau semua orang menginginkan mengalami mujizat. Tak satu orangpun yang tergerak untuk menjadi mujizat itu sendiri bagi orang lain. Atau banyak orang yang mungkin berpikir bahwa mereka tak butuh mujizat dalam hidupnya. Karena mereka berpikir bahwa semua orang saling membutuhkan. Tapi, sadarilah pemikiran itu tentu saja keliru. Karena orang-orang yang ada di sekitarmulah yang merupakan mujizat itu sendiri.

Karena itulah pekalah kepada orang-orang di sekitar kita. Bisa jadi salah satu temanmu butuh tempat curhat. Atau yang lain butuh gaun untuk acara khusus dimana kamu punya semua yang dia butuhkan. Atau bisa jadi ada seseorang yang kesepian karena harus tinggal jauh dari keluarganya. Kamu bisa mengundangnya makan siang bersama keluargamu, membuat dia merasa diterima. Itulah peluang mujizat yang akan dirasakan oleh orang lain.

Ada seorang pria yang bercita-cita jadi jurnalis televisi. Dia suka membaca dan menulis. Dia juga mendapat beasiswa ke universitas ternama. Lalu diapun harus tinggal bersama dalam satu ruangan dengan seorang pria yang berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh. Keduanyapun menjadi semakin akrab dan berteman baik.

Pria itu lalu menceritakan soal cita-citanya menjadi seorang jurnalis televisi kepada teman sekamarnya itu. Lalu temannya berkata,”Kalau kamu ingin jadi seorang jurnalis, kamu harus punya kosakata yang lebih baik. Kamu tak cukup hanya tahu kata-kata yang kamu punya saat ini.” Dan setiap hari, teman sekamarnya itu pun mengeluarkan kamus dan mengajarinya satu kata baru setiap hari. Dia juga meminta supaya kata-kata itu digunakan ke dalam kalimat.

Kebiasaan ini dilakukan secara konsisten selama empat tahun. Apa yang dilakukan oleh teman sekamarnya ini akhirnya jadi mujizat. Dia menyadari betul kalau mereka dipertemukan Tuhan untuk satu tujuan dan satu alasan.

Hari ini, pemuda itu sudah jadi salah satu penyiar berita ternama di Amerika. Dia bekerja untuk jaringan utama, televisi di salah satu program berita paling bergengsi.

Apa kamu ingin mengalami mujizat seperti pria itu? Kuncinya adalah kalau kamu mau menjadi mujizat bagi orang lain, maka Tuhan akan selalu memastikan kamu juga akan mengalami mujizat yang kamu butuhkan. Selama kita mau menabur benih, orang yang tepat akan hadir di hadapanmu. Tuhan akan membuatmu mengalami seperti yang ditulis dalam Amsal 11: 25, “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”

Kita memang tak akan bisa jadi superhero yang menyelamatkan dunia. Tapi kita bisa membantu seseorang. Pasti akan selalu ada seseorang yang Tuhan taruhkan di sekitarmu yang butuh mujizat melalui hidupmu. Dan waktu kamu jadi jawaban duani bagi dia, Tuhan juga akan memenuhi apa yang kamu butuhkan. Sebaliknya, kalau kita terlalu sibuk membantu orang lain, kita tak akan mendapat bantuan yang kita butuhkan. Kalau kita terlalu terjebak untuk mencapai impian kita untuk berinvestasi melalui hidup orang lain atau terlalu kuatir dengan masalah kita sendiri maka kita hanya akan terjebak di dalam kebuntuan.

Saat kita jadi jawaban bagi orang lain, kita akan disegarkan. Contoh pertama yang Yesus gunakan adalah seorang imam, yang ditulis dalam kisah orang Samaria yang baik hati. Saat seorang Yahudi terluka, imam ini hanya melewatkan pria tersebut tergeletak di tanah. Dia tak mau berhenti karena buru-buru harus pergi beribadah. Dia punya tugas agama untuk diselesaikan, tak punya waktu untuk peduli dengan orang lain. Dan kalau dia membantunya, maka pakaiannya mungkin akan kotor. Tapi dalam kisah ini Yesus menekankan bahwa agama yang sejati tidak bersembunyi di balik jubah kebesaran atau pakaian yang mewah. Tuhan mencari orang-orang yang mau membalut luka-luka orang lain. Dia mau kita memulihkan hati orang-orang yang rusak dan menuangkan minyak penyembuhan atas luka mereka, mendorong mereka, menyeka air mata mereka, membiarkan mereka tahu bahwa ada harapan. Agama yang sejati tidak menghakimi orang untuk melihat apakah mereka pantas dibantu atau tidak.

 

Baca Juga: Mujizat Yesus di Pesta Kana Buktikan Pernikahan Itu Perjalanan Penuh Berkat Suami Istri

 

Yesus berkata, “Orang sakitlah yang membutuhkan dokter, bukan orang yang sehat’. Dan Tuhan tidak memanggil kita untuk menghakimi orang lain. Dia memanggil kita untuk menyembuhkan orang lain. Dia memanggil kita untuk menjadi mujizat bagi orang lain.

Jadi percayalah bahwa ketika kamu membutuhkan mujizat, kamu hanya perlu menjadi mujizat bagi orang lain. Tak peduli seberapa sederhana atau kecilnya itu. Karena hal itu bisa saja begitu berarti bagi hidup orang lain.

Sumber : Disadur dari khotbah Joel Osteen | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami