Bulan lalu, masyarakat tengah di hebohkan dengan pernikahan
dini, antara bocah SMP dengan bocah SD. Apakah kamu sudah tahu tentang berita itu?
Ya, mirisnya pernikahan ini direstui oleh orang tua mereka. Hal ini sontak ramai dibicarakan oleh pada netijen di sosial media.
Menurut informasi yang dicantumkan oleh pemilik Instagram,
detik.com mencatat bahwa pernikahan itu terjadi di Desa Ngulak, Sanga Desa Muba
pada hari Kamis, 11 Juli 2019 yang lalu. Bahkan pejabat Humas Plres Musi Banyuasin Iptu Nazaruddin pun membenarkan kabar pernikahan tersebut.
Nggak hanya itu, tampaknya pernikahan dini semakin hari
semakin merajalela di bangsa ini. Pada tahun 2010 pun, masyarakat Indonesia
juga heboh atas pernikahan dini seorang perempuan berusia 12 tahun yang menikah dengan pria berusia 43 tahun.
Mengenai pernikahan dini ini, ada banyak pro dan kontra yang terjadi. Ada yang mendukung dan ada juga yang menolak.
Di negara Indonesia sendiri, pernikahan dini sama sekali tidak
diperbolehkan. Karena menurut UUD Perkawainan No 1 Tahun 1974, pernikahan hanya
dilakukan oleh pria dengan usia minimal 19 tahun sementara untuk perempuan minimal 16 tahun.
Fakta, kenapa orangtua mengizinkan pernikahan dini.
Agak geram ya ketika tahu orangtua mengizinkan anak-anaknya
yang masih bau kencur alias tidak mengerti apa-apa untuk dinikahkan. Tapi meski begitu, ini ada beberapa alasan yang mungkin teman-teman bisa ketahui :
1. Untuk melindungi anak dari berita miring
Tahun lalu, tepat bulan Agustus 2018, seorang ibu asal Bantaeng mengizinkan putrinya (17) dilamar oleh pria berusia 13 tahun.
Salah satu alasan Salaming (ayah Pria) mengizinkan pernikahan
tersebut adalah demi melindungi putra dan juga pacarnya dari berita miring atau cercaan para tetangga.
"Karena anak yang sudah ingin menikah, makanya saya
nikahkani. Ini juga cara kami untuk terhindar dari cerita miring tetangga
dikemudian hari," ujarnya kepada TribunBantaeng.com, Jumat (31/8/2018) malam.
2. Karena anak-anak ingin menikah
Orang tua siapa sih yang ingin anak-anaknya tidak bahagia? Tentu semua orangtua akan melakukan apapun agar anaknya bahagia dan senang.
Nah hal yang sama juga yang terjadi dengan orang tua ML (kelas 6 SD) dan RG (Kelas 2 SMP) ini.
Kepada Detik.news dia mengatakan bahwa anak-anaknya tiba-tiba datang dan meminta nikah, akhirnya mereka restui dan dinikahkan.
"Namanya orang tua, mereka cinta. Dari pada mereka
berbuat tidak karuan, zina di luar dan menjadi omongan, lebih baik dinikahkan. Nikah secara agama, sudah sah."
Ada banyak alasan dan fakta mengapa orangtua kadang
mengizinkan anak-anaknya menikah dini. Tetapi kalau melihat dari kaca mata
kita, tampaknya pernikahan dini sangat buruk sekali untuk mental dan masa depan
anak-anak. Pernikahan ini justru akan membuat pernikahan tidak karuan, karena
dua orang yang belum matang dan begitu paham tentang hidup pernikahan langsung dinikahkan.
Yah,
apapun alasannya, jikalau kamu berniat untuk menikahkan anak kamu yang masih muda, cobalah untuk mengetahui beberapa dampak pernikahan dini ini :
1. Kurangnya kasih dalam pernikahan
Kalau sudah kurang kasih dalam pernikahan, maka suami dan isteri akan mengalami ricuh bahkan KDRT.
Dikutip dari Kompas.com. menurut temuan Plan, sebanyak 44
persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan alias KDRT dengan
tingkat frekuensi yang sangat tinggi. Sementara itu, 56 persen lainnya mengalami KDRT dengan tingkat frekuensi rendah.
KDRT bukan hanya bicara kekerasan secara fisik ya, tapi juga secara omongan dan sikap dan lain sebagainya.
Sudah jelas dong, bagaimana tidak? Yang dinikahkan masih muda
banget, dan belum mengerti apa-apa serta belum begitu dewasa. Otomatis cara
sikapnya pun masih begitu ababil. Coba ingat bagaimana sikap kamu pas duduk
SMA? Bisa kamu bayangkan, bagaimana pernikahan yang terjadi bagi anak-anak yang bahkan belum duduk dibangku SMA? Wah!
2. Risiko meninggal dunia
Hidup dan mati memang ada ditangan Tuhan, tapi asal kamu tahu
bahwa pernikahan dini merusak kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak yang menikah di usia 10-14 tahun akan
rentan meninggal bakan 5 kali lebih besar dari usia 20-25 tahun, entah itu
meninggal karena melahirkan atau ketika hamil. Sementara itu, mereka yang
menikah di usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar akan meninggal dari mereka yang berusia 20-25 tahun.
Tentu saja dong. Bayangkan masih anak-anak yang dimana tubuh mereka belum sekuat orang dewasa tapi harus membawa bayi dalam rahimnya. Bukankah itu melelahkan dan menyakitkan?
BACA JUGA :
Menikah dan Terluka Selama Bertahun-tahun? Bangkitlah Karena Tuhan Tahu, Kamu Bisa!
3. Terputusnya akses pendidikan
Kalau sudah menikah, gimana caranya melanjutkan sekolah?
Selain stres dengan masalah dan sikap pasangan, bagaimana bisa maksimal belajar di sekolah?
Selain itu, ada banyak orang yang menikah dini memutuskan
untuk tidak sekolah lagi, mungkin karena malu atau sudah tidak fokus untuk masa depan lebih baik lagi.
Bayangkan berapa banyak anak-anak bangsa yang menikah dini dan kehilangan pendidikan. Bayangkan berapa ribu investasi bangsa ini tidak maksimal atau gagal hanya karena pernikahan dini?
Kesimpulan :
Melihat hal ini, sebagai gereja kita berharap dan kita harus
melakukan sesuatu untuk membimbing dan memberikan edukasi tentang pernikahan ke
orangtua dan anak-anak dipelosok desa bangsa in. Selain itu, bukankah sudah
saatnya kita berdoa buat pemerintah sehingga mereka dengan peka memperhatikan
hal ini? Anak-anak bangsa harus diselamatkan dari pernikahan dini, dan
diberikan edukasi mengenai pendidikan, pernikahan dan lain sebagainya. Supaya
Indonesia maju. Mari terus berdoa buat bangsa ini ya!