Pendeta Alfrey Lictor Cruz Canseco meninggal dunia saat dalam
perjalanan ke rumah sakit. Dia ditembak dari jarak dekat saat sedang berkotbah di
gerejanya Fraternidad Cristiana di Oaxaca, Meksiko pada hari Minggu, 18 Agustus 2019 lalu.
Laporan dari organisasi amal internasional Christian
Solidarity Worldwide (CSW), sang pendeta ditembak tepat saat dirinya berada di
mimbar gereja. Serangan brutal ini diyakini adalah ulah kelompok-kelompok kriminal Meksiko.
Walaupun motif penyerangan belum diketahui, CSW meyakini jika
hal tersebut berkaitan dengan serangan-serangan yang baru-baru ini juga terjadi dimana para pemimpin agama menjadi targetnya.
Sebelumnya dikabarkan, bahwa Pendeta Aaron Mendez Ruiz yang mengelola
rumah persinggahan bagi para imigran Kuba di Nuovo Laredo diculik pada 3 Agustus 2019 lalu.
CSW menilai di masa-masa ini kelompok kriminal Meksiko sedang
gencar-gencarnya melakukan aksi dan para pemimpin gereja Protestan dan Katolik menjadi salah satu sasarannya. Karena dianggap sebagai ancaman.
Berdasarkan catatan, CSW membeberkan 10 nama pemimpin agama
yang tewas akibat serangan kelompok kriminal selama tahun 2018. USA Today mencatat
bahwa sedikitnya 23 pemimpin agama dibunuh sejak 2012. Dan Pusat Multimedia
Katolik mencatat setidaknya terdapat 26 pendeta Katolik yang dibunuh sejak tahun 2012.
“Kami mendesak masyarakat Internasional untuk terlibat dengan pemerintah Meksiko dalam masalah ini dan mengakui peran yang dimainkan oleh banyak pemimpin agama, bukan hanya sebagai pemimpin gereja mereka, tapi juga sebagai suara perdamaian, keadilan dan integritas, dan sebagai pembela hal asasi manusia,” kata CSW.
Baca Juga:
3 Website Ini Banyak Jebak Orang Kristen, Berisi Ayat Alkitab Meski Sebenarnya Sekte Lain
Banyak yang Tinggalkan Iman, Penyanyi Ini Serukan Orang Kristen Cari Kebenaran Lewat Injil
Sebagaimana diketahui, Meksiko tercatat sebagai negara ke-39 terburuk
dunia yang banyak melakukan penganiayaan terhadap orang Kristen. Salah satu penyebabnya
adalah karena negara ini memiliki begitu banyak kelompok kriminal yang terorganisir tanpa mendapat perhatian pemerintah.
Open Doors bahkan melaporkan bahwa orang-orang Kristen, para pemimpin
dan gedung-gedung gereja di Meksiko kerap jadi sasaran serangan, ancaman, pemerasan dan pemaksaan.
“Karena ketidakmampuan pemerintah untuk menghadapi kekeraan, beberapa
orang Kristen merasa dipaksa untuk menerapkan strategi keamanan mereka sendiri terhadap
tindakan penganiayaan Kristen, termasuk melibatkan para pemimpin kelompok kriminal sendiri,” demikian disampaikan Open Doors.
Selain itu, kejahatan teroriganisir ini menargetkan para
pendeta, sementara pemimpin mereka menekan orang Kristen lewat denda, menyangkal pelayanan masyarakat dan hukuman penjara.
“Jaksa Agung negara bagian di Guerrero secara tak langsung menyiratkan
bahwa para imam terlibat dalam kegiatan kriminal yang selanjutnya meningkatkan ketegangan agama,” tulis Open Doors.
Sedang Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS
menyampaikan bahwa salah satu penyebab para pemimpin jadi target serangan di Meksiko
adalah karena kebanyakan dari mereka menyuarakan tindakan melawan para kelompok
kriminal.
Tentu saja ini jadi kecemasan besar bagi umat Kristen Meksiko.
Bagaimanapun pemerintah Meksiko harus melakukan tindakan pembersihan terhadap kelompok-kelompok
kriminal ini. Dan untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan dukungan besar dari
masyarakat Internasional.