Di Pernikahanmu, Apa Kamu Jadi ‘Tukang Kebun’ Atau Jadi ‘Konsumen’?
Sumber: http://www.heureuxenamour.com/wp-content

Marriage / 21 August 2019

Kalangan Sendiri

Di Pernikahanmu, Apa Kamu Jadi ‘Tukang Kebun’ Atau Jadi ‘Konsumen’?

Lori Official Writer
2497

Kita semua punya masalah masing-masing. Di dalam pernikahan ada saja tantangan yang dihadapi. Bisa jadi pengalaman masa lalu yang pahit atau juga masalah karakter.

Apapun itu, tak ada pasangan yang benar-benar hidup tanpa masa lalu. Pernikahan bukanlah tempat dimana suami istri hidup bahagia selamanya. Tapi sebaliknya, pernikahan adalah tempat untuk menempah pribadi menjadi lebih baik.

Waktu kita menikah, kita harus berurusan dengan masalah masa lalu pasangan. Begitu sederhananya.

Tapi yang jadi pertanyaan adalah, apakah kamu sudah jadi pasangan yang menangani masalah-masalah itu seperti ‘Tukang Kebun’ atau ‘Konsumen’ saja?

Bagaimana cara membedakan kedua peran ini?

Tukang Kebun

Katakanlah seorang tukang kebun pergi membeli bibit lokal dan membeli sebatang pohon. Dia semangat sekali untuk menanamnya. Dia bermimpi kalau suatu saat nanti bibit dan pohon itu akan tumbuh. Dia akan rajin menyiramnya, memangkas dan membersihkan daun-daunnya di musim gugur dan memberinya nutrisi yang cukup selama musim panas. Si Tukang Kebun benar-benar bersemangat mengurus tanamannya.

Lalu pohon itu tumbuh, semakin tinggi dan kuat serta membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Tapi suatu hari, dia berjalan keluar dan melihat kalau ada yang salah dengan tanamannya. Pohon itu tampak sakit.

Lalu si tukang kebun berkata pada dirinya sendiri, ‘Ya. Aku harus mengurus tanaman ini. Aku perlu mencari tahu apa aku melakukan sesuatu yang salah? Apa aku perlu memangkasnya dengan cara yang berbeda? Apa aku perlu mengganti tanahnya atau memupuknya?’ Dia begitu bertanggung jawan atas apa yang dialami oleh tanamannya itu dan sekeras tenaga mencari tahu apa yang salah.

Konsumen

Sementara seorang konsumen melakukan pendekatan yang berbeda dengan si tukang kebun. Dia punya mimpi yang sama dengan si tukang kebun. Dia juga bermimpi kalau pohon yang ditanamnya akan tumbuh jadi pohon yang kuat, lebat dan teduh.

Setelah membeli bibit, dia pun menanam pohon itu di depan rumahnya. Tapi si konsumen sama sekali tidak merawat tanaman itu. Dia lupa meluangkan waktu untuk menyiram, memangkas dan memupuknya. Kadang juga dia akan merasa jengkel karena daun-daun pohonnya berguguran di halamannya. Tapi waktu dia menikmati pohon itu di musim panas dan melihat kalau pohon itu sedang berjuang untuk hidup, dia berpikir, “Pohon itu buruk sekali. Aku harus menggantinya!”

Dia pun menebang pohon itu dan menanam bibit yang baru.

Apakah kamu sudah bisa menemukan perbedaannya?

Ada banyak pasangan menikah yang mungkin berpikir seperti pola pikir konsumen. Ada banyak pasangan yang tak bisa terima dengan masalah pasangannya atau bahkan bekas luka masa lalunya. Setelah itu, mulai berpikir kalau bisa jadi dia salah memilih pasangan.

Seorang konsumen berfokus pada kelemahan pasangan, berbeda dengan seorang tukang kebun yang tetap setia mempertahankan apa yang dia punya.

Jika kamu masih punya pola pikir konsumen ini, satu-satunya cara untuk menyelamatkan pernikahanmu adalah dengan mengubah pola pikir tersebut. Saat suami istri punya pola pikir yang sama seperti tukang kebun, maka pernikahan di tengah badai paling buruk apapun pasti bisa dilewati. Kenapa? Karena pernikahan didasarkan pada cinta yang tulus satu sama lain, bukan hanya untuk meraup keuntungan dari pihak pasangan saja.

Jika pola pikir konsumen hanya tertuju pada sisi cacat dan sikap menyalahkan, maka pola pikir tukang kebun sebaliknya. Dia peduli pada apa yang dia punya, dia akan berjuang keras untuk menyelamatkan sesuatu yang kelihatan hampir mati.

Dalam pernikahan, seorang tukang kebun tak akan tega menebang pasangannya dan membeli bibit yang baru. Justru dia akan berjuang untuk mempertahankannya bahkan membantunya untuk menyelesaikan semua persoalan sampai tuntas.

Karena itulah penting bagi suami istri untuk bisa saling menerima kekurangan masing-masing, saling mendukung dan bersatu untuk memberikan yang terbaik. Inilah yang bahkan Tuhan mau terjadi dalam pernikahan. Adanya kasih yang murni dan kesatuan sebagai suami istri.

Jadi, mari memeriksa kembali pernikahan kita. Apa kamu sudah jadi tukang kebun yang baik untuk pernikahanmu?

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami