"Berita heboh tentang pernyataan Joshua Harus , yang dia
berkata ‘bukan lagi seorang Kristen’, terbukti membongkar budaya Kristen hari-hari ini," kata sutradara buku I Survived I Kissed Dating Goodbye, Jessica Van Der Wyngaard.
Daripada memikirkan, dan mengambil tanggung jawab pribadi
perihal keyakinan seseorang, mending kita memikirkan diri kita sendiri terlebih dahulu.
"Budaya kita terobsesi dengan perbaikan yang begitu
cepat, selebritas, dan pengaruh sosial media, dan sayangnya, orang Kristen
tidak jauh berbeda," kata Jessica Van Der Wyngaard dalam sebuah pernyataannya.
Seperti banyak orang Kristen lainnya, Jessica Van Der juga
terkejut mendengar pengumuman Harris perihal dia yang bukan orang Kristen lain
dan mungkin, setelah mendengar kabar yang mengejutkan ini, ada banyak orang
Kristen yang tidak lagi mengikuti formula yang ditawarkan oleh Harris dalam bukunya .
Tetapi dalam hal ini, Jessica sangat berharap orang Kristen tidak seharusnya menjauh dari Harris, melainkan mengasihinya.
BACA JUGA :
Selain Hongkong, Inilah 2 Negara Yang Bisa Kamu Kunjungi Tanpa Visa. Seru Banget!
Jika kita menjauh dari Harris dan bukunya, apa bedanya kita dengan Harris yang meninggalkan Yesus?
"Orang-orang takut mengeluarkan bayi keluar dengan air
mandi, tetapi kita harus melakukannya. Diseluruh Alkitab, kita melihat
orang-orang bergulat dengan Allah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sulit. Dinamika ini adalah bagian besar dari hubungan yang hidup dengan Allah yang hidup," katanya.
Pada hari Jumat lalu, Jessica membuat sebuah film dokumenter
2018 tentang 'I Survived I Kissed Dating Goodbye'. Film tersebut sudah tersedia di YouTube, jadi kamu bisa akses dengan gratis dan menontonnya.
Film dokumenter tersebut menampilkan Harris yang meminta maaf mengenai apa yang dia lakukan yang melukai banyak orang.
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan banyak
sedikitnya isi dari buku yang dia tulis tahun 1997 yaitu I Kissed Dating Goodbye dimana sampai hari ini masih digeluti banyak orang.
Dalam film documenter tersebut, Harris pun mendorong para pemirsa untuk berpikir sendiri
dan memutuskan sesuatu untuk diri mereka sendiri dari pada membiarkan orang
lain mempengaruhi keputusan untuk mereka sendiri mengenai bukunya yang sudah dibaca.
Melihat film dokumenter yang dibuatnya, Jessica Van Der
berkomentar bahwa gagasan dan pengamatan yang terdapat dalam film tersebut menantang banyak orang untuk berpikir cerdas dalam perohal hubungan.
Thomas Umstattd Jr, sebagai penulis buku Courtship in Crisis:
The Case for Traditional Dating juga mengatakan bahwa dia tidak hanya berduka
dengan apa yang di putuskan oleh Harris tetapi juga atas komentar pahit yang dilontarkan orang Kristen lainnya atas Harris.
"Kadang, orang Kristen bisa sanhat jahat. Dalam semua
drama yang terjadi saat ini, aku pikir orang kehilangan realitas inti bahwa
Joshua Harris adalah pria yang sedang kesakitan. Dia memasang wajah yang berani
di depan sana, tetapi segala sesuatu dalam hidupnya sedang di guncang. Yang
lebih buruknya lagi, komentar yang ia terima dari beberapa orang Kristen juga
sangat buruk. Menjadi jahat, dengki dan kejam itu bukan sifar Kristus," katanya.
Dia juga melanjutkan berkata," Kebenaran itu vital.
Tetapi, bicara kebenaran tanpa kasih, bukanlah bahasa kasih seorang Kristen,
ini justru bahasa kasih iblis. Roh-roh jahat sering berbicara benar ketika
mereka berurusan dengan Yesus, tapi niat dari kebenaran itu adalah jahat.
Joshua Harris adalah seorang pendeta dan seorang seminaris. Apa yang akan kamu
katakan kepadanya, dia belum mendengar kebenaran? Kerajaan Allah itu bukan
tentang bicara saja tapi di dalamnya ada kuasa (1 Kor 4:20). Dan apa yang lebih
kuat dari sebuah kasih?"
Apapun yang terjadi, Tuhan memiliki sebuah maksud tertentu.
Melalui artikel ini kita harus belajar mengadopsi sifat Yesus sang pengasih
terus menerus sehingga kita bisa melihat kesalahan orang lain bukan lagi sebuah
kutuk yang menghasilkan kecaman melainkan sebuah kesempatan untuk berdoa dan
mengasihinya seperti Yesus mengasihi kita yang juga berdosa. Jadi, mari berdoa
agar Joshua Harris mengalami titik balik dan semua pemimpin gereja di bangsa-bangsa
semakin setia bersekutu dengan Allah.