Manusia Bisa Gagal Memecahkan Sebuah Teka-Teki, Tapi Tuhan Tidak!
Kalangan Sendiri

Manusia Bisa Gagal Memecahkan Sebuah Teka-Teki, Tapi Tuhan Tidak!

Lori Official Writer
      3323

Mazmur 32: 8

Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 28; Matius 28; Yesaya 9-10

Di suatu hari Sabtu. Setelah perayaan Thanksgiving, kami melintasi Fort Worth Stockyards, yaitu trotoar bata dank oral kayu, yang dulunya adalah tempat industri ternak di Texas dan sekarang sudah jadi bagian tempat bersejarah Amerika, yang dilengkapi dengan penerangan lampu Natal dan karangan bunga merah dan hijau.

Ada banyak orang berbaris di trotoar untuk melihat sekilas proses peternakan itu, sementara yang lain masuk dan keluar dari satu toko dan restoran ke toko dan restoran yang lain.

Kami baru saja melewati kebun binatang dan kereta yang kami gunakan berhenti saat anak kami melihat sebuah labirin seukuran manusia.

Dengan huruf-huruf yang cerah, labirin itu terdiri dari lorong-lorong kayu seluas 5400 kaki persegi yang dibangun menyerupai kandang ternak.

Dia seolah tak bisa memalingkan pandangannya dari labirin raksasa itu. Kemudian dia segera meminta ijin untuk mengambil antrian tiket dan masuk ke sana.

“Lihat apa kamu bisa menemukan huruf M-A-Z-E sebelum keluar,” teriak seorang petugas sembari menyerahkan tiketnya.

Dengan menerima tantangan tersebut, dia dan kakak perempuannya pun mulai melakukan petualangan.

Dengan memegang kamera, aku mengikuti suamiku saat kami menaiki tangga kayu yang menjanjikan pemandangan indah.

Di sana begitu padat. Tapi aku memutuskan untuk segera ke tepi pagar. Aku terkesima dengan pemandangan di bawah sana. Aku bisa melihat bentuk labirin itu dengan sempurna. Lalu aku mencari anak-anakku untuk melihat apakah mereka sudah memecahkan tantangannya. Sayangnya, mereka belum juga berhasil.

Tapi dari atas sana, labirin itu sangat jelas. Aku merasa seperti anak kecil yang menyelesaikan labirin sembari makan. Dengan krayon imajinerku, aku memeriksa keempat huruf itu dan menyelesaikannya dalam waktu singkat.

Aku tersentak mendengar suara yang menyahut nama anak-anakku. Suamiku bergabung dengan paduan suara orangtua. Mereka berteriak-teriak memberikan arahan kepada anak-anak mereka. ‘Belok kiri!’ ‘Belok Kanan!’ ‘Masuk ke Sini.’ ‘Tidak di sana.’ dan sebagainya.

Beberapa anak mendengar arahan itu tapi yang lainnya tidak. Kami menyahut balik bahwa anak-anak itu bisa menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri. Jadi kami menyaksikan dengan sabar saat mereka masuk dan keluar dari jalan kayu dan keluar kembali.

“Itu lebih sulit dari apa yang aku pikirkan, bu! sahut anakku. “Ikut aku,” kataku.

Lalu aku meraih tangannya dan menuntunnya sampai ke ketinggian 30 kaki. “Wow!” Dia menghela napas, sambil menganga melihat ke bawah gambaran yang menyerupai foto udara. Labirin itu tak berbeda dari yang dia selesaikan di buku puzzle.

Kami berdiri di sana selama beberapa menit sambil meneguk minum kami.

Aku berpikir sejenak, Tuhan pasti punya gambaran yang sangat mirip dengan hal ini. Cara pandang-Nya luas dan sempurna. Sementara aku tidak akurat dan terbatas. Dia tidak bingung dengan jalan buntu, atau pola yang berulang. Dia tidak pernah frustrasi, tersesat atau bingung. Cara-Nya lebih baik dan kesimpulan-Nya selalu benar. Dia bisa melihat awal dan akhir (Yesaya 46: 10) dan taka da yang tersembunyi dari pandangan-Nya. Dan Dia mau memimpinku juga.

“Tuhan aku percaya dengan kebijaksanaanMu,” bisikku pelan. “Engkau tahu yang terbaik dan jadi hak istimewaku untuk menaatiMu.”

 

Hak cipta Jane Samuel, digunakan dengan ijin Cbn.com. 

Ikuti Kami