Hal ini terjadi tidak
sengaja, sungguh. Ada tawaran diskon sehingga kita bisa berhemat 15% atau
bahkan 50%. Sayangkan kalau kupon diskon belanja ngga dipakai, apalagi cukup
pencet aplikasi untuk belanja.
Ya, tawaran diskon ini
muncul dimana-mana, email, pemberitahuan di aplikasi smartphone kita, di televise,
bahkan baliho besar yang kita lewati. Tangan rasanya gatal pengen browsing
barang-barang di aplikasi ecommerce yang lagi hits saat ini.
Tapi di akhir bulan,
tagihan kartu kredit membengkak, anggaran rumah tangga defisit dan hutang mulai
menumpuk. Tak ayal, kamu dan suami pun bertengkar karena masalah keuangan.
Apakah ini terdengar
akrab di telingamu? Ya, kecanduan belanja sekarang ngga harus membuat kita
pergi keluar rumah sekarang ini. Saat kamu duduk di meja kantormu atau bahkan
di rumah, kamu bisa belanja dengan ponsel pintarmu. Kecanduan belanja atau shopaholic
tidak hanya menjangkiti kaum hawa saja, kaum pria pun tak bisa menahan godaan.
Sebagai bukti nyata,
Denny Cagur, seorang entertainer mengaku bahwa dirinya keranjingan belanja
online.
“Iya tadi ngga berasa
tuh Rp.90 juta aja untuk kayak gitu,” demikian pernyataan Denny yang dikutip Detik.com
pada Jumat (19/07/2019).
Nah, jangan sampai hal
ini dibiarkan berlarut-larut ya. Ada banyak pernikahan hancur karena masalah
keuangan seperti ini. Apa yang harus kita lakukan?
1# Cek hati kita
Tahukah kamu bahwa
seorang pecandu belanja dia dikendalikan oleh perasaannya. Mereka akan merasa
lebih baik setelah belanja, karena belanja membuat mereka merasakan
kegembiraan, seperti yang dirasakan oleh para pecandu alkohol ataupun judi.
Tapi itu adalah apa
yang terlihat di permukaan, sama seperti kecanduan lain, kecanduan belanja juga
biasanya terjadi karena ada akar masalah lain, seperti wanita yang patah hati,
cenderung akan berbelanja untuk menghibur diri. Atau mereka yang rendah diri,
akan menghabiskan banyak uang agar merasa dirinya berharga dan percaya kalau
dengan memakai barang-barang mahal dirinya akan dicintai.
“Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21)
Saat bicara tentang
harta, Tuhan Yesus menegaskan bahwa hal itu berhubungan dengan hati kita.
Masalahnya bukanlah
tentang seberapa banyak uang yang kita miliki, tapi dimanakah hati kita berada.
Cara mendeteksinya sangat mudah, yaitu dimana paling banyak kita menghabiskan
uang, disitulah hati dan pikiran kita berada.
Jadi, untuk lepas dari
kecanduan belanja, penting untuk mengalami pemulihan hati. Ijinkan Tuhan untuk
menjamah hatimu.
Pemulihan dimulai dari
keterbukaan, carilah seorang konselor atau rohaniawan yang bisa kamu percaya
untuk menemukan akar masalahmu. Ngga mudah memang, ini membutuhkan iman untuk
mempercayai orang lain. Tapi jika kamu ingin agar akar kepahitan, luka hati,
atau rasa tidak aman yang menggerogoti hatimu dipulihkan, ambillah resiko itu.
2# Cek cara pandang
kamu dan juga apa yang kamu lihat
Setelah bicara tentang
hati, Yesus berbicara tentang mata pada Matius 6:22-23:
Mata adalah pelita
tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah
seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya
kegelapan itu.
Dikatakan bahwa mata
adalah pelita tubuh, hal ini bukan hanya berbicara tentang apa yang kita lihat
tapi juga cara pandang kita tentang uang.
Jika kita sampai kecanduan belanja, berarti ada yang salah dalam cara
pandang kita tentang barang, dan juga nilai-nilai kehidupan kita.
Jika kita memiliki
cara pandang yang salah, maka seluruh kehidupan kita akan mengarah ke tujuan
yang salah pula.
Jadi jika kita mau
lepas kecanduan belanja dengan memotong kartu kredit, uninstall aplikasi, dan
langkah-langkah lain, tapi belum merubah hati dan cara pandang kita, hal itu
tidak akan berdampak banyak.
Ingatlah bahwa harga
pembebasan kita dari keterikatan belanja sudah dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus
di kayu salib. Kristus sudah menyediakan segala yang kita perlukan untuk hidup
berkemenangan dan menjadi alat-Nya untuk menyatakan kemuliaan Tuhan kepada
dunia ini. Kita tidak perlu lagi untuk membayarnya, kita hanya perlu datang
kepada Tuhan.
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (2 Petrus 1:3-4)
Baca juga :
Kalau Uang Bukan Lagi Jadi Masalah, Apa Yang Akan Kamu Lakukan? Renungkan Hal Ini, Yuk!
Sering Bangkrut Karena Belanja? Ini 4 Penyebab Kita Sering Berbelanja Secara Impulsif