Ibadah Sambil Ngopi, Begini Tren Gereja Kafe di Korea Selatan
Sumber: christianitydaily.com

News / 6 March 2022

Kalangan Sendiri

Ibadah Sambil Ngopi, Begini Tren Gereja Kafe di Korea Selatan

Lori Official Writer
7232

Tren gereja yang dilengkapi dengan kafe, gitar listrik dan ibadah mungkin sesuatu yang tak biasa di gereja-gereja.

Secara tradisional, ibadah pada umumnya adalah kegiatan yang dikhususkan untuk memuji Tuhan, berdoa dan mendengar injil. Tapi berbeda halnya dengan banyak gereja-gereja di Korea Selatan (Korsel). Gereja yang dilengkapi dengan kafe kopi seolah sudah menjadi tren yang diminati umat Kristen di sana.

Sebut saja salah satunya adalah gereja Pdt. Ahn Min-ho. Di sana Pendeta Ahn menyediakan café kopi yang dijalankan oleh pihak gereja sendiri.

Kebanyakan jemaat gereja yang rata-rata dewasa muda akan dipersilahkan memesan kopi pilihan mereka dari sang barista. Dan saat mereka mulai menikmatinya barulah Pendeta Ahn memulai ibadah dan meminta para jemaatnya berdiri dan membacakan pengakuan iman mereka.

“Kafe dan gereja kecil mengalami kesulitan bertahan di Korea. Menggabungkan keduanya sangat membantu karena mereka saling mendukung secara finansial,” katanya.

Gereja yang akrab disebut Jesus Coffee ini adalah salah satu dari beberapa gereja kafe yang berdiri di kota Seoul. Model gereja seperti ini dibuat sebagai cara gereja untuk menjangkau anak-anak muda dimana gereja-gereja besar di sana dianggap gagal menarik minat anak muda.

 

Baca Juga: Seorang Dokter Kristen di Negara Ini Terancam Dipecat Karena Kedapatan Doakan Pasien, Duh!

 

Sebanyak 17 gereja besar yang memiliki sedikitnya jemaat 2000 orang di Seoul dianggap telah gagal dalam hal ini. Pasalnya sesuai dengan data, umat Kristen Korea berusia 18-30 tahun telah meninggalkan gereja.

“Citra publik terhadap beberapa pemimpin gereja menjadi buruk beberapa tahun terakhir karena skandal uang dan urusan seksual. Inilah yang menghambat pertumbuhan banyak gereja di negara ini,” kata Sung-Deuk Oak, seorang profesor Kristen Korea di UCLA.

Pendeta Ahn berharap gerejanya Jesus Coffee bisa menarik banyak jemaat baru. Seperti disampaikan oleh salah satu jemaatnya Eunice Lee, dulunya adalah anggota sebuah gereja yang cukup besar di Seoul. Namun memilih untuk menghadiri ibadah di Jesus Coffee karena jumlah jemaatnya yang kecil membuatnya merasa lebih dekat dengan semua orang di sana.

“Aku kenal semua orang di gereja ini. Sebelum kebaktian, kami minum kopi dan berbagi segalanya tentang kehidupan kami satu sama lain. Muncul perasaan yang nyaman,” kata Eunice.

Sementara di hari-hari biasa, para pengunjung bisa membaca literature Kristen yang ditaruh di dinding kafe.

“Kebanyakan orang suka kopi. Jadi mengintegrasikan kedai kopi dengan gereja adalah cara yang bagus untuk menyambut orang-orang non-Kristen ke rumah ibadah kami. Orang-orang datang ke sini mencari kopi dan melihat-lihat kedai lalu bertanya tentang gereja. Mereka terkejut dan bertanya, mengapa membuat gereja seperti kafe? Saya katakan kepada mereka, ‘Kami melakukannya hanya untuk kamu!” terang Pendeta Ahn.

Sampai saat ini jemaat gereja Jesus Coffee sudah mencapai 100 orang. Meski begitu ada begitu banyak orang yang datang untuk mengikuti ibadah. Hal ini mendorongnya untuk membuka kembali dua kafe tambahan yang berdekatan dengan Jesus Coffee dan memberi ruang bagi lebih banyak orang untuk mengikuti ibadah.

“Gereja, visi dan pelayanan kami menarik. Minat dalam pertemuan kami tumbuh setiap hari. Kami menyambut orang-orang baru ke komunitas kami secara teratur,” ucapnya.

 

Baca Juga: Dukung Penuh Israel, Mike Pence Sebut Yang Memberkati Israel Juga Akan Diberkati

 

Melalui penghasilan dari penjualan kopi, Pendeta Ahn bisa menutupi semua tagihan kafe setiap bulannya. Sekalipun tak murah, namun dia bertekad untuk tetap membuka gereja kafe ini sebagai model penjangkauan alternatif terhadap anak-anak muda Korea yang sudah hampir meninggalkan imannya.

“Kami di sini untuk mengembalikan mereka yang tersesat. Ibadah berbeda di sini. Kami suka dan kami mengundang semua yang mencari perubahan,” tandasnya.

Di Indonesia, model gereja semacam ini memang masih sangat langka. Atau bisa dibilang masih belum ada. Namun bagaimanapun model rumah ibadahnya, yang terpenting injil bisa sampai dengan tepat kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan atau bahkan yang rindu memiliki komunitas gereja.

Sumber : Christianitydaily.com | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami