Lari Dari China, Keluarga Kristen Ini Ungkapkan Orang Kristen Tak Aman Lagi Disana
Sumber: Express.co.uk

Internasional / 10 July 2019

Kalangan Sendiri

Lari Dari China, Keluarga Kristen Ini Ungkapkan Orang Kristen Tak Aman Lagi Disana

Puji Astuti Official Writer
3131

Seorang pria Kristen China bersama lima orang anggota keluarganya melarikan diri ke Taiwan setelah tujuh bulan lalu gerejanya ditutup dan pendeta serta banyak anggota jemaat yang ditangkap oleh pemerintah China.

Pada hari Minggu (7/7/2019) lalu, adalah pertama kalinya Liao Qiang menyembah Tuhan secara terbuka setelah gerejanya ditutup tujuh bulan lalu. Pria berusia 49 tahun itu menjejakkan kaki di Taiwan seminggu lalu.

Ia dan putrinya yang berusia 23 tahun, Ren Ruiting menggambarkan selama tujuh bulan terakhir mereka hidup di bawah pengawasan ketat pemerintah.

Beberapa tahun terakhir ini pemerintah komunis China melakukan penekanan besar-besar terhadap institusi agama, termasuk membuldoser gereja dan masjid, melarang anak-anak di Tibet belajar agama Budha dan melakukan “pendidikan ulang” terhadapan jutaan etnis minoritas di sebuah kamp tertutup.

Hal ini merupakan perintah langsung dari Presiden China sekaligus ketua partai komunis Xi Jinping untuk memastikan rakyat China setia kepada partai atheis mereka.

Gereja tempat Liao Qiang berjemaat adalah Early Rain Covenant Church. Gembala mereka, Wang Yi ditangkap karena dianggap sebagai pemberontak. Wang Yi berkomitmen menyelenggarakan acara doa setiap 4 Juni untuk memperingati kejadian berdarah pada tahun 1989 di Taman Tiananmen, Beijing. Sebuah peringatan yang ingin dihapus dari ingatan masyarakat oleh Pemerintah China.

Sejak penangkapan Pendeta Yi dan beberapa jemaat, seluruh jemaat dikenakan wajib lapor kepada pihak berwajib tentang keberadaan mereka setiap hari secara online, jika tidak keselamatan mereka tidak akan dijamin.

“Saat itulah aku tahu bahwa disini tidak aman lagi bagi kami, dan bahwa anak-anakku yang paling dalam bahaya,” ungkap Liao setelah mengikuti acara kebaktian di sebuah gereja kecil di Taipei.

Untuk mengkonfirmasi berita ini, APNews.com menghubungi pemerintah China, namun tidak mendapatkan tanggapan.

Liao dan keluarganya berharap dapat berada di Taiwan sambil menunggu pengajuan suaka ke Amerika Serikat. Saat ini mereka masih menggunakan visa turis berjangka 15 hari saja, setelah itu nasib mereka tidak jelas.

“Saya tidak tahu apakah mereka bisa tetap tinggal setelah visa mereka habis, kecuali pemerintah Taiwan bersedia menjadikan hal ini kasus kemanusiaan dengan dasar persekusi agama,” demikian jelas Chiu Ling-yao, sekretaris jendral dari Taiwan Association for China Human Right yang membantu keluarga tersebut mencari solusi. 

Baca juga: 

Lagi-lagi, Pendeta Gereja China Ini Ditangkap Karena Tolak Lepaskan Salib

Gerakan Yudas Mini, Pemerintah China Beri Imbalan $1500 Untuk Laporkan Orang Kristen

Sumber : APNews.com
Halaman :
1

Ikuti Kami