Perceraian Bukanlah Satu-satunya Cara Untuk Selamat Dari Pernikahan Yang Membosankan!

Marriage / 25 June 2019

Kalangan Sendiri

Perceraian Bukanlah Satu-satunya Cara Untuk Selamat Dari Pernikahan Yang Membosankan!

Naomii Simbolon Official Writer
1988

Pernahkah kamu melihat sebuah pernikahan yang sangat dingin dan penuh dengan kepahitan bahkan tak lagi romantis?

Beberapa bulan ini, saya suka sekali di undang bermain dan sharing ke rumah salah satu teman saya.

Pertama saya menginjakkan kaki di rumah mewah mereka, rasanya sangat sepi. Bertanya kepada teman saya, orangtuanya sedang bekerja sehingga belum pulang. Seiring berjalannya waktu, teman saya mulai terbuka soal hidupnya dimana orangtuanya sejak lama tidak akur sebagaimana layaknya orangtua. Bahkan sudah satu tahun lebih tak lagi tidur sekamar melainkan mereka memiliki kamar masing-masing dan ruang kerja masing-masing.

Mereka dipenuhi dengan kekayaan yang luar biasa, dan apa saja yang diinginkan bisa begitu gampang untuk di dapatkan, tetapi sayangnya hubungan pernikahan orangtua yang nggak baik membuat anaknya bertumbuh menjadi kacau dan sepi. Suami isteri sih, tetapi sayangnya tidak bisa terhubung dekat secara emosi. Masih bersama mendidik anak tetapi tidak lagi terhubung secara fisik. Pernikahan seperti ini sangatlah memilukan dan begitu sulit. Dan tentu saja tidak ada yang mau mengalami hal seperti ini, bukan?

Masalahnya, semua pernikahan bisa saja mengalami kemerosotan dalam hal keromantisan, seperti bosan dan kehilangan rasa cinta.

Jika terus menerus seperti ini maka pernikahan bisa menjadi mati seperti yang dialami oleh orangtua temanku di atas. Malahan, bisa saja berakhir pada perceraian.

Hal pertama yang harus kita rubah demi memperbaiki hal ini adalah pikiran.

Pikiran, kata-kata dan tindakan yang kita punya memiliki sebuah kekuatan untuk merubah pernikahan kamu dan membebaskan rasa bosan loh.

Gimana kita mengelola pikiran kita dan tindakan kita akan berkelanjutan membangun pernikahan kita bahkan memperbaiki pernikahan kita jikalau kita memang berada dalam hubungan pernikahan yang penuh dengan kepahitan dan jarak.

Jika kamu alami situasi serupa seperti dimana kamu merasa pengen marah kepada pasangan kamu, memikirkan kesalahan suami kamu, pengen bicara buruk soal suami kamu ke teman-temanmu dan juga pengen rasanya balas dendam terhadap cara dia yang menyakiti kamu.

Cobalah pikirkan kembali dan bertindaklah dengan kasih, pilihlah untuk mencintai pasangan kamu terlepas dari apapun perasaan kamu saat ini, cobalah kontrol pikiran kamu dan tutup mulut kamu daripada harus marah-marah serta pilihlah untuk memaafkan dia daripada harus balas dendam.

BACA JUGA  :

Tidak Dengan Sekuntum Mawar, Diam-diam, Inilah Cara Suami Menunjukkan Rasa Cintanya(2)

Sama seperti Musa yang menantang orang Israel untuk mengikuti kehendak Allah daripada mengikuti keinginan mereka (Ulangan 30:19).

Demikian dengan kita pun harus mempertimbangkan gimana caranya memberikan dampak yang panjang untuk pernikahanmu yang lebih kuat.

Amsal 14:1 mengatakan, "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri." Artinya adalah kita harus memanfaatkan kekuatan pikiran, kata-kata dan tindakan kita untuk membangun dan bukan malah menghancurkan pernikahan kita sehingga kita bisa mengalami vitalitas sejati dan sukacita yang dirancang oleh Allah untuk pernikahan kita.

Sadar nggak kalau pernikahan itu ibarat hubungan yang dibangun lapis demi lapis. Dan setiap detik, interaksi atau tindakan yang kita lakukan dalam pernikahan kita kepada pasangan kita, bisa membangun hubungan semakin dekat atau justru semakin menjauh.

Kita semua pasti pernah melewati musim dimana kita merasa sepertinya jauh dari pasangan kita. Tetapi bagaimana pun cobalah untuk melewatinya dengan memikirkan kembali tindakan untuk melewatinya. Jangan malah menjauh dari masalah tetapi mendekatlah dan perangi dengan doa. Paling penting, mintalah hikmat dan lakukan sesuatu untuk memperbaiki pernikahan kalian menjadi jauh lebih baik.

 

Sumber : crosswalk | Jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami