Saya tau rasanya
berkekurangan, karena saya lahir dari keluarga miskin. Sewaktu masih kecil,
cita-cita saya tidak seperti anak-anak sebaya yang ingin menjadi dokter, guru
atau polisi. Cita-cita saya sangat sederhana, yaitu jadi orang kaya.
Namun apakah ukuran
menjadi orang kaya itu? Apakah menjadi orang kaya itu salah? Tentu saja tidak
ada yang salah dengan menjadi kaya, tapi kita harus memiliki standar yang benar tentang kaya dan meresponi kekayaan dengan benar.
Peringatkanlah
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan
demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. 1 Timotius 6:18-19
Dari
nasihat Rasul Paulus kepada Timotius di atas, kita belajar bahwa kita
diharapkan kaya dalam kebajikan dan menggunakan harta kita dengan murah hati untuk menolong sesama, sehingga mengumpulkan harta di sorga.
Namun
dalam memberipun kita harus memiliki sikap hati yang benar, untuk itu jangan melakukan tiga kesalahan saat memberi ini:
1# Memberikan sesuatu yang tidak layak diberikan
Bayangkan
kamu sebagai orang yang menerima pemberianmu itu, kamu menerima sesuatu yang
sudah tidak layak lagi diberikan kepada orang lain. Bukankah kamu akan merasa sedih?
Ya,
saat kamu memberikan sesuatu, bahkan kepada orang yang tak dikenal, milikilah
pola pikir, bahkan kamu memberikan kepada Tuhan. Jadi, kalau memberikan sesuatu kepada Tuhan, kamu pasti akan memberikan yang terbaik bukan?
Yang
terbaik bukan berarti harus mahal. Sebagai contoh, adalah kisah janda miskin
yang mempersembahkan dua peser itu. Hal itu menjadi persembahan yang terbaik karena ia memberikan dari segala yang ia miliki.
Lalu
datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Maka
dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua
orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua
memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." ~ Markus 12:42-44
2# Jangan ada syarat saat memberi
Ketika
kita memberi dengan murah hati, kita harus memberikannya tanpa syarat. Sama
seperti keselamatan yang kita terima dari Tuhan Yesus adalah kasih karunia atau
hadiah. Walau demikian ada beberapa orang yang menolak hadiah dari Tuhan ini (Yohanes 3:16).
Karena
kita sudah menerima hadiah terbesar dalam kehidupan ini, hendaknya kita
memiliki kemurahan hati ini. Jika kamu pernah merasa kecewa terhadap respon
orang yang menerima pemberian kamu, maka kita harus ingat kembali kepada Tuhan
Yesus, Dia juga mengalami banyak penolakan saat menawarkan keselamatan kepada manusia.
Jadi,
saat kita memberi kepada seseorang, gereja atau organisasi, jangan ada motivasi
yang salah ya. Memberilah dengan sukacita karena kita telah menerima kebaikan
Tuhan, sebagai tanda ucapan syukur. Jangan memberi karena meminta diberkati. Karena hal itu sudah pasti, tidak usah kita memintanya.
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." ~ Lukas 6:36
3# Jangan memberi hanya saat dilihat orang
Jika
kita tidak bisa memberi tanpa diketahui oleh orang lain, mungkin kita perlu cek
kembali hati kita. Tuhan Yesus menyatakan dalam Matius 6:3, “Tetapi jika engkau
memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”
Ya,
memberilah dengan tulus tanpa meminta balasan atau bahkan penghargaan. Karena
cara memberi yang demikianlah yang berkenan di hadapan Tuhan.
Nah,
setelah tahu tiga hal di atas, yuk kita memberi dengan sukacita dan benar.