Alkitab adalah buku rohani, tetapi tidak begitu rohani sehingga uang pun tidak dipermasalahkan.
Ini sangatlah penting, karena sebagian besar orang cenderung
menyembah uang dibanding menyembah Tuhan. Karena memang sejak awal, hubungan manusia dan Tuhan pun dirusak oleh keserakahan.
Jika kamu sudah pernah nonton film "Wall Street- Money
Never Sleeps" maka kamu pasti tahu buku yang dikeluarkan Gekko di film itu kan?
Ya, judulnya adalah Is Greed Good.
Nah, jika kamu menonton keseluruhan film itu, dan mencernanya
kembali maka kamu pasti tahu bagaimana film itu hanya menggemakan kebijaksanaan dunia, bukan Firman Tuhan.
Saya rekomendasikan untuk kamu tonton, karena ada pesan moral yang bisa kamu dapat mengenai uang.
Berbeda dengan Alkitab, Firman Allah bilang bahwa uang sama sekali nggak bikin orang puas. Baca deh Firman dibawah ini soal keuanga dan kekayaan juga keserakahan :
"Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN."(Amsal 22:2)
"Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut." (Amsal 11:4)
"Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda." (Amsal 11:28)
"Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan." (Amsal 15:16)
"Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 17:5)
Intinya adalah mereka yang mencintai uang, tidak akan pernah
merasa cukup. Berapa buruknya jika kamu berpikir bahwa kekayaan akan mendatangkan kebahagiaan sejati kepadamu.
Karena gini, semakin banyak yang kamu miliki maka semakin banyak juga hal-hal yang membantu kamu untuk segera menghabiskannya.
ARTIKEL TERKAIT :
Tak Selalu Tampak, Inilah 4 Hal Perusak Yang Kerap Membuat Kita Sulit Menjadi Sukses!
Jadi, apa coba keuntungan dari sebuah kekayaan, kecuali menjadikannya berkat yang mengalir melalui jari-jari kamu.
Di jaman sekarang, kadang kekayaan di masukkan ke dalam investasi yang merugikan orang lain.
Itu sangat kejam. Misalnya membeli tanah dan menjadikannya
perusahaan atau gedung yang ujungnya menganggu kelangsungan hidup orang lain bahkan merugikan orang lain.
Demi meningkatkan kekayaan, rela melakukan hal sekeji itu.
Padahal kan, ketika akhir hidupnya, semua akan ditinggalkannya dan dia hanya
akan menjadi orangtua dengan tangan kosong sama seperti hari dimana mereka dilahirkan.
"Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja." (Amsal 22:16)
"Jadi
sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara
yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian
terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan
harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar
teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil
ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang
menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi,
kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.Kamu telah
menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu." (Yakobus 5:1-6)
Menjadi kaya itu bukan sebuah masalah. Tidak apa-apa jika kamu
memiliki kekayaan dan harta yang berlimpah tetapi akan menjadi salah jika kita
mengijinkan itu jadi pemisah antara kita dan Allah, yaitu dengan memprioritaskan
uang daripada Tuhan.
Karena
akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa
orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai
duka......Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka
jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti
kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita
segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka
memberi dan membagi dan dengan
demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu
yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. (1 Timotius 6:10, 17-19)