Faktanya Alkitab gak banyak membahas soal perbedaan usia dalam
pernikahan. Abraham bahkan sepuluh tahun lebih tua dari istrinya Sara. Pada
jaman itu, banyak pria Yahudi menikahi wanita yang lima sampai sepuluh tahun lebih muda dari mereka.
Bagi masyarakat dulu dan bahkan saat ini, beda lima atau
sepuluh tahun mungkin masih dianggap wajar. Tapi bagaimana kalau rentang usia pasangan lebih dari sepuluh tahun?
Satu-satunya masalah terbesar pernikahan yang ditulis dalam
Alkitab adalah ketidakseimbangan iman antara pria dan wanita. Alkitab mengingatkan supaya setiap orang memilih pasangan yang sepadan (1 Korintus 6: 14).
Paulus menyampaikan peringatan ini mungkin karena dia mengingat
tentang hukum Perjanjian Lama yang berkata, “Janganlah engkau membajak dengan lembu dan keledai bersama-sama.” (Ulangan 22: 10).
Ayat ini mengingatkan soal bagaimana mungkin lembu dan keledai akan bisa membajak bersama kalau ternyata keledai memilih untuk duduk saja atau hanya ingin berkeliaran saja? Dan kita hanya akan mendaoati lembu membajak sendirian. Keduanya bukanlah tim yang seimbang.
Baca Juga:
Perlu Bulan Madu Kedua? Liburan Kali Bisa Jadi Waktu yang Paling Tepat…
Ini yang Terjadi Kalau Pasangan Tiba-tiba Suka Mengatur Bak Orangtua Sendiri
Hal inilah yang ditekankan oleh Paulus soal pernikahan yang tidak
seimbang (seiman). Tuhan sendiri tak ingin kita menikahi orang-orang yang tak
percaya. Tuhan tahu kalau pernikahan tak sepadan ini terjadi, maka orang percaya
akan terpengaruh dengan kebiasaan orang-orang yang tak percaya itu. Sampai pada akhirnya orang percaya berpaling sepenuhnya dari Tuhan.
Jadi, dalam pernikahan hal yang menimbulkan masalah adalah
perbedaan iman. Sementara faktor perbedaan usia sama sekali bukan perkara yang besar.
Dosa terbesar dalam pernikahan bukanlah perbedaan usia, tapi apakah mereka
berdua setuju bahwa Yesus adalah juruslamat. Masalah memang muncul saat salah
satu pasangan jauh lebih tua daripada yang lain. Karena seiring waktu, pasangan
yang lebih tua akan mulai mengalami keterbatasan dan tak lagi mampu menikmati berbagai
hal yang di sisi lain masih bisa dilakukan pasangannya. Contohnya seperti menikmati
acara olahraga, wisata, menikmati makanan tertentu dan aktivitas yang
membutuhkan tenaga fisik. Perbedaan usia bahkan juga bisa mempengaruhi pola pengasuhan anak.
Semakin besar perbedaan usia suami istri, semakin besar
kemungkinan munculnya masalah-masalah kecil. Tapi bagaimanapun, sebagai orang percaya, perbedaan ini bisa diatasi dengan mengandalkan Roh Kudus.
Masalah yang muncul juga bisa diatasi dengan konseling.
Sebagai orang percaya, kita tahu bahwa pernikahan adalah rancangan
indah dari Tuhan. Karena itu, dalam segala sesuatu kita harus mengandalkan
Tuhan.