Ketika Cinta Takut Berkomitmen, Lantas Apa Yang Harus Dilakukan?

Single / 7 June 2019

Kalangan Sendiri

Ketika Cinta Takut Berkomitmen, Lantas Apa Yang Harus Dilakukan?

Naomii Simbolon Official Writer
2555

Dalam beberapa konseling yang saya lakukan, saya sering bertemu dengan klien-klien yang mempunyai ketakutan mendalam terhadap komitmen. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin berada dalam hubungan yang saling mencintai, namun mereka tetap memilih "orang yang salah".

Susan, 38, meminta bantuan saya karena dia sedang berada dalam 2 hubungan dalam waktu yang sama. Ini terasa tidak benar baginya, sehingga dia tahu bahwa dia harus membuat pilihan. Namun dia seperti tidak bisa memutuskan hubungan mana yang tepat untuknya. Susan telah menjalin hubungan dengan Shawn selama 2 tahun. Shawn, 43, adalah seorang pria yang ramah, romantis, dan sopan. Namun Shawn bisa "menghilang" secara emosional untuk waktu yang agak lama, dan sudah jelas bahwa dia tidak menginginkan anak (padahal mempunyai anak adalah hal yang penting bagi Susan). Tambahannya, Shawn selalu hidup dengan pas-pas-an secara finansial.

Lalu Susan bertemu dengan Calvin, yang benar-benar berbeda dengan Shawn. Calvin selalu ada bagi Susan secara emosional, mempunyai pekerjaan yang dia cintai, penghasilan yang bagus, dan juga menginginkan anak. Susan sangat tertarik dengan Calvin dan di dalam hatinya dia tahu bahwa Calvin adalah pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan Shawn. Namun tetap saja, dia merasa sulit melepaskan Shawn. Setelah kami teliti lebih lanjut, ternyata semakin jelas bahwa alasan mengapa Susan tidak bisa melepaskan Shawn adalah karena Susan merasa takut akan komitmen. Bersama Shawn, tidak ada kemungkinan untuk berada dalam hubungan berkomitmen, karena dia tidak tepat untuk itu. Namun Susan merasa "aman" dengan Shawn. Aman dari apa?        

Susan menyadari bahwa dia sangat takut untuk benar-benar jatuh cinta, yang sangat mungkin terjadi dengan Calvin, tapi tidak dengan Shawn. Dalam pikirannya, berada dalam hubungan cinta yang dalam berarti kehilangan kebebasannya. Saat dia membayangkan dirinya bersama dengan Calvin, dia merasa seolah-olah dia tidak dapat bernafas. Konsep Susan tentang hubungan cinta dengan komitmen adalah, "Aku dan dia terus bersama sepanjang waktu. Aku tidak bisa pergi begitu saja dan berada bersama teman-temanku, atau pergi berlibur bersama temanku. Komitmen berarti tidak ada kebebasan." Tidak heran dia merasa "aman" dengan Shawn! Selama Susan merasa bahwa dia harus mengorbankan dirinya secara total untuk berada dalam sebuah hubungan cinta, dia tidak akan mampu untuk membuat komitmen.

Douglas, 34, seorang klien lain, mempunyai masalah yang sama. Saat dia sedang menjalin hubungan, dia adalah seorang pria yang baik. Dia cenderung ingin menyenangkan pasangannya karena, dalam pikirannya, mengurus diri sendiri dan melakukan hal-hal yang dia mau adalah sikap yang egois. Namun, ketika hubungan mereka semakin serius, dia mengakhiri semua sikap khususnya dan juga hubungan itu. Seperti Susan, tindakannya berdasarkan keyakinannya yang salah, bahwa dia harus mengorbankan kebebasan pribadinya untuk berada dalam hubungan cinta yang serius.

Susan dan Douglas sama-sama mempunyai keyakinan yang salah yang menyebabkan mereka takut terhadap komitmen: bahwa mencintai orang lain berarti melakukan apa yang orang lain itu inginkan, bukannya bersikap jujur terhadap diri mereka sendiri dan juga mencintai diri mereka sendiri. Mereka berdua mempunyai definisi yang salah dari kata "egois". Mereka berpikir bahwa mereka bersikap egois jika mereka mengurus diri mereka sendiri, dibanding mengurus pasangan mereka. Saya menawarkan definisi tentang egois seperti ini: Egois adalah ketika  kamu  mengharapkan orang lain mengorbankan diri mereka untukmu - dengan tidak melakukan apa yang sebenarnya mereka inginkan, tapi melakukan apa yang kamu ingin mereka lakukan. Egois adalah ketika kamu tidak mendukung orang lain untuk mengasihi diri mereka sendiri, tapi mengharapkan mereka untuk mengasihi dan mengurusmu saja.

Mengorbankan diri sendiri adalah sebuah bentuk pengendalian. Kamu ingin mengendalikan bagaimana orang lain merasa atau mempunyai kesan tentangmu dengan melakukan apa yang mereka ingin kamu  lakukan. Ketika kamu melakukan apa yang orang lain ingin kamu lakukan dalam hal mengasihi, tanpa persetujuan mereka, maka kamu akan merasa baik. Namun ketika kamu mengorbankan diri kamu hanya  karena kamu  takut terhadap kemarahan atau pemutusan hubungan oleh pasanganmu, maka kamu  akan merasa terjebak dan tertolak. Untuk berada dalam hubungan yang berkomitmen, komitmen pertama yang perlu anda lakukan adalah komitmen kepada diri kamu sendiri, jujur pada diri sendiri, integritas, dan kebebasan. Belajar untuk mengasihi diri sendiri (karena anda tahu bahwa Tuhan mengasihi anda) adalah kunci untuk menyembuhkan ketakutan akan komitmen. Saat kamu  mengasihi diri sendiri, maka kamu akan diisi dengan cinta dan kamu akan mempunyai lebih banyak cinta untuk dibagikan kepada pasangan kamu!

 

Sumber : Jc Old \ relationship headquarters
Halaman :
1

Ikuti Kami