Dalam beberapa konseling yang saya lakukan, saya sering bertemu
dengan klien-klien yang mempunyai ketakutan mendalam terhadap komitmen. Mereka
mengatakan bahwa mereka ingin berada dalam hubungan yang saling mencintai,
namun mereka tetap memilih "orang yang salah".
Susan, 38, meminta bantuan saya
karena dia sedang berada dalam 2 hubungan dalam waktu yang sama. Ini terasa
tidak benar baginya, sehingga dia tahu bahwa dia harus membuat pilihan. Namun
dia seperti tidak bisa memutuskan hubungan mana yang tepat untuknya. Susan
telah menjalin hubungan dengan Shawn selama 2 tahun. Shawn, 43, adalah seorang
pria yang ramah, romantis, dan sopan. Namun Shawn bisa "menghilang"
secara emosional untuk waktu yang agak lama, dan sudah jelas bahwa dia tidak
menginginkan anak (padahal mempunyai anak adalah hal yang penting bagi Susan).
Tambahannya, Shawn selalu hidup dengan pas-pas-an secara finansial.
Lalu Susan bertemu dengan Calvin,
yang benar-benar berbeda dengan Shawn. Calvin selalu ada bagi Susan secara
emosional, mempunyai pekerjaan yang dia cintai, penghasilan yang bagus, dan
juga menginginkan anak. Susan sangat tertarik dengan Calvin dan di dalam
hatinya dia tahu bahwa Calvin adalah pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan
Shawn. Namun tetap saja, dia merasa sulit melepaskan Shawn. Setelah kami teliti
lebih lanjut, ternyata semakin jelas bahwa alasan mengapa Susan tidak bisa
melepaskan Shawn adalah karena Susan merasa takut akan komitmen. Bersama Shawn,
tidak ada kemungkinan untuk berada dalam hubungan berkomitmen, karena dia tidak
tepat untuk itu. Namun Susan merasa "aman" dengan Shawn. Aman dari
apa?
Susan menyadari bahwa dia sangat
takut untuk benar-benar jatuh cinta, yang sangat mungkin terjadi dengan Calvin,
tapi tidak dengan Shawn. Dalam pikirannya, berada dalam hubungan cinta yang
dalam berarti kehilangan kebebasannya. Saat dia membayangkan dirinya bersama
dengan Calvin, dia merasa seolah-olah dia tidak dapat bernafas. Konsep Susan
tentang hubungan cinta dengan komitmen adalah, "Aku dan dia terus bersama
sepanjang waktu. Aku tidak bisa pergi begitu saja dan berada bersama
teman-temanku, atau pergi berlibur bersama temanku. Komitmen berarti tidak ada
kebebasan." Tidak heran dia merasa "aman" dengan Shawn! Selama
Susan merasa bahwa dia harus mengorbankan dirinya secara total untuk berada
dalam sebuah hubungan cinta, dia tidak akan mampu untuk membuat komitmen.
Douglas, 34, seorang klien lain, mempunyai masalah yang sama.
Saat dia sedang menjalin hubungan, dia adalah seorang pria yang baik. Dia
cenderung ingin menyenangkan pasangannya karena, dalam pikirannya, mengurus
diri sendiri dan melakukan hal-hal yang dia mau adalah sikap yang egois. Namun,
ketika hubungan mereka semakin serius, dia mengakhiri semua sikap khususnya dan
juga hubungan itu. Seperti Susan, tindakannya berdasarkan keyakinannya yang
salah, bahwa dia harus mengorbankan kebebasan pribadinya untuk berada dalam
hubungan cinta yang serius.
Susan dan Douglas sama-sama
mempunyai keyakinan yang salah yang menyebabkan mereka takut terhadap komitmen:
bahwa mencintai orang lain berarti melakukan apa yang orang lain itu inginkan,
bukannya bersikap jujur terhadap diri mereka sendiri dan juga mencintai diri
mereka sendiri. Mereka berdua mempunyai definisi yang salah dari kata
"egois". Mereka berpikir bahwa mereka bersikap egois jika mereka
mengurus diri mereka sendiri, dibanding mengurus pasangan mereka. Saya
menawarkan definisi tentang egois seperti ini: Egois adalah ketika kamu mengharapkan orang lain mengorbankan diri
mereka untukmu - dengan tidak melakukan apa yang sebenarnya mereka inginkan,
tapi melakukan apa yang kamu ingin mereka lakukan. Egois adalah ketika kamu
tidak mendukung orang lain untuk mengasihi diri mereka sendiri, tapi
mengharapkan mereka untuk mengasihi dan mengurusmu saja.
Mengorbankan diri sendiri adalah sebuah
bentuk pengendalian. Kamu ingin mengendalikan bagaimana orang lain merasa atau
mempunyai kesan tentangmu dengan melakukan apa yang mereka ingin kamu lakukan. Ketika kamu melakukan apa yang orang
lain ingin kamu lakukan dalam hal mengasihi, tanpa persetujuan mereka, maka
kamu akan merasa baik. Namun ketika kamu mengorbankan diri kamu hanya karena kamu takut terhadap kemarahan atau pemutusan
hubungan oleh pasanganmu, maka kamu akan
merasa terjebak dan tertolak. Untuk berada dalam hubungan yang berkomitmen,
komitmen pertama yang perlu anda lakukan adalah komitmen kepada diri kamu sendiri,
jujur pada diri sendiri, integritas, dan kebebasan. Belajar untuk mengasihi
diri sendiri (karena anda tahu bahwa Tuhan mengasihi anda) adalah kunci untuk
menyembuhkan ketakutan akan komitmen. Saat kamu mengasihi diri sendiri, maka kamu akan diisi
dengan cinta dan kamu akan mempunyai lebih banyak cinta untuk dibagikan kepada
pasangan kamu!