Kalau Ditanya ‘Siapa Kamu?’ Kira-kira Kamu Jawab Apa Ya?
Sumber: incarabia.com

Single / 3 June 2019

Kalangan Sendiri

Kalau Ditanya ‘Siapa Kamu?’ Kira-kira Kamu Jawab Apa Ya?

Lori Official Writer
9090

Sewaktu kita masih kecil dulu, orang-orang dewasa, termasuk orang tua dan guru kita, pasti pernah bertanya kepada kita, "Mau jadi apa nanti kalau kamu dewasa?"

Pertanyaan itu ratusan kali diperdengarkan di telinga kita, dan mungkin kita bisa menjawabnya dengan berbagai macam ekspresi: dari mulai malu-malu, tegas, bingung, sampai bosan.

Jawaban yang paling sering terdengar mungkin adalah "Jadi pilot", "Dokter", "Presiden", atau "Pramugari". Tapi dewasa ini cita-cita yang populer sudah bergeser menjadi, "Artis", "Penyanyi", "Presenter", atau "Model iklan". Kalau anak-anak lebih pintar-atau lebih tidak spesifik?-mereka akan menjawab "Jadi orang kaya", "Jadi terkenal", atau "Jadi juara". Boleh juga. Di sini, mereka lebih memprioritaskan pada kualitas diri yang diinginkan, bukan pada peran tertentu.

Ada beberapa dari kita yang sudah tahu apa yang diinginkan kelak dewasa sejak kecil, dan dengan ketekunannya mereka bisa mencapainya. Tetapi biasanya proses menemukan cita-cita adalah perjalanan yang panjang, membingungkan, dan tidak mudah. Kalau kamu adalah tipe orang yang memiliki satu atau beberapa role model yang dekat denganmu, mungkin proses imitasi bisa berjalan dengan lancar, sampai kamu menemukan sesuatu yang benar-benar menjadi passion hidupmu.

Tetapi kalau kamu berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, berteman dengan orang-orang biasa, dididik dengan pendidik yang juga biasa, dan kurang banyak memiliki pengalaman berkesan dan informasi aktual dalam hidup, mungkin kamu akan menjawab, "Masih bingung!" saat ditanya apa cita-citanya, atau menjawab dengan jawaban standar:"Dokter", "Model iklan", atau "Pilot"-karena memang profesi-profesi tersebut sangat menarik di mata anak-anak.

Maria Shriver, istri dari Arnold Schwarzenegger-aktor Hollywood yang dua kali terpilih menjadi Gubernur Negara Bagian California-beruntung bisa menemukan tujuan hidupnya pada usianya yang keenam belas.

Sebagai anggota keluarga yang banyak berkecimpung di dunia politik (ayahnya pernah jadi duta besar dan pernah mencalonkan diri jadi Wakil Presiden Amerika Serikat, sementara ibunya adalah saudara kandung Presiden John F. Kennedy serta Senator Bobby dan Ted Kennedy) dan banyak bertemu dengan wartawan-wartawan, Maria memutuskan menjadi wartawan televisi ketika ia remaja.

Saat dewasa, ia bergabung dengan NBC News dan akhirnya mencapai cita-citanya, sampai akhirnya statusnya sebagai Ibu Negara Bagian membuat ia harus mengundurkan diri. Akibatnya, ia terkena semacam sindrom krisis identitas dan bingung mengenai peran apa yang harus disematkan di belakang namanya.

Terkadang, kita baru memutuskan cita-cita kita setelah dewasa, mungkin setelah kita menemukan apa antusiasme kita. Tapi banyak juga para orang dewasa yang masih bergulat menemukan jawaban dari pertanyaan sederhana tersebut, "Mau jadi apa nanti kalau kamu dewasa?" Dan yang menyesakkan-dan ini sering terjadi-ketika kamu sudah benar-benar dewasa dan belum tahu apa yang benar-benar kamu inginkan, kamu lantas menyerah dan menjalani hidup apa adanya. Kamu mungkin mengira waktu telah habis, padahal tidak. Hidup masih terus berjalan, dan kamu masih bisa menulis babak selanjutnya, tak peduli berapapun usiamu.

Who You Will Be? Just who will you be? Kalau boleh mengkhayal, mungkin kamu sedang mengidam-idamkan pekerjaan tertentu. Atau kamu mungkin dengan lantang dan percaya diri kalau apa yang kamu kerjakan sekarang adalah yang terbaik.

Baca Juga:

Merasa Gak Punya Tujuan Hidup? Isilah Masa Mudamu dengan 9 Prioritas Ini…

Jangan Lagi Bermuram Durja, Begini 5 Cara Nikmati Liburan Pasca Putus Cinta

Tidak, tidak. Dari awal artikel ini, memang kamu sudah dijebak dan diarahkan untuk menjawab dengan menyebutkan peran atau profesi. Padahal pertanyaannya adalah who, bukan what. Akan jadi siapakah kamu? Siapa pribadi yang kamu inginkan? Siapa kamu?

Mungkin kamu pernah dihadapkan pada kalimat: "Aku  adalah .............."

Ada orang-orang tertentu yang cuma butuh waktu satu detik untuk mengisinya, mengacu pada title atau jabatan mereka saat itu, status pernikahan mereka, berapa orang anak mereka, atau riwayat hidup mereka, dan prestasi yang telah mereka raih. Ada juga yang mengisinya dengan nama mereka sendiri, sederhana saja.

Tetapi pahamkah kamu bahwa apa yang kamu tulis pada titik-titik tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting, yang menentukan siapa dirimu, apa nilai-nilai yang kamu anut, dan seberapa besar kamu mencintai dirimu sendiri?

Coba bayangkan kalau kamu menulis kata-kata negatif seperti bodoh, jelek, gagal pada titik-titik tersebut. Bayangkan lagi kalau kamu menulis dirimu sebagai orang biasa. Saat itu, hukum gaya tarik akan bekerja dan melontarkan kamu memang bodoh, jelek, gagal, dan hanya orang biasa.

Bandingkan dengan kalau kamu menulis dirimu adalah seorang pemenang. Atau penyemangat. Atau si cantik. Beda kan, rasanya?

Nah, kalau kamu dihadapkan kembali pada kalimat "Aku adalah ...............", mungkin kamu akan berpikir cukup lama sebelum mengisi titik-titik tersebut.

Maria Shriver menulis dalam bukunya yang berjudul sama dengan artikel ini, "Satu-satunya jalan untuk menemukan makna kehidupan adalah dengan menemukan suara hatimu sendiri, menemukan jalanmu, mengikuti hatimu, dan menjalani hidup orang lain-bukan mengimitasi orang lain."

Menjadi siapa diri kita tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor luar. Kita memiliki nilai sebagai seorang manusia-bukan hanya karena pekerjaan, riwayat hidup, berapa orang anak, siapa yang kamu nikahi, berasal dari keluarga mana, atau bagaimana penampilanmu.

Kamu akan paham bahwa kamu tidak perlu mendefinisikan dirimu dengan pekerjaan tertentu atau nama tertentu atau peran tertentu untuk menjelaskan siapa dirimu.

Krisis identitas bisa terjadi kapan saja: saat kamu beralih dari anak-anak ke usia remaja, saat kamu beralih dari pelajar ke mahasiswa, dari mahasiswa ke pekerjaan pertamamu, saat kamu menikah, punya anak, punya cucu, pensiun, menemukan pekerjaan atau peran baru di masyarakat, pokoknya kapan saja.

Itulah saat kamu kembali mengacu pada who you are atau siapa kamu. Apakah kamu seorang yang periang? Seorang yang pandai memimpin? Pemberani? Penyayang? Terkenal? Sukses?

Galilah ke dalam dirimu untuk menemukan jawabannya, dan teruslah mengajukan pertanyaan yang sama setiap periode tertentu, karena mungkin kamu terkejut karena hal-hal positif yang mengikuti kalimat "Aku adalah.........." terus-menerus berubah selama masa hidupmu.

Sumber : hanyawanita.com
Halaman :
1

Ikuti Kami