Berapa kali kamu mendengar mengenai kepemimpinan lelaki di dalam pernikahan?
Saya rasa, kamu sudah sering mendengarnya ya. Baik itu di dalam gereja dan lain sebagainya.
Bagi seorang pria, menjadi pemimpin di dalam pernikahan
ataupun dalam rumah tangga bukan berarti segala sesuatu harus dikerjakan oleh
istri, istri harus tinggal di rumah, dan menyiapkan makanan yang enak bahkan ketika dia baru pulang dari kantor.
Yah, jika ini adalah cara
kamu berfungsi dalam pernikahan kamu, sebenarnya juga nggak ada yang salah.
Tapi itu bukanlah standar utama dalam kepemimpinan pria dalam
pernikahan. Kepemimpinan itu jauh lebih penting daripada memenangkan makanan alias roti.
Meskipun memang kamu dan pasangan adalah dua orang yang
berbeda, tetapi bukan berarti kamu harus melakukan sesuatu sesuai kehendakmu saja dan lalu memimpin.
Dua dinamikan rumah yang berbeda inilah yang seharusnya
membuat kita lebih mengerti bagaimana seorang pria seharusnya memimpin dalam kebenaran Kristus.
Yesus memanggil kita untuk mengatasi perbedaan, sehingga itu
pria bisa memimpin keluarga mereka dan pernikahan mereka menjadi lebih berkembang.
Nah, inilah beberapa aspek penting yang pria bisa pelajari sehingga bisa memimpin pernikahan dan keluarga dengan baik.
1. Kepemimpinan seharusnya memberikan visi untuk keluarga dan pernikahan kamu
Pemimpin haruslah menginspirasi, memberikan visi dan
menetapkan tujuan untuk keluarga atau pernikahan dan memotivasi semua orang di sekitar visi itu.
Nah, itulah bagian terpenting dari kepemimpinan seorang suami di rumah, karena ini akan menyangkut iman istri dan juga anak-anaknya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak kemungkinan besar akan
terhubung dengan gereja bahkan sampai mereka dewasa jika ayah mereka ke gereja juga.
Dengan kata lain, jika ayah nggak bergairah mengenai imannya, maka besar kemungkinan anak-anaknya nggak akan menjadi lebih baik.
Ini adalah kabar baik, bahwa pernikahan kamu dan keluarga kamu akan mendengarkan kamu dan memperhatikan kamu.
Jadi jika kamu mengikuti Yesus dengan sepenuh hati dan
memberikan visi ke seluruh keluarga dalam pernikahan kamu untuk melakukan hal
yang sama, maka hasrat kamu akan terbakar di dalam pernikahan kamu dan jadilah demikian.
Jadi suami, kamu dipanggil dan memiliki kekuatan untuk
mengubah dunia, dan itu harus kamu mulai dari pernikahan dan keluarga kamu. Kamu diperlengkapi dengan unik dan kamu akan menjadi pemimpin.
2. Kepemimpinan bukan berarti harus mengendalikan keluarga atau pernikahan kamu.
Kepemimpinan adalah pengaruh bukan kontrol.
Dalam suratnya kepada gereja di Efesus, inilah yang dikatakan
Paulus kepada para suami mengenai gimana mereka harus memperlakukan istri mereka :
"Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut
atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:25-27)
Setelah itu, dia melanjutkan untuk bicara gimana ayah harus
memperlakukan anak-anak mereka dalam Efesus
6:4, "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."
Paulus mendefenisikan bahwa kualitas kepemimpinan itu adalah
kasih bukan kontrol. Dan kasih bisa menjadi hal yang memang lebih sulit dibanding kontrol.
Ketika kamu menjadi pemimpin dalam pernikahanmu, maka hidup
kamu bukan lagi tentang kamu saja. Tetapi ketika hidup kamu lebih dari sekedar
kamu, melainkan Tuhan maka berkat yang kamu alami jauh lebih besar dari yang
pernah kamu bayangkan. Jadi, renungkanlah 2 hal di atas dan jadilah pemimpin yang baik dan benar dalam pernikahanmu.