Pendeta Matt
Chandlers, gembala gereja The Village Church di Flower Mound, Texas, baru-baru
ini mengkritik gereja yang kehilangan tujuan membangun komunitas pemuridan dengan mengubah gereja sebagai panggung hiburan.
Lewat khotbah
yang disampaikannya pada Minggu, 12 Mei 2019 lalu, Chandler membagikan perjalanan
gereja kecil yang dibangunnya. Dia mengaku gereja itu bertumbuh seiring waktu dari hanya ratusan jemaat bermultiplikasi menjadi ribuan jemaat.
“Gairahku tidak
berubah. Aku tak ingin menjadi pembicara di konferensi. Bukan itu yang kami lakukan.
Kamu dan aku terlalu bersemangat. Kamu dan aku kewalahan dengan hiburan yang bergerak
cepat dan berenergi sehingga kita mengembangkan hidup yang ideal dengan nilai toleransi
akan rasa sakit yang sangat rendah. Gereja itu sendiri tak lagi untuk tujuan
pemuridan, tak lagi tentang pembentukan (pribadi), tak lagi tentang tempat untuk membangun. Gereja hanya jadi panggung hiburan saja,” katanya.
Chandler menekankan
kalau dia tak akan pernah mengubah gereja yang dipimpinnya sebagai arena untuk hiburan.
“Budaya arena (hiburan) mengharapkan segala sesuatu menjadi satu saat kita tiba (di gereja). Gereja adalah keluarga. Ini adalah tempat dimana kita melayani satu dengan yang lain…Aku tidak tertarik dengan budaya ini. Aku mau kita tumbuh bersama dan itu tak akan terjadi hanya dengan mengkhotbahkan firman Tuhan. Itu semua akan terjadi saat kita melakukannya bersama,” terangnya.
Baca Juga :
Pendeta Rick Warren Ingatkan Bahaya Kalau Gereja Hanya Fokus Tingkatkan Jumlah Jemaat Saja
Pernah Lalui Proses Sulit, Pendeta Ini Yakinkan Kalau Tekanan Mendatangkan Pertumbuhan
Dia juga mengingatkan
supaya anggota gereja memahami bahwa hal terpenting menjadi bagian dari
komunitas adalah merasa memiliki gereja. Karena dengan itulah gereja bisa berfungsi untuk melakukan pekerjaan pelayanan.
Dia pun
mengutip Efesus 3: 7-10 dan menyampaikan kalau rancangan Tuhan itu unik. Setiap orang bahkan dikaruniai Roh Kudus.
“Pekerjaanku
dan pekerjaan pelayanan gereja, bukan untuk melakukan pekerjaan pelayanan. Tapi
membantu jemaat melihat, mengenali, melatih karuniamu dan melepaskan karunia itu di dunia sekitar kita,” ucapnya.
Dia menyampaikan
bahwa pelayanan adalah pekerjaan yang dilakukan setiap hari. Pelayanan bukan soal tampil di atas panggung dan menciptakan penyembahan yang mengesankan.
“Kalau kamu
hanya menyukai apa yang kami lakukan, semuanya online secara gratis. Aku tidak
ingin menolak orang yang belum mengenal Tuhan supaya kamu bisa mendengar musik yang kamu sukai atau karena kamu berpikir aku lucu,” katanya.
Terkait budaya
hiburan di gereja, Fuller Youth Institute menemukan bahwa anak-anak muda memang cenderung suka dengan ibadah yang modern dan megah serta pendeta yang gaul.
Para
pendeta dan pemimpin gereja sudah lama memperingatkan soal bahaya hiburan dan gereja yang dikendalikan untuk menampilkan pertunjukan yang menghibur jemaat.
Dalam
khotbahnya, H.B Charles Jr, pendeta Gereja Baptis Metropolitan Shiloh di Jacksonville
mengatakan bahwa ibadah yang sejati menurut Alkitab tertulis jelas dalam Mazmur
2: 11.
“Saat kita menyembah
Tuhan bersama-sama, ibadah itu tak harus seperti pemakaman atau duduk di ruang
dokter atau terjebak dalam kemacetan. Kita harus bersukacita. Saat kita bersukacita,
ibadah kita seharusnya tidak tergantung pada emosi yang muncul karena hiburan
yang berpusat kepada manusia. Saat kita bersukacita, kita harus mengakui kekudusan
dan kedaulatan serta keagungan Allah yang Mahakuasa,” kata H.B Charles Jr.