Bisnis raksasa ritel Amazon
sekarang ini sedang gencar mengedukasi para penjual untuk tidak beriklan yang mengandung konten reliogius di platform mereka.
Kebijakan ini merupakan hal yang baru bagi Amazon. Kebijakan ini merujuk pada semua penjual yang mempromosikan produk yang berisi konten keagamaan.
"Produk yang terkait dengan agama tertentu tidak diizinkan untuk diiklankan," tulis CNBC.
Amazon salahkan staf yang kurang terlatih
Kebijakan ini mengandung banyak kontroversi. Namun, pihak Amazon menegaskan kalau pihak kesalahan staf adalah salah satu yang harus disalahkan. Mereka menganggap stafnya kurang terlatih dan bersikeras bahwa tidak akan ada kebijakan lain yang nantinya akan diubah dalam waktu dekat.
"Email yang dilihat CNBC berisi informasi yang tidak akurat dan kebijakan lama kami belum berubah. Pelatihan korektif diberikan kepada tim terkait, "kata juru bicara pasar online yang memiliki pendapatan tahunan sekitar $ 150 miliar.
Pihak penjual merasa dirugikan
Bagi para penjual yang menjajakan dagangannya di etalase online Amazon, masalahan ini sudah membuat pihak mereka mengalami kerugian. Bahkan peraturan yang cukup ketat ini membuat pendapatan mereka tidak kunjung naik.
Selama dua tahun terakhir, ada sebuah penjual yang menjajakan pakaian kekristenan di Amazon di etalase online mereka. Ketika toko sedang ramai-ramainya, mereka justru diberi peringatan bahwa iklan mereka tidak lagi memenuhi kriteria yang dibuat oleh Amazon.
"Penjual lain yang saat ini mengiklankan produk yang berhubungan dengan agama melakukan praktik yang tidak benar, yang dapat menyebabkan penangguhan akun mereka," ungkap seorang perwakilan Amazon saat ditanyai soal kerugian dari penjual.
"Pendapatan kami di Amazon secara langsung berkaitan dengan iklan yang kami lakukan. Tentu saja hal ini akan sangat merugikan bisnis kami," jelas seorang penjual, sekaligus menceritakan bahwa iklan mereka baru mendapatkan menangguhan di Jumat lalu.
Meskipun banyak pihak yang protes dan mengeluh, Amazon tetap berpendapat bahwa iklan yang akan ditangguhkan hanya yang berisikan promos yang mendukung atau merugikan agama tertentu.
Banyak orang Kristen, khususnya para pebisnis yang khawatir soal teknologi sensor yang ada di media sosial mereka seperti Facebook, Twitter. Ujaran kebencian antar agama sepertinya tidak hanya di media sosial saja, melainkan juga punya pengaruh bagi para pebisnis online.
Penting bagi beberapa diantara kita yang merupakan pebisnis online, sebaiknya mulai berhati-hati dan ikuti kebijakan yang berlaku di masing-masing platform. Dengan begitu, akun kita akan lebih aman dari penangguhan.